O58 - End Of The Dream

444 26 28
                                    

Malam dimana seharusnya semua ini selesai dan berakhir dengan bahagia tiba - tiba dibuat ketakutan akibat sebuah kecelakaan yang hanya diketahui oleh Sang pemilik alam semesta.

Malam itu, sebuah mobil yang dikendarai oleh pria tak sadarkan diri menabrak gadis malang yang hendak menyeberangi jalan. Gadis itu terpental hingga kepalanya dengan keras membentur trotoar jalan, bercucuran darah juga beberapa anggota tubuhnya yang dipenuhi luka.

Kedua lelaki yang dengan baik mengenalnya itu terkejut hebat ketika mendengar suara klakson dengan kencangnya masuk ke gendang telinga mereka, diikuti suara lirih seorang gadis yang sudah tergeletak di sana. Ourel tak sadarkan diri.

Putra berlari sekuat tenaganya menghampiri gadis itu, disusul Aksa yang panik dan buru - buru menelpon  mobil ambulans. Ourel harus cepat dilarikan ke rumah sakit sebelum lukanya semakin parah.

Dan sekaeang, berakhirlah mereka disini, di rumah sakit, dengan wajah - wajah yang hampa akibat shock setelah melihat langsung kejadian tak diinginkan itu. Putra tengah duduk di kursi tunggu seraya memejamkam matanya, kedua tangannya dikepal kuat meminta pertolongan pada Tuhan Yang Maha Esa. Mendoakan yang terbaik untuk keselamatan gadis pemilik luka akan masa lalunya.

Di dekatnya, Aksa mondar - mandir bersama ponsel pintarnya, mencoba menghubungi Alna, kerabat dan juga teman dekatnya. Begitu sampai di rumah sakit, Ourel langsung dilarikan ke Instansi Gawat Darurat, nyawanya harus tertolong, darah yang mengalir dari kepalanya harus segera dihentikan, bila tak ingin sesuatu yang amat ditakuti terjadi.

“Aksa,” panggil Putra. Sang pemilik nama menoleh, menghentikan aktivitasnya dan duduk di samping temannya. Mencoba menenangkan diri setelah ia berhasil menelpon Alna beserta Darka. Ia juga menghubungi Saputri, dan juga mamanya.

“G—gue inget sama mimpi yang terakhir datang sebelum gue ketemu sama Ourel,” ujar Putra, bibirnya bergetar.

Aksa terdiam, mengingat - ingat kepingan mimpi terakhir yang diceritakan oleh lelaki itu. Begitu mengingatnya, lelaki itu melotot, mengerjapkan matanya beberapa kali, menyadari bahwa diakhir mimpi temannya, Ourel meninggalkan dunia.

“Enggak, dia bakal sembuh.” ujarnya seraya menggelengkan kepala.

Putra menutup wajahnya, mengurungnya dengan kedua tangan yang memiliki bercak darah sebab membantu menggotong Ourel di jalan tadi. Lelaki itu takut, takut ketika mengingat kembali mimpinya. Saat itu, ia hanya tau gadis itu pergi, terbaring lemah di sebuah ruangan serba putih tanpa tahu alasannya.

“Ruangan serba putih,” ucap Putra, menoleh ke arah Aksa. “Di dalam mimpi gue, dia menghembuskan napas terakhirnya di ruangan serba putih, Sa ....” Putra menggelengkan kepalanya, matanya memerah, tetesan air mata tak dapat ditahannya, mengalir begitu saja.

Aksa menelan salivanya susah payah, lelaki itu memegang pundak Putra yang bergetar, “Doa, berdoa yang terbaik.” ucapnya.

Putra menganggukkan kepalanya, “G—gue ke toilet dulu,” lelaki itu berdiri, melangkah pergi meninggalkan Aksa yang terduduk sendiri di sana.

Tak lama, Alna serta Darka datang, mereka berlari hingga sampai di depan ruang IGD. Wanita itu menutup mulutnya, air matanya berlinang jatuh, begitupun Darka yang tengah menggigit bibir bawahnya, menahan tangis.

Aksa berdiri, mendekati Alna yang menangis tanpa suara, bukankah tergambar bagaimana rasa takut yang menyerangnya? “Bi, Ourel akan baik - baik saja,” ucap Aksa seraya memeluk wanita itu.

“Dimana Putra?” tanya Darka mencari sosoknya. Aksa menaikkan dagunya ke arah belakang Darka, terlihat Putra tengah berjalan mendekat, baru saja kembali dari toilet.

dream : hidden reality ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang