36

19.1K 405 17
                                    

15 tahun setelahnya...




"Bun! Dasi aku mana?!" teriak Kino dari kamarnya
Aku coba hampiri Kino yg teriak
"Cari dulu sayang. Bunda taruh di tempat biasa kok" jawab aku memasuki kamar Kino
"Ga ada bun. 10 menit lagi Kino telat nih" kata Kino sambil merapikan pakaiannya.
"Tadi bunda udah bangunin kamu jam 6. Kamu aja yg ga mau bangun" ujar aku sambil sibuk mencari dasi sekolah Kino.
"Ini nih. Kamu nyarinya ga bener, pasti belum kamu cari kan tadi?" tanya aku sembari memakaikan dasi ke Kino.
"Hehehe terimakasih bunda sayang. Kino berangkat" ujar Kino sembari salim ke aku
"Sarapan dulu" kata aku
"Keburu telat bun" jawab Kino sembari berjalan cepat menuju lantai bawah.
"Bunnn! Kunci motor aku mana?!" teriak Vica dari lantai bawah.
Aku berjalan cepat ke lantai bawah.
"Kamu taruh mana?" tanya aku
"Lupa bun" jawab Vica cengengesan
Aku berjalan ke arah laci dekat vas bunga dan menemukan kunci motor ninja Vica.
"Lain kali ditaruh yg bener" kata aku memberikan kunci ke Vica.
"Terimakasih bundaa yg cantik kesayangannya vicaa. Vica berangkat" ujar Vica salim ke arah aku dan mencomot satu helai roti tawar.
Aku liat Vino berjalan ke arah aku dengan wajah bantalnya, hari ini Vino memang lagi libur kesehatannya Vino sedikit terganggu.
"Sarapan dulu" ujar aku memeluk Vino.
Vino mengangguk dan berjalan ke meja makan.
Aku persiapin semua lauk pauk serta nasi untuk Vino.
"Udah mendingan?" tanya aku sembari menyuapi Vino. Kebiasaan baru Vino, setiap dia sakit selalu minta disuapin. Vino kalau sakit harus dimanjain.
"Udah" jawab Vino masih sedikit lemas
"Habisin dulu makannya, aku ambil obatnya dulu" kata aku beranjak pergi ke arah kotak obat dan mengambil obat untuk Vino.
"Nih minum dulu" kata aku memberi segelas air putih dan 2 butir obat.
Vino meminum air beserta obatnya, makannya juga habis.
"Habis ini istirahat lagi, jangan buka laptop atau ipad kerja. Kalau kamu ketauan buka berhenti kerja kamu" ujar aku galak.
"Hehehe iyaa sayangg" jawab Vino, saat aku berbalik badan Vino memeluk aku dari belakang.
"Terimakasih" ujar Vino sambil meletakkan dagunya di bahu aku.
"Hem? Untuk apa?" tanya aku lembut sembari berbalik badan.
"Semuanya. Kamu hebat, semua kebaikan kamu, kesabaran kamu. Terimakasih sudah jadi Bunda untuk anak-anak dan jadi istri aku yg terbaik. Jangan pernah lelah ya? Jangan sampai kamu juga sakit" ujar Vino menangkup wajah aku.
"Belajar dari mana gombalnya?" tanya aku sedikit tertawa
"Beneran sayang. Ferica Leori, istri sekaligus Bunda yg terbaik dan terhebat" ujar Vino tersenyum
"Vino Aditama Bagaskara. Suami sekaligus Papanya anak-anak, yg kuat dan hebat. Kamu lebih hebat dari aku, jangan pernah pergi dari kehidupan ini dan terus bersama dengan keluarga indah kita. Aku sayang kamu, tanpa adanya kamu dihidupku saat ini. Entah akan jadi seperti apa aku, dan mungkin aku tak akan pernah merasa sebahagia ini" ujar aku memeluk Vino.
Kemudian Vino menangkup wajah aku, mulai mendekat dan tersenyum ke arah aku.
"Mau banget ya?" tanya Vino saat aku mulai memejamkan mata.
"Ishhh" kesel aku memukul dada bidang Vino.







Cuppp







Vino mencium bibir aku secara tiba-tiba dan melumatnya pelan.
Saat aku kehabisan nafas, aku memukul dadanya keras.
"Maaf" kata Vino memeluk aku.
"Istirahat sana. Nanti ga jadi istirahat lagi" ujar aku melepas pelukan Vino.
Tiba-tiba Vino menggendong aku dan membawa ke arah kamar.
"Vinooo!" pekik aku
"Iya sayang!" pekik Vino balik.


















Hai gaiss
Jujur sedih banget sih ceritanya berahkir disini.
Jujur sih setiap bagian yg aku bikin ica sedih pasti aku ikut nangis.
Tapi bukan berarti berakhirnya 1 cerita ini aku udah berhenti bikin cerita.
Tunggu cerita aku selanjutnya ya!
Semoga cerita aku ke depannya bisa lebih bagua dan baik lagi.
Terimakasih semua yg udah mau baca cerita aku!
Yang udah mau kasi vote, comment, dan masukan lainnya juga makasih buat yg udah follow aku.
Seneng banget deh😭😭
Intinya terimakasih bangettttttttt
Selamat tidur ya!
Mimpi indah💜
Byeeee






@ardisty_gizza

Bos Gue Duda Anak 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang