14

18.6K 1K 44
                                    

Gilang lantas menatapku dengan wajah cemasnya lalu menghirup nafasnya dalam.

"Oh ini tante, saya ngebujuk cindy supaya dia mau minum teh hangatnya biar sakitnya cepet hilang"ucap gilang

Hmm aku juga harus berbohong rupanya

"Tapi aku males mah! Lagian gak manis"ucapku dengan alasan yang masih masuk akal karena memang teh yang dibuat tidak manis

"Ohh"ucap mamah
"Tapi jangan gitu juga, kalian kan udah sama-sama besar. Kalau bisa jangan diseringin ya ngumpul di dalam kamar gini"sambung mamah

"Iya tante"ucap gilang

"Oh iya tadi katanya nanti sore kalian mau nonton live music? Berarti gak jadi?"tanya mamah yang membuatku membulatkan mata

"Harus jadi!"ucapku

"Kamu aja sakit"ucap mamah

"Ntar sore sakitnya juga pasti hilang, kan gilang yang akan ngerawat aku"ucapku yang hanya dibalas kekehan oleh mamah

"Ada-ada aja kamu nih, ini obatnya diminum. Mamah mau ke kamar dulu"ucap mamah sembari memberikan sebuah obat

Mamah lalu meninggalkan kami berdua di dalam kamar.

"Huftt hampir aja ketauan"ucap gilang

"Biarin aja ketauan, biar kita gak perlu diem-diem"ucapku

"Kalau kita ketauan punya hubungan, aku gak akan boleh tinggal disini"ucap gilang

"Gampang! Kita kawin lari aja"ucapku asal

"Ngomongnya mulai ngaco nih"ucap gilang

"Iyalah! Kalau sampai hubungan kita gak di restui pokoknya kita harus kawin lari! Aku gamau pisah dari kamu"ucapku

"Uang dari mana aku bisa biayain kamu?"tanya gilang

"Kerja dong! Kamu kan pinter. Lagian tabungan aku juga banyak"ucapku
"Gilang, tapi please kamu harus janji ya bahwa kita harus terus bareng"sambungku

"Iya aku janji"ucap gilang

"Aku mau kok dibawa kamu kemanapun"ucapku

"Udahh cin, jangan ngomong hal kaya gini. Lagipula aku gak akan bawa kamu ke dalam masalah"ucap gilang

"Oke"ucapku
"Tapi nanti kencan kita jadi kan?"tanyaku

"Iyaa jadi"jawab gilang yang membuatku tersenyum

*****
Restaurant

Aku terkejut ketika melihat gilang menyiapkan kencan ini dengan sangat baik. Ia bahkan meminta dekor khusus untuk meja kami selain itu ia melakukan reservasi spesial agar meja kami dapat melihat view yang terbaik.

Selain itu makanan yang dipesan gilang benar-benar favoritku, ah! Dia tau saja makanan kesukaanku.

Bagaimana aku tidak mencintainya jika dia bersikap seperti ini.

"Aku suka"ucapku dengan senyum sumringah

"Syukur kalau kamu suka"ucap gilang sembari tersenyum dan menatapku lekat

Aku selalu salah tingkah jika di tatap gilang seperti itu, aku mulai menggigit bibir bawahku karena menahan rasa malu ku.

"Jangan di gigit"ucap gilang yang membuatku tersadar

"Hah? Gimana?"tanyaku memastikan

"Jangan kebiasaan gigit bibir bawah kamu"ucap gilang sembari tertawa yang membuatku bingung

"Kenapa sih?"tanyaku

"Biar aku aja yang ngelakuin"ucap gilang yang membuatku membulatkan mata
"Ada sesuatu yang mau aku kasih untuk kamu"sambungnya lalu mengambil sebuah kotak kecil berwarna hitam di sakunya

Ia lalu memberikannya padaku dan membuka kotak itu di hadapanku. Cincin?

"Cincin?"tanyaku

"Ada nama kita"jawab gilang menunjukan
inisal nama kita dalam cincin tersebut.
"Aku mesen ini udah dari lama, aku mau kamu pakai ini"sambung gilang

"Kenapa?"tanyaku

Gilang tak menjawab, ia justru menarik tanganku lembut lalu mulai memakaikan cincin tersebut pada jari manisku.

"Pas"ucapnya

"Gilang, kenapa?"tanyaku lagi

"Aku gak akan ninggalin kamu cin. Apapun yang terjadi"jawab gilang

"Sebenernya ada apa?"tanyaku

"Gak ada apa-apa"jawabnya yang membuatku curiga namun aku mencoba menepis jauh-jauh pikiran negatif padaku.

"Mmm kamu inget gak waktu kecil aku sering nangis kalau papah gendong kamu"ucapku yang di angguki gilang sembari terkekeh

"Harusnya dari dulu aku sadar kalau kamu
memang posesif"ucap gilang

"Ngomong-ngomong gimana persiapan olim kamu?"tanyaku

"Lagi ngerjain soal-soal aja sekarang, aku udah paham materinya"jawab gilang

"Emangnya kenapa sih kamu kaya totalitas banget sama olimpiade? Walaupun kamu gak menang, kamu pasti akan tetap masuk universitas impian kamu karena kamu pasti lulus tes nya"ucapku

"Aku butuh beasiswanya"ucap gilang

"Tapi mamah aku kan mau ngebiayain seluruh pendidikan kamu"ucapku

"Aku gamau terus-terusan di biayai sama orang tua kamu cin. Aku bukan anak kandung mereka dan aku merasa sungkan aja menerima semua bantuan dari mereka"ucap gilang

"Santai aja gilang"ucap ku

"Aku mau kuliah atas uang aku sendiri"ucap gilang
"Kamu masih mau jadi dokter?"tanya gilang padaku

"Mamah aku yang mau aku jadi dokter, bukan aku"jawabku

"Kamu mau jadi apa?"tanya gilang

"Jadi istri kamu aja"jawabku sembari tersenyum yang membuat gilang tertawa kecil

"Serius nih cin, kamu mau jadi apa?"tanya gilang

"Bingung"ucapku
"Udah deh ayo kita pulang atau jalan gitu kemanaa"sambungku yang di angguki gilang

*****

Mobil

Aku melepaskan seatbealt ku karena sudah tiba di taman. Namun gilang belum juga melepaskan seatbealtnya dan hanya menatap ke arah depan.

"Ngeliatin apaansih? Ayo turun"ucapku yang membuat lamunan gilang buyar

"Cin"ucap gilang yang membuatku semakin curiga. Sebenarnya ada apa?

"Kenapa?"tanyaku

Gilang lalu mendekat ke arahku dan mulai memajukan kepalaku hingga dekat dengan kepalanya.

Ia mulai menciumi bibirku dan langsung mengecupki lebih dalam. Aku mengikuti keinginannya dan mulai membalas ciumannya hingga kami berhenti karena nafas kami sudah hampir habis.

"Tante aku akan jemput aku, cin"ucap gilang lirih yang membuatku membulatkan mata

"Maksudnya?"tanyaku

"Aku akan pergi dari rumah kamu"jawab gilang yang membuat jantungku berdegup kencang

"Gilang, no!"ucapku lalu menatapnya lekat
"Aku gamau gilang!"sambungku

"Maaf cin"ucap gilang

"Please, aku mohon! Aku akan bilang ke mamah supaya nahan kamu"ucapku sembari menangis

Gilang menggenggam erat tanganku dan mulai mengelus cincin darinya yang melekat di jari manisku.

"Aku akan kembali untuk jemput kamu nanti"ucap gilang

A LOVE SO FREE [18+] (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang