Pagi ini semua melaksanakan sholat subuh berjamaah di tempat khusus sholat yang biasa dipakai keluarga Novi. Setelah sholat subuh, semua bersiap untuk membersihkan diri. Rencananya mereka ingin menikmati udara pagi di Jakarta. Di rumah Novi udaranya cukup sejuk, mereka tertarik untuk menghirup udara pagi ini dengan berolahraga pagi.
Novi, Eva, Chelsea dan Thaya bersiap lebih dulu. Mereka berempat melihat tim hadrah Syubban sedang mengantri didepan kamar mandi bawah yang hanya ada dua. Sedangkan jumlah semua tim hadrah banyak, pasti sangat lama jika menunggu antrian itu.
"Kak kalo masih nunggu lama, mandi di kamar Novi gpp kok." kata Novi menawarkan pada antrian bagian belakang. Kebetulan disana ada Azmi, Aban, Alwi, Putra, Ahkam, Dimas dan Hendra yang mendapat giliran antri di akhir, sedangkan didepan masih panjang sekali antriannya.
"Gausah Nov disini aja, gasopan kalo masuk kamar kamu." tolak Azmi.
"Beneran gpp Nov?" kata Hendra meyakinkan.
"Gpp kak, kan Novi udah kasih izin." balas Novi.
"Yaudah ayok kak udah gerah banget nih." kata Putra sambil menarik tangan Ahkam disampingnya.
"Eh eh apaan nih." balas Ahkam yang merasa tangannya tiba tiba ditarik Putra, "Ehm.. Permisi ya Nov." lanjutnya, dan diberi anggukan oleh Novi.
"Eh kalian mana tau kamar Novi yang mana?!" teriak Aban.
"Ohiya gatau, hehe." sahut Putra menghentikan langkahnya dan berbalik arah ketempat semula.
"Kamar Novi diatas kak. Habis naik tangga belok kanan langsung kamar Novi, warna cat nya merah." jelas Novi.
"Yaudah kami minjem kamar mandinya ya Nov, syukron." ucap Alwi dan langsung naik menuju kamar Novi.
Novi, Eva, Chelsea dan Thaya langsung menuju dapur untuk membantu ibu Novi menyiapkan sarapan. 30 menit kemudian masakan siap, semua orang yang berada dirumah pun sudah berkumpul di meja makan.
"Nov kita udah make kamar mandinya, bisa dicek lagi barang-barangnya masih utuh atau engga." titah Azmi.
"Gausah berlebihan gitu kak. Novi percaya kok sama kakak-kakak semua. Novi udah anggep semuanya keluarga jadi gausah sungkan gitu." balas Novi sedangkan Azmi nampak mengangguk mengerti dan menunjukkan senyum khasnya.
15 menit semuanya selesai makan. Seperti biasa, cewe-cewe membantu Ibu Novi mencuci piring kotor dan membersihkan meja makan. Sedangkan yang lain bersiap untuk olahraga.
"Kalian mau olahraga dimana?" tanya Ustadz Muhlies. Disini yang olahraga hanya yang muda saja ya, orang tua memilih berada dirumah untuk mengobrol bersama.
"Gatau Ustadz, kita ngikut Novi." jawab Rizal, "gimana Nov?" lanjutnya.
"Mau muter komplek aja ustadz." timpal Novi.
"Oh gitu, yaudah hati-hati ya." kata Ustadz Muhlies.
"Iya ustadz, Assalamualaikum." salam semua serempak.
"Waalaikumsalam" jawab yang berada didalam rumah.
Semua tim Syubban beserta SPi olahraga -tepatnya joging- keliling satu komplek. Berkeliling satu komplek akan melelahkan jika dilakukan sendirian. Karena mereka beramai-ramai maka lelahnya tidak terasa sama sekali.
Beberapa menit setelah olahraga mereka balik ke rumah Novi. Mereka semua istirahat didepan teras rumah Novi.
"Ga kerasa ya capeknya kalo kita jalan bareng-bareng?" celetuk Ahkam.
"Iya nih, kita jalan tadi kayanya cepet banget." seru Ubay.
"Yaudah kita masuk aja, latihan." timpal Aban dan semua tampak menurut kemudian masuk bersama-sama untuk persiapan nanti malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam
Fiksi RemajaKisah cinta seorang santri putra dan santri putri yang sama sama idaman di pesantren. Mereka belum sempat bisa bersatu ketika masih berstatus santri. Bahkan mereka sempat berpisah beberapa tahun lamanya. Apakah mereka dapat bersatu kembali? Atau mun...