Gue turun di depan minimarket ya niatnya buat beli cemilan gitu.
Pas gue keluar dan mau ke apartemen.
Ada dua orang cowok deketin gue, awalnya gue biasa aja dan diemin mereka godain gue.
Sampai mereka megang tangan gue, gue pelintir tangannya kebelakang.
"Mau lo apa sih!" teriak gue
"Berani juga ya lo" kata salah satu cowok
"Galak banget jadi cewek" goda satunya lagi.
"Lo jangan macem-macem ya sama gue!" bentak gue
"Emang lo siapa?" tanya mereka dan mendekati gue.
"Lo jadi cowok ga ada akhlaknya banget!" bentak gue emosi
"Takut sama kita?" tanya salah satunya
"Buat apa gue masih disini kalau takut?" tantang gue dengan kekehan kecil.
Tiba-tiba mereka nyerang gue dong, ya gue ladenin satu-satu.
Sepi sih memang jalan mau ke apart.
"Stop!" teriak seorang wanita.
Gue terkekeh kecil ngeliat siapa yg teriak tadi.
"Pergi lo berdua" katanya pada kedua cowok tadi
"Ternyata lo jago juga bela diri" kekehnya.
Gue masih natap dia sambil ngos-ngosan.
"Ternyata selain lo pinter, lo jago ngerawat anak kecil, lo jago bela diri. Pantes Vino mau sama lo ya" kekehnya lagi
"Tapi sayang lo ga cocok buat Vino. Lo itu jelek, buluk. Seharusnya sadar diri, mana yg lebih cocok buat Vino" katanya sambil nunjuk gue.
"Mau lo apa?" tanya gue tenang walaupun sedikit terpancing emosi.
"Mau gue, lo jauhin Vino. Kalau lo ga lakuin itu, lo tunggu aja hadiah dari gue" kekehnya.Sreekkk
"Shh" ringis gue tertahan
"Sakit? Ini belum seberapa. Lo jago bela diri tapi gini doang udah kesakitan. Lemah lo" kata dia pergi ninggalin gue.
Tangan gue sobek, Sandra ngelukain tangan gue pakai pisau kecil.
Ya Sandra yg lakuin ke gue. Emang gue salah apa sih sama dia sampai segitunya?
Gue mutusin buat ke apart, gue ngobatin di apart aja.
Sampai di apart gue ngobatin luka gue, sebenernya ini harus dijahit.
Tapi gue udah ga tahan perihnya.
Gue nelpon bang rian.
"Bang bawa dokter, yg jahit kaki gue waktu itu. Buruan! Tangan gue!" pekik gue sesekali meringis, bukan sakit tapi perih.
35 menit gue nungu bang rian datang bawa dokter sama 1 suster.
Gue dibius, dan tangan gue dijahit 6, dan diperban.
Gue dikasi obat pil sama salep.
Tapi pilnya gue balikin, gue ga suka minum pil kaya gitu.
"Lo kenapa bisa gini sih dek?" tanya bang rian duduk disamping gue.
"Kaya ga tau aja lo gue gimana" jawab gue.
"Makasih ya dok, sus" kata gue ke dokter sama suster.
"Baik saya permisi. Untuk ganti perban dan buka jahitan bisa hubungi saya atau langsung ke Rumah Sakit" kata dokter
"Baik dok" jawab gue. Setelah bang rain sama dokter bicara gtu mereka pulang.
Bang rian nyamperin gue.
"Lo ga pulang?" tanya gue
"Nanti. Lo cerita dulu kenapa lo bisa kaya gini?" tanya bang rian
"Gapapa. Ada saatnya nnti lo tau" jawab gue
"Kalau lo mau cerita. Bilang ke gue atau sama istrinya abang. Lusa dio balik" kata bang rian berdiri
"Sip bang. Oiya besok jemput gue ya, mobil gue tinggal direstoran deket kantor tadi" kata gue.
"Yaudah pulang sono" kata gue ngusir bang rian
"Abang sendiri lo usir. Yaudah hati-hati lo. Kalau kenapa-kenapa telpon gue aja" kata bang rian
"Hem. Iye" jawab gue
Bang rian pulang dan gue milih buat tidur, walaupun sedikit nyeri sih.
Tapi gue udah terlalu terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Gue Duda Anak 1
RomanceBos gue yg dingin, cuek, judesnya minta ampun ternyata punya anak. Masih muda coy, sekitar umur 27 tahun punya anak. Gila! Gue yg umurnya 24 tahun aja kaga nikah-nikah. Malah ditinggal nikah gue sama cowo yg deketin gue. Lah gimana ceritanya? Baca a...