ni juu kyuu: sebuah surat

5 2 0
                                    

tw //blood

Bulan Oktober tiba dengan cukup indah. Beberapa murid tiba-tiba meminta maaf dengan berbagai cara kepada Rei juga Ran. Seperti siang ini di halaman belakang ketika Ran menikmati makan siang dengan teman-teman sekelasnya (yang lebih mirip piknik), segerombolan kakak kelas menghampiri mereka. Beberapa cowok datang dengan muka babak belur.

"Ada apa ya?" Tanya Bintang sopan.

"A-anu... Kita mau minta maaf ke Ayudia."

"Hm?" Ran yang sedang menikmati bekal buatan ibunya langsung menoleh.

'Ini yang berantem sama Abbyan kali ya...' Batin gadis itu.

Kakak-kakak kelas itu ikut duduk di dekat Ran yang langsung dilindungi Diana dan Arin. Gadis blasteran itu mengintip dari balik lengan Diana yang seperti spaghetti.

"K-k-kita minta maaf sama lo... Kita tau kita salah ikut nyebarin gossip yang enggak-enggak soal lo sama adek lo. Tapi sumpah kita gatau siapa yang mulai gossip itu!"

"Kalo gatau ya jangan pada sok tau lah, plis deh." Sinis Diana yang mendapat pelototan dari salah satu kakak kelas.

Ran menghela napas panjang, "Aku nggak apa-apa, tapi berkat kalian Rei sampe ngejauhin aku di rumah dan bikin kami tersiksa. Jadi tolong ya kakak-kakak, jangan lagi ikut-ikutan orang lain buat nyebar kebencian gak jelas kayak gini. Kalo itu semua terjadi ke kalian sendiri bisa jadi efeknya lebih parah loh."

Teman-teman sekelas Ran agak ngeri melihat gadis itu bicara dengan nada yang tenang dan tersenyum, somehow malah keliatan mengerikan.

Salah satu cowok yang ujung bibirnya lebam buka suara, "I-i-iya... Kita juga gak mau gagal masuk PTN karena ada catetan buruk dari sekolah."

"Nah itu tau. Jangan diulangi ke siapapun ya, kak."

Ketika gerombolan kakak kelas itu hendak pergi, Ran menahan mereka lagi. "Oh iya, satu lagi kakak-kakak."

Mereka serentak menoleh ke adik kelas yang masih duduk tenang memangku bekalnya itu, "Kalo bisa sih kakak-kakak cari dalang dari semua gossip ini. Lebih berguna timbang ngajak anak kelas satu adu jotos."


---------------------


Jumat adalah harinya Ran piket, juga hari Angkasa jaga gerbang bersama Wibisono. Pukul 7 pagi gadis itu sudah sampai di gerbang Citra Bangsa disambut dua kakak tatib itu yang tentunya berangkat lebih pagi.

"Ohayogozaimasu!~" Sapa gadis itu ceria.

"Ohayooo Ayu-chan!"

"Pagi, Ayudia."

"Udah pada sarapan belom? Nih aku bawain sandwich sama susu buat kalian." Ran menyerahkan tas bekal kecil kepada Angkasa. Ada kotak bening berisi sandwich BLT dan sandwich tuna salad serta dua kotak susu. Coklat untuk Angkasa, pisang untuk Wibisono.

Laki-laki tinggi besar itu terharu Ran sampai hapal rasa susu dan isian sandwich kesukaannya.

"Ya ampun, yu... Kamu inget aku suka susu pisang... Makasih..."

"Lebay lu." Angkasa menyenggol kawannya yang sedang menutup mulutnya dengan telapak tangan dan mata yang berkaca-kaca.

"Hahahaha! Aku dikasih tau kak Angkasa, dihabisin yaa kakak-kakak. Aku masuk duluan."

"Loh di sini aja ikut jagaaa." Rengek Angkasa yang pipinya langsung dicubit.

"Aku kan piket. Dah ah see you later, kak!"

Langkahnya ringan dan riang seraya kedua kakinya membawa Ran ke kelas 11-IPA-3 di lantai 3. Seperti biasa, ia datang duluan dan sempat menyapa pak Wan, satpam yang membuka kunci pintu kelas-kelas di lantai ini.

kisah-kasih di sekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang