Gavin Pov
Pilihan yang bijak telah terkunci
Aku yang pergi di tengah dinginnya udara malam dan gelapnya langit ku harap kau pun akan menyusulku kesini.Di sebidang tanah yang telah ditakdirkan
Aku tak mau ada air mata jatuh tertumpah oleh rasa yang tak bisa terbalaskan.Aku adalah pihakmu, atau aku adalah lawanmu.
Dan malam ini aku membawa masuk pilihan yang telah terkunci dalam dipan bergembok.
Meyakinkan sebagai kebaikan yang akan membawa menuju titik terang.
Mencari pembenaran untuk setiap kata yang kau bisikkan dengan merobek gendang telingaku.
Semua harapan yang kupunya kuserahkan pada malam ini.Di taman yang indah ini akan memutuskan bagaimana akhirnya. Aku tak pernah memintamu untuk melakukan apapun yang kuinginkan. Tapi dimalam ini aku benar-benar berharap kedatanganmu Ditempat ini aku menunggu kehadiranmu. Bukan untuk mengucapkan kata-kata indah, bukan untuk menjadikanmu milikku tapi hanya untuk mengucapkan sebuah kata perpisahan.
Untuk apa aku menunggu
Untuk apa semua kekayaan yang kupunya
Untuk apa aku terus berharap
Ketika penantian ku hanya sia-sia
Ketika akhirnya yang ku dapat hanya sunyi
Ketika pengharapan terakhirku akan matiDi awal kau begitu tak pernah peduli Hingga waktu berlalu begitu cepat tak ada satupun dari dirimu yang berubah. Terlebih lagi di akhir pertemuan kita kau tetap tak peduli.
Mungkin kau bukan seseorang yang dikirim Tuhan untukku. Mungkin ini adalah pelajaran bagiku untuk bisa lebih tegar lagi melalui setiap masalah.
Hari sudah semakin gelap, angin malam semakin menusuk kulit. Taman ini yang awalnya ramai sudah mulai terlihat sepi.
"Sudah 2 jam aku menunggu tapi dia tak datang, apa mungkin dia memang tak mau datang ?" batinku.
"Bahkan di hari terakhirku dikotaku, Kak Frandi tetap tidak berubah sedikitpun, apa ini takdirku? Apa kepergian ku ini memang jalan yang tepat?" Tak terduga hujan mulai turun dari kedua mataku, mengalir di kedua pipiku dan mendarat di celana jeans yang kugunakan.
Seketika semua kenangan tentang awal pertemuan ku dengan Kak Frandi terputar kembali di pikiranku. Mulai dari aku yang menjatuhkan motornya diparkiran saat hari pertama Mpls, saat aku di pukul dibelakang sekolah karena cemburu dengan kedekatanku dan kak Vina, saat aku duduk bersamanya dibis saat LDKS, saat aku memeluk tubuhnya dari belakang saat Jelajah malam dan sampai terakhir kemarin aku memintanya untuk datang ke taman ini.
"Heii..loh ngapain disitu" itulah kata pertama yang keluar dari mulut kak Frandi saat pertama kali bertemunya.
Saat itu aku benar-benar takut sampai tak berani menoleh kearahnya namun dia memaksaku untuk melihatnya. Aku juga masih mengingat tatapannya yang tajam saat pertama melihat matanya. Terlebih saat dia narik kerah bajuku dan jarak antara kami sangat dekat.
"Kali ini gue maafin lo, tapi kalo sampe lo cari masalah lagi ama gue awas lo" ancaman pertama dari mulutnya yang membuatku ketakutan setengah mati.
Mengingat semua itu air mataku berhenti mengalir dan digantikan dengan senyuman. Mungkin itu menyakitkan tapi dengan mengenalnya saja sudah cukup membuatku bahagia walaupun dia hanya menganggapku tak lebih dari teman. Oh salah, bahkan dia juga tak pernah menganggap ku sebagai teman tapi sebagai musuh.
Waktu terus berjalan, hanya ada aku seorang diri disini. Keadaan sangat tak bersahabat denganku saat ini. Seakan semua harapanku hilang di malam ini. Tak bisa ku pungkiri kalau ini bukan pertama kalinya aku merasakan perasaan seperti ini, tapi perasaan yang sedalam ini baru saja aku rasakan dan ternyata...ternyata it's so hurt hiks...hiks. Air mata kembali memuntahkan semua isinya. Pertama kali dalam hidupku menangis hanya karena perasaan yang terbalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Pujaanku
Romance"Cinta" memang sesuatu hal yang sangat diinginkan semua orang, tak terkecuali seorang remaja yang baru saja lulus dari sekolah menengah dan akan melanjutkan study nya ke sekolah menengah atas. Remaja ini memiliki perasaan yang berbeda karena dia me...