shi juu shi: jadian

6 1 0
                                    

"rei kok ngelamun?" tanya ayudia pada hari minggu tanggal 17 januari waktu itu. yang ditanya masih terdiam sambil menikmati makan siang yang tidak kunjung dihabiskan itu. "mikirin apa?" lanjutnya.

lantas rei menggelengkan kepalanya dan kembali melahap makan siangnya. "nggak ada kok."

"pasti wasa."

"UHUK UHUKKK!"

dengan cepat rei meneguk air mineral pada botol minumnya. apa terlihat sangat jelas di mata kakaknya itu kalau seorang rei lagi mikirin wasa?

"kalo batuk berarti iya." ujar si ane.

rei menepuk-nepuk dadanya secaranya perlahan lalu meletakkan botol minumnya sembari berdeham dan bersendawa. ia ingin bercerita soal hangout-nya bersama wasa kemarin tapi ada hal yang membuat rei tidak yakin—harus diceritakan atau tidak.

"emang kalian ngapain sih? kok kamu sampe ngelamun gitu? wasa ngapain kamu?" tanya ran.

"hahaha dia nggak ngapa-ngapain kok, ane. tenang aja." jawab gadis bernama lain garvitta tersebut.

rei masih terus memikirkan kalimat yang diucapkan wasa dari apa yang rei lihat melalui bentuk bibir milik wasa. ia tidak yakin dan tau pasti apakah itu benar-benar "saya suka kamu", "apa sudah puas", "ayam saos kari", atau yang lainnya. rei nggak ngerti.

tapi kenapa wasa sampai harus melepas alat bantu pendengaran miliknya?

pasti ada sesuatu yang wasa ucapkan tapi tidak ingin rei mendengarkannya atau sengaja membiarkan rei untuk membaca bentuk bibirnya saat mengucapkan kalimat apalah itu.

sampai hari senin saat upacara pun, wasa terlihat biasa-biasa saja ke rei. ditambah lagi luna yang minta perhatian ke wasa karena capek berdiri terus di bawah matahari pagi yang tidak terlalu menyengat.

"bersamaan dengan pelaksanaan citra bangsa cup pada bulan april, saya harap para murid citra bangsa bersedia mewakili sekolahnya untuk masa depan yang lebih baik serta menjaga nama baik citra bangsa yang sudah dikenal oleh masyarakat. mari kita semua sama-sama saling mendukung dan berjuang untuk citra bangsa. partisipasi kalian akan sangat berharga bagi citra bangsa. in citra bangsa we trust!" seru wakil kepala sekolah bernama pak yunho.

"IN CITRA BANGSA WE TRUST!" seru balik para murid citra bangsa yang memiliki motto victoriae decus ac lumen (kejayaan dan cahaya kemenangan).

diam-diam wasa mengarahkan matanya mencari rei yang bersembunyi dibalik para murid tapi terus menerus dihalangi oleh luna yang curi-curi pandang kepadanya. yang dipikirkan wasa saat ini adalah apakah rei mengerti apa yang ia ucapkan kemarin sabtu di galeri seni?

luna tau kalau wasa itu menghabiskan waktunya bersama rei kemarin sabtu sehingga ia menelpon wasa dengan alasan ayahnya ingin mengajak wasa ngobrol soal citbang cup. alhasil, laki-laki itu harus mengantarkan rei secara terburu-buru.

ya, memang sampai sana beneran bahas citbang cup walaupun sebenernya wasa tau kalau luna cemburu soal wasa yang hangout atau malam mingguan sama rei.

entah bagaimana caranya luna memanipulasi wasa, semenjak hari mereka keluar, wasa tidak lagi berkomunikasi dengan rei. berbicara secara langsung bersama rei saja tidak sempat. bertemu hanya saat kelas agama dan itupun mereka tidak banyak berbicara karena setelah selesai kelas, luna sudah menunggu wasa di depan kelas.

rei tidak cerita kepada siapapun karena semua orang tau wasa tidak pernah bisa bersikap kasar ke luna dan akan tetap diam atas sikap luna kepada wasa. walaupun sudah janji melakukan propaganda new year new wasa, laki-laki itu masih belum berani kepada luna.

di saat itu, abbyan datang menghibur walau hatinya sakit sekali harus merelakan orang yang dia sayang untuk orang yang lebih pantas. meskipun begitu, abbyan bersikap profesional. ia memberi semangat kepada rei tanpa embel-embel masih mencintai ataupun menyayangi. ia hanya perlu fokus berlatih untuk citbang cup yang akan dilaksanakan pada bulan april.

kisah-kasih di sekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang