8. Hurt

507 152 61
                                    

Ourel berjalan lemas di tepian jalan, memandangi matahari yang tak lama lagi akan terbenam digantikan oleh gelapnya malam. Gadis itu terus mengehela napas, ia memikirkan apa yang telah ia dengar tadi.

"Memangnya siapa Putra ? Apa hubungannya dengan hidupku ?"

Tanya Ourel pada dirinya sendiri, ia mengacak rambutnya frustasi. Lebih baik sekarang ia segera pulang.

"Ourel pulang bi-"

Ourel tercekat melihat ayahnya yang sedang memarahi Bi Aya, perempuan itu berlutut di depan Darma sambil menangis. Darma membalikkan badannya saat Ourel berada di ambang pintu.

"Ourel masuk!"

Bentaknya dengan wajah penuh amarah, Ourel menelan ludahnya ketakutan sekaligus terkejut. Sekalinya sang ayah ada di rumah ia selalu saja marah dan melampiaskan pada pembantunya dan anak anak.

Cahaya menggeleng-gelengkan kepalanya, mengisyaratkan agar Ourel tidak masuk dan pergi segera dari sana. Hati Ourel sakit melihat perempuan yang selalu menjaganya disakiti. Ia memberanikan diri untuk masuk dengan wajah yang tenang.

"Kenapa, ayah ?"

Tanyanya dengan datar, daripada menatap wajah sang ayah ia lebih memilih membantu Cahaya berdiri dan melindunginya dari Darma.

Darma tertawa sinis melihat anaknya lebih memilih melindungi pembantu itu, ia mendekati Ourel dan melayangkan tamparan padanya.

Gadis tersenyum, menahan sakitnya darah yang keluar dari bibirnya. Cahaya terkejut dengan apa yang dilakukan Darma,

"Apa yang kamu lakukan?! Itu anakmu yang seharusnya kau jaga! Tidak cukup dengan aku yang selalu kau sakiti, Darma ?!"

Ucap Cahaya sambil memeluk Ourel, pria itu kembali melayangkan tamparannya. Namun terhenti oleh tangan kecil milik Ourel, anaknya.

"Cukup! Jangan sakiti bi Cahaya! Sebenarnya mengapa ayah sangat marah seperti ini? Ayah selalu saja pulang dengan marah tanpa alasan yang jelas! Apa salah kami ?!"

Ucap Ourel terbakar emosi, ia tahu ia tak seharusnya melakukan ini. Tapi gadis itu tak bisa jika harus diam saja, disakiti tanpa tahu alasannya apa.

"Kamu sudah berani membentak ayahmu sendiri?! Kamu setiap pulang sekolah selalu keluyuran tak jelas seperti wanita murahan! Ayah tahu kamu selalu pulang telat bahkan malam seperti sekarang, apa yang kamu lakukan diluar sana?!"

Bentaknya, Ourel tertawa sinis. Mengikuti tawa sang ayah beberapa saat yang lalu,

"Jika aku selalu pulang malam disebut wanita murahan, bagaimana dengan ayah yang selalu tak pulang-pulang? Lelaki bejat? Bahkan sekalinya pulang seperti ini ayah marah-marah. Mencari-cari kesalahan orang lain."

"OUREL! Berani-beraninya kamu berkata seperti itu! Ayah tak pulang karena kerja untuk memberi kehidupan yang cukup untuk kalian! Ayah-"

"Lalu bagaimana dengan wanita yang selalu bersama ayah, menikmati waktu bersama dengan ayah, bahkan setiap harinya selalu berbeda?"

Ucap Ourel sambil tersenyum miring, ia melihat semuanya. Alasan sebenarnya jika ia pulang malam adalah mengikuti sang ayah yang menghabiskan uangnya bersama para wanita. Beberapa kali ia melihatnya, namun apa yang bisa ia lakukan?

dream : hidden reality ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang