juu hachi: lapangan belakang

10 3 1
                                    

"waktu kelas olahraga beberapa hari lalu, anemu kena bola softball." cerita hendry sepulang sekolah dan seperti biasa nemenin rei nungguin sekolah sepi.

semenjak rei lolos duta, rei selalu menghabiskan waktunya di ruangan brodcasting dan tentunya selalu ditemani oleh hasan dan hendry. mereka semakin dekat semenjak itu sampai tak menyangka sudah sebulan rei dan hasan bersekolah di citra bangsa.

kebetulan di hari senin, hari itu, para finalis 10 besar baru saja mengadakan rapat pertama saat jam istirahat. yang dibicarakan tentu seputar apa itu duta sampai perkenalan. mereka akan diberikan beberapa misi setiap minggunya untuk penilaian para juri.

rei hanya terdiam saat mendengar berita dari kak hendry saat rei mendapat tugas untuk membantu kakak-kakak yang lain untuk mengedit beberapa foto untuk majalah edisi bulan agustus.

"HAH? BOLA SOFTBALL?! APA NGGAK KENAPA-KENAPA?" pekik hasan.

"untungnya nggak kenapa-kenapa. ya, sempet sesak napas sih karena bola softball kan sekeras itu." jelas hendry.

pantas saja. waktu itu kakaknya duduk di ruang tengah sambil mengompres lehernya dengan sebuah kain. beliau juga tidak bisa mengunyah yang keras-keras sehingga membuat ran harus makan sesuatu yang lembut mungkin sampai hari ini.

"siapa yang ngelempar?" tanya rei sambil masih sibuk ngedit.

hendry gelagapan. dia sudah diberi pesan oleh ran untuk tidak mengungkapkan siapa pelakunya.

"nggak tau, rei. nggak kenal." jawab hendry bohong.

rei menghembuskan nafasnya panjang. ia menundukkan kepalanya dan secara tiba-tiba menangis sampai sesenggukkan. hasan hendry yang duduk sambil main game langsung kebingungan. mereka cepat-cepat cari tisu yang kemudian diberikan kepada rei.

gadis itu menjalani hidup yang tidak tenang sepekan ini dan semuanya dimulai saat ia lolos ke babak selanjutnya untuk acara duta. berita bohong soal dirinya dan terutama kakaknya, menyeruak dengan cepat ke seisi sekolah.

jujur, rei capek. dia rasanya nggak sanggup harus selalu mendengarkan berita atau cerita tidak masuk akal soal kakaknya. demi tuhan, rei ingin berhenti sekolah dan tidak melanjutkan kedutaannya tapi jika rei melakukan itu, ia adalah seorang pecundang.

tujuannya sekarang adalah membuktikan kepada semua orang bahwa dia layak dan mampu. kakaknya itu tidak ikut campur sama sekali soal kedutaannya dan rei harap rei menemukan siapa dalang di balik semua ini.

"rei, tenang..." kata hasan.

rei masih sesenggukkan. "aku nggak kuat, san. rasanya capek harus jalanin hari-hari yang selalu sama kayak gini." ujar rei.

seumur-umur hendry kenal rei, dia nggak pernah liat rei nangis dan entah kenapa, akhir-akhir ini laki-laki itu jadi sering melihat rei nangis.

"nggak boleh nyerah tau, rei." kata hendry. "emang sih berat tapi kalau kamu terus ngehirauin omongan orang-orang, you will always at your lowest part of your life."

"aku nggak kuat sama omongan orang soal ane..." eluh rei sembari menyeka air matanya dengan tisu pemberian hasan.

"mungkin ini saatnya rei berhenti ngehirauin omongan orang-orang soal kak ran. percuma aja. mereka nggak bakal berhenti sampe kamu bener-bener ketemu sama dalangnya. bukannya itu tujuanmu buat nyari dalangnya?" tanya hasan.

rei ngangguk.

"nah, maka dari itu. jangan sedih mulu. jangan pikirin omongan orang-orang soal kak ran atau kak ran bakal gimana. kakakmu tuh hebat tau rei tenang she got these. intinya kamu harus fokus sama tujuanmu dan yang lebih penting adalah kamu punya aku dan kak hendry." jelas hasan.

kisah-kasih di sekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang