hachi: pertemuan pertama

27 4 5
                                    

"i gusti wasa sagara?" tanya salah satu anggota staf tata usaha yang mengurus kegiatan masuk dan keluarnya para murid ke citra bangsa.

yang ditanya menganggukkan kepalanya lalu dengan perlahan mengeluarkan data-datanya dari dalam tas dan diletakkan di atas meja.

sekolah sebesar ini terlihat sangat sepi di pagi hari. sekolah dimulai pukul 8 dan wasa sudah datang di sekolah pukul 7.00 untuk mengurus pendaftaran ulangnya.

"apa dalam waktu dekat ini wasa ada perlombaan, pak?" tanya kepala sekolah, pak agung.

"untuk dalam waktu dekat ini masih belum ada mengingat wasa baru saja selesai berlomba seminggu kemarin." jawab ayahnya wasa di ruangan tersendiri.

sebelumnya, tiga hari yang lalu sesudah wasa pulang dari pertandingannya, tiba-tiba saja ajik dan biangnya mengajak wasa makan malam mendadak di pusat kota. wasa langsung bersiap-siap dengan pakaian semi formal lalu berangkat ke sebuah restoran.

yang wasa tau, ia dan keluarganya diundang oleh ketua koordinator penyelenggara PON kemarin. beliau mengajak makan malam bersama karena beliau begitu terpukau oleh keahlian seorang wasa.

sampai di sebuah tempat makan, wasa dan keluarga langsung diarahkan ke meja yang sudah disediakan. terlihat disana ada sang ketua koordinator, istrinya, dan dua anaknya—perempuan seumuran wasa dan laki-laki berumur 7 tahun.

ketua koordinator dan istrinya langsung berdiri dari kursinya, menyambut wasa dan keluarga, dan kemudian mempersilahkan mereka duduk. ini bukan kali pertama wasa dan keluarga mendapatkan undangan jamuan istimewa seperti ini. jadi wasa tidak kaget. sekalipun kaget, itu tidak akan terlihat karena wasa minim berekspresi.

"sekali lagi selamat ya, wasa." ucap ketua koordinator yang diketahui bernama bapak Jana sembari menjabat tangan wasa.

wasa memberikan senyuman terbaiknya sembari menjabat tangan bapak Jana dengan penuh semangat.

acara makan-makan itu berlangsung dengan sangat lancar dan kedua orang tua wasa yang mengatakan bahwa ia akan kembali ke Bali setelah seminggu wasa bersekolah dan wasa yang sudah menandatangani kontrak dengan tim nasional di ibukota.

tidak lupa menanyakan info dimana wasa akan tinggal dan dimana wasa akan bersekolah. tentu jawabannya cukup mengejutkan bapak Jana.

"loh, pak Ghandy, anak saya luna ini juga sekolah di Citra Bangsa!" seru pak Jana sembari mengusak lembut kepala anak perempuannya.

wasa dan luna saling bertukar pandang lalu tersenyum kepada satu sama lain. mereka tampang canggung dan memutuskan untuk melanjutkan makannya.

tapi tidak setelah mereka diberi waktu luang untuk menghabiskan waktu bersama. luna dan wasa memesan es krim bersama lalu berbincang-bincang. luna tampak baik dan wasa tampak hangat.

"oh iya, sudah tau kamu di kelas mana?" tanya bu Hasti (Hani).

wasa ngangguk. "sudah, bu."

bu Hasti tersenyum lalu mengembalikan data-data milik wasa setelah di fotocopy dan disimpan di map berkas.

tidak lama kemudian, kedua orang tua wasa keluar dari ruangan kepala sekolah, bertepatan dengan berbunyinya bel masuk sekolah.

"ajik sama biang balik dulu, ya." kata ayahnya.

"iya. hati-hati." ucapnya sembari tersenyum.

"kalo gitu, wasa, setelah ini kamu sama saya ke kelas barengan, ya. saya ambil buku absen dulu." kata guru bahasa indonesia.

wasa ngangguk lalu melambaikan tangannya pada kedua orang tuanya ditemani oleh sang kepala sekolah dan wakilnya.

di depan sana sudah siap sedua bagian dari OSIS keamanan dan ketertiban sedang mengamati murid-murid dan mencatat siapa saja yang telat, tidak pakai sabuk, dan tidak pakai pin dasi. salah satunya rei.

kisah-kasih di sekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang