34

21.5K 1.1K 48
                                    

Sudah seminggu lebih dan setiap harinya gilang selalu menghampiriku juga naufal. Kesal rasanya! Karena ia terus saja berharap.

Aku menggandeng tangan gilang sembari menuju poli anak untuk melakukan imunisasi vaksin.

"Gatakut kan?"tanyaku

"Enggak"jawabnya dengan nada tegasnya

Aku tertawa melihat tingkahnya yang terlihat seakan-akan sangat berani dengan jarum suntik. Padahal setiap di suntik ia selalu banyak drama.

"Pinternyaaa anak mamah"pujiku padanya yang membuatnya tersenyum

Aku berjalan menuju lift dan menunggu untuk lift tersebut turun.

"Papah!!!"teriak naufal yang membuatku menoleh

Ck! Gilang!
Ingin rasanya aku berganti dokter anak agar tidak perlu ke rumah sakit ini namun aku terlanjut cocok dengan dokter anak yang menangani naufal.

Aku melihat gilang yang tengah bersama perempuan itu lagi. Sebenarnya mereka ini kerja atau hanya ingin pacaran di rumah sakit? Kesal rasanya melihat mereka seperti ini.
Bukan cemburu! Hanya kesal!

Gilang dan perempuan itu lantas berjalan ke arah kami

"Udah jangan ganggu, dia lagi sibuk nih berdua"ucapku yang meluncur begitu saja. Ck! Gilang pasti akan mengira aku cemburu padanya.

"Aku gak sibuk kok cin, tadi aku sama dara gak sengaja ketemu habis kontrol pasien"ucap gilang yang dengan cepat menggendong naufal

"Gilang, maaf aku mau tanya. sebenarnya mereka ini siapa sih?"tanya dara menatapku dan naufal. Aku membalas tatapannya dengan tatapan sinisku

"Ini istri dan anak ku"jawab gilang yang membuat dara menganga, ia terkejut bukan main. Begitupun denganku!

"Bukan! Saya bukan istrinya, jadi kalau kalian berhubungan silahkan lanjutkan"ucapku datar

Aku melihat wajah berharap pada dara

"Sebentar lagi aku akan menikahi kamu cin, hanya menunggu kamu setuju"ucap gilang yang membuat dara kebingungan

"Jadi sebenarnya ini anak kamu atau bukan?"tanya dara

"Ini anak aku, aku dan cindy memang belum menikah tapi ini anak aku"ucap gilang melirik naufal

Aku melihat wajah sendu pada dara. Aku sudah yakin ia berharap pada gilang.
Sangat jelas!

"Hmmm yaudah deh, aku duluan ya. Aku masih ada urusan"ucapnya kemudian pergi meninggalkan kami dengan cepat

"Dia berharap sama kamu gilang, apa kamu tau itu?"tanyaku pada gilang

"Aku gak peduli"jawab gilang

"Gak peduli tapi selalu tebar pesona. Semua perempuan akan baper kalau kamu seperti itu"ucapku
"Ini yang membuatku terang-terangan menolak kamu karena sikap tebar pesona kamu"sambungku

Gilang menatapku lekat

"Aku tebar pesona gimana? Selama ini aku merasa bersikap biasa aja"ucapnya

"Sikap biasa aja?"tanyaku sembari tertawa
"Kamu terlalu baik sama perempuan! Sehingga mereka semua berharap denganmu, sedari dulu kamu kan memang seperti itu. Tapi kamu gak pernah sadar"sambungku

"Oke, kalau begitu mulai saat ini aku akan bersikap dingin pada semua orang"ucap gilang
"Itu kan yang kamu mau?"sambung gilang

"Aku hanya memberi tau saja. Aku gak meminta kamu berubah, semua terserah kamu. Aku gak peduli lagi soal ini"ucapku

"Aku akan berubah, supaya kamu bisa mempertimbangkan kembali mengenai lamaranku"ucap gilang

"Pah!"ucap naufal dengan nada merajuk karena sedari tadi tidak di perhatikan

"Ehh iya ada naufal"ucap gilang tersenyum pada naufal
"Ini ke lantai 6 mau ngapain?"tanya gilang padaku

"Poli anak"jawabku

"Naufal sakit?"tanya gilang

"Imunisasi"jawabku

"wah, anak papah mau imunisasi ya? Berani gak?"tanya gilang dengan nada antusiasnya pada naufal

"Berani!!! Gak sakit"ucap naufal dengan tingkah cerianya

"Papah temenin ya"ucap gilang yang diangguki naufal.
Melihat tingkah gemas naufal membuat gilang tak bisa menahan dirinya untuk menciumi wajah anaknya ini.

"Gak perlu! Kamu harus kerja kan"ucapku

"Jadwal kontrol aku udah selesai"ucap gilang

Aku hanya mengehela nafas, tidak mungkin aku menghajar gilang yang menyebalkan ini ketika sedang ada naufal.

******

"Kesini naik apa?"tanya gilang

"Bawa mobil sendiri"jawabku

"Sini biar aku yang nyetir"ucap gilang

"Gak!"jawabku

"Kenapa? Aku cuma mau nganter kalian"ucap gilang

"Mamah! Papah ikut ya?"ucap naufal dengan wajah memohonnya

"Jangan naufal"ucapku

"Tapi mau sama papah"ucap naufal merengek

"Please cin, izinin aku mengantar kalian? Aku gamau ngeliat naufal nangis"ucap gilang yang beralibi mengenai hal tersebut

Aku menganggukan kepalaku dengan terpaksa.
Gilang benar-benar tidak memberiku kesempatan untuk menolaknya, ia selalu menghampiriku dan naufal serta menanyakan jawabanku mengenai lamarannya.

Gilang kemudian mengambil alih kemudi mobil dimana naufal berada di pangkuannya. Mereka sesekali bercanda dimana hal tersebut membuatku jengah.

"Cin"panggil gilang padaku

"Hm"jawabku tanpa menoleh padanya

"Naufal udah tidur nih, kamu bisa tolong ambil?"ucap gilang yang membuatku menoleh. Aku lantas mengambil naufal dengan hati-hati dan menidurkannya di pangkuangku.
Aku mengusap wajahnya lembut serta mengusap pucuk kepalanya.

"Mau makan dulu?"tanya gilang

"Mata kamu gak liat? Aku kerepotan gini!"ucapku ketus

Gilang terdiam sejenak

"Maksud aku kita drive thru aja"ucap gilang

"Ya sama aja gilang! Aku gak akan bisa masak! Udah deh gausah banyak mau, cepet bawa pulang aja. Aku harus masak"ucapku

"Hari ini biar aku aja yang masak"ucap gilang

"Kamu mending langsung pulang! Aku gamau nerima tamu, aku gamau repot"ucapku ketus

"Kamu gak perlu ngapa-ngapain kok, aku gak akan ngerepotin kamu. Hari ini biar aku yang masak, kamu biar bisa istirahat. Kamu kan pasti capek ngurusin naufal"ucap gilang

"Terserah lah ya! Aku ngomong apapun kamu pasti maksa kemauan kamu"ucapku
"Egois!"sambungku

Aku mendengar gilang yang menghela nafas

"Kalau aku gak serius sama kamu dan naufal, gak akan aku datang kembali dan akan melamar kamu cin"ucap gilang
"Selama ini juga aku selalu mencari kamu tapi orang tua kamu gak pernah memberi tau keberadaan kamu"sambung gilang

"Apa susahnya sih gilang, saat aku di bandung waktu itu kamu langsung bertanggung jawab?"tanyaku

"Aku minta maaf"ucap gilang
"Pemikiranku belum dewasa saat itu"sambung gilang

"Jikalau pun suatu saat nanti aku bisa menerima kamu, orang tuaku belum tentu bisa menerima kamu gilang. Kamu tau sendiri mamah seperti apa"ucapku

Aku lantas melirik pada gilang dan tersebit ide bagus.

"Putar balik! Aku mau pulang ke rumah mamah papah"ucapku yang membuat gilang membulatkan matanya

Aku yakin setelah mengantarku ia akan langsung pulang.

A LOVE SO FREE [18+] (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang