san juu sichi: uas

5 1 0
                                    

Berita dikeluarkannya Joana dari sekolah menyebar bak api ganas di seluruh penjuru sekolah. Meskipun begitu berita semacam ini tidak pernah sampai bocor ke kalangan luar Citra Bangsa, mereka semua juga sadar kalau menjaga nama baik sekolah mereka tetap penting.

Di hari Joana resmi dikeluarkan, gadis itu memang diperbolehkan belajar disana untuk yang terakhir kalinya dan mengemasi barang-barangnya. You just had to be there untuk menyaksikan orang tuanya mengamuk di ruang kepsek.

"SAYA AKAN TUNTUT SEKOLAH INI DAN SAYA BIKIN RATA SAMA TANAH! CAMKAN ITU!!"

"Silakan ibu mencoba, nanti kita lihat bagaimana hasilnya."

Anak-anak inti OSIS yang turut berada di sana sampai ikut geram dengan keluarga ini. Sudah jelas anaknya salah kok masih saja mau aneh-aneh.

Bukan hanya dikeluarkan, Joana juga dituntut oleh orang tua Rei dan harus melakukan hukuman di penjara untuk beberapa bulan. Semua berkat bantuan pengacara yang merupakan sobat uncle Jae, yaitu om Brian.

Rei dan Ran yang mengetahui hal ini sangat lega dan beban hidup mereka seperti terangkat seperempatnya.

Sungguh sebuah kebetulan Joana dan keluarga yang dikawal polisi berpapasan dengan Hasegawa di lobby. Mereka bisa melihat wajah Joana yang basah karena air mata tapi masih sempat-sempatnya memberi tatapan sinis ke mereka. Begitu pula mamanya yang kaget melihat Rei, tapi sudah kepalang kesal dengan keadaan.

"Kasian juga ya liatnya...."

"No, she deserves it. Jangan kasian sama dia, Rei."







Belakangan ini Ran sering mengalami anxiety attack dan itu sangat mengganggu belajarnya. Dia kesal ketika harus izin ke toilet untuk menenangkan diri walaupun gurunya mengerti.

"Yu, are you okay?"

Kali ini Diana yang menemaninya di balik pintu bilik sementara ia mondar-mandir di dalam. Keringat dingin mengucur dari pelipisnya dan semua kalimat-kalimat buruk dari terror itu muncul lagi di kepalanya. Tanpa sadar gadis itu mulai menangis tersedu-sedu.

"Ayu, tarik nafas yang dalem dan hitung sama gue ya."

"Satu... dua..." Diana mulai menghitung ketika ia dengar sahabatnya mulai menarik nafas. Mereka berhitung sampai sepuluh dan diulang lagi.

Sampai ke hitungan yang ketiga, Ran membuka pintu biliknya.

"Come here... It's okay, everything's okay now." Diana mengelus punggung Ran yang sekarang terasa lebih kurus darinya.

"Dah lo cuci muka gih."

"Yah... masih keliatan banget abis nangis." Katanya ssetelah membasuh wajah.

"Tenang kawan, gue bawain bedak sama lipbalm."

Ran terkekeh, kepikiran aja si Diana ini. Berkatnya, mereka kembali ke kelas dengan Ran yang sedikit lebih ceria. Walaupun beberapa anak melihatinya dengan prihatin sih.

Sama seperti Rei, di jam istirahat ini Ran memilih untuk memakan bekalnya di kelas. Hal ini sudah ia jalani hampir dua minggu, entahlah rasanya lebih tenang dan aman saja di dalam kelas. Kadang Angkasa menemaninya makan di bangku depan kelas.

kisah-kasih di sekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang