shi juu sichi: tragedi berdarah & recovery

12 1 0
                                    

// violence & blood


Hari Sabtu itu di tengah kegiatan JBC yang sudah tidak terlalu sibuk, Ran lagi-lagi mendapat SMS terror. Tapi kali ini benar-benar membuatnya panik dan langsung melesat ke toilet yang jarang digunakan dengan membawa botol minum dan obat-obatannya.

Ia duduk di salah satu bilik kemudian meminum obatnya sambil menangis dan bergetar hebat sampai hampir tersedak. Semua pertanyaan mengapa ia harus mengalami ini berputar-putar di kepalanya.

Tidak lama kemudian ada seseorang masuk, maka ia cepat-cepat menghapus air matanya dan berjalan cepat tanpa melihat siapa orang itu. Naasnya, pintu kamar mandi terkunci. Di situlah ia menyadari kalau gadis yang berdiri di depan wastafel adalah orang yang paling ditakutinya saat ini.

"Hari ini lo bakal mati."

Berdiri di depannya ialah Christina yang benaran mengganti gaya rambut sampai berpakaiannya persis seperti dirinya saat ini. Ran tidak bisa lari karena badannya sudah merapat dengan tembok ketika kakak kelasnya itu menjenggut rambutnya keras lalu menariknya menjauh dari pintu, membuatnya mengaduh kesakitan.

Badannya terasa kaku namun lemas. Ia cuma bisa menekuk tubuhnya yang ditendangi Christina.

"Gue benci sama lo!"

"Lo yang bikin semuanya berantakan!"

Ran hanya bisa menangis kesakitan, tidak mampu melawan.

Christina berhenti untuk mengambil nafas sebelum kembali menarik rambut Ran hanya untuk melayangkan tinjuan-tinjuan ke kepala dan wajahnya.

"Lo punya segalanya sedangkan gue enggak! Semua orang suka sama lo! Emang apa sih spesialnya cewek kayak lo?! Kenapa gak ada yang sayang sama gue?!! Kenapa??!!" Gadis itu semakin membabi buta menyerang Ran yang bahkan tidak bisa apa-apa.

"Angkasa should've been mine! MINE!" Bentaknya sambil menarik kerah kaos Ran kemudian membenturkan kepala objek kebenciannya ke lantai.

Mulut dan hidungnya mengeluarkan banyak darah, mengotori kaos putihnya. Christina tidak memberi ampun padanya yang sudah terlihat in and out. Ketika gadis yang setahun lebih tua itu berhenti lagi untuk mengambil nafas, tubuhnya hanya terbujur lemas di lantai toilet. Kilas balik hidupnya tiba-tiba berputar dalam kepala.

Tanpa sadar Ran mengatakan, "So this is how I'll die..."

"You're gonna die, but not that fast."

Ran tidak bisa melakukan apapun ketika Christina duduk di atasnya dan menancapkan sebuah gunting ke perutnya tanpa aba-aba. Gadis setengah Jepang itu hanya bisa memekik pelan, tidak ada energi lagi untuk berteriak.

Sakitnya semakin dahsyat ketika Christina mencabut gunting itu dan mengangkatnya tinggi. Namun Ran sudah terlanjur hilang kesadaran dan memasrahkan hidupnya. Dalam batinnya ia berharap tidak merasakan sakit lagi dan segera mati.

"ANEEE!!!"

Christina tidak menyadari kalau tadi ada yang berusaha membuka pintu toilet dan kini ia datang dengan teman-temannya.

Ialah Fahri dan Gamal yang berhasil mendobrak pintu karena keresahan Lia yang tadi mencoba membukanya. Mereka diikuti Rei, Hendry, dan Hasan yang baru datang dari lapangan belakang dan ikut paranoid karena Ran juga sedang tidak ada di ruangan.

Apa yang ditakutkan Rei nyata adanya, melihat kakaknya telentang kaku di lantai penuh darah. Ia sampai terhuyung ketika empat laki-laki itu menerobos masuk.

"AAAAAHHH!"

Hendry berhasil menghentikan Christina dari menusuk tubuh Ran lagi dengan tangan kanannya sebagai pengganti.

kisah-kasih di sekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang