30

8.1K 316 20
                                    

Pas gue lagi gendong Vica tiba-tiba Sandra masuk.
"Vinnn" lirih Sandra, tapi Vino masih diem disamping gue.
"Ini anak kamu" kata Sandra sambil menangis.
Vino natap gue, dan gue langsung buang muka.
"Vinnn" panggil Mamanya Vino.
"Lo jangan drama Sandra!" kata Vino tegas, gue liat Sandra makin nangis sambil megang perutnya.
"Drama vin? Buat apa? Buat apa aku drama?" lirih Sandra.
"Vinooo!" bentak Mama, gue kaget dong.
"Apa ini ha! Apa yg kamu lakuin!" bentak Mama ke Vino.
Bunda yg ngeliat Vica kaya risih gitu bawa Vica ke taman belakang.
Bang Rian sama Bang Dio juga ikut pergi sama Mama.
Gue masih diem di kasur ngeliatin Sandra yg pura-pura nangis gue tau itu.
"Kenapa kamu tega banget sama ica vino!" bentak Mama.
Vino mengusap wajahnya frustasi, gue coba bangun dan megang tangannya Mama.
"Udah Ma" ujar gue lembut.
"Kamu diem aja Vino kaya gini dibelakang kamu?" tanya Mama sedikit emosi.
Gue ga jawab sama sekali, gue mandangin Sandra yg sedikit tersenyum.
"Jelasin Vino!" bentak Mama lagi ke Vino.
"Kenapa kalau Vino milih Sandra! Mama mau tampar Vino?! Tampar Ma!" bentak Vino balik.







Plakkkkkkk.....







Gue diam membeku ditempat.
Udara tercekat dileher gue, mata gue panas.
Pipi gue panas, dan kaya ada sengatan-sengatan.
Gue yg ditampar Mama bukan Vino.
"Cukup Ma" lirih gue sambil menunduk.
Hening beberapa saat, Sandra lari ke arah Vino dan meluk Vino didepan gue.
"Ica gak papa Ma. Mama jangan marahin Vino ya? Ica yg salah Ma. Vino ga salah, ica memang pantes dapet kaya gini. Ica yg duluan selingkuh dibelakang Vino, jadi ini salahnya ica" ujar gue menahan tangis.
"Ica?" tanya Mama lembut.
"Ica yg salah Ma. Ica yg bikin Vino kaya gini, ini bukan salah Vino ataupun Sandra. Vica juga bukan anak Vino" ujar gue menangis. Gue terpaksa berbohong, gue ga mau masalah ini malah makin rumit.

Plakkk.....

Satu tamparan mendarat dipipi gue lagi.
"Kamu pantas kan dapat ini!" bentak mama ke gue, gue mengangguk sambil menahan sakit.
"Pantas sekali saya dapat ini. Terimakasih sudah memberi saya pelajaran, secepatnya saya akan pergi dari kehidupan Vino" ujar gue menangis.
"Bagus! Lusa kamu urus perceraian kamu sama Vino!" bentak Mama.
"Hiksss....secepatnya..." lirih gue sambil natap mata Vino.
"Caa" panggil Vino menggapai tangan gue, gue tepis kasar.
"Ini salah aku. Kamu ga perlu belain aku, aku baik-baik aja" jawab gue sambil tersenyum tipis.
"Vino ikut Mama!" panggil Mamanya Vino yg sudah berdiri didepan pintu kamar.
Vino sama Sandra berjalan ke arah Mama dan ngikutin Mama pergi.
Gue terduduk lemas dilantai.
"Kenapa semua kebahagiaan berlalu begitu cepat? Bahkan disaat anakku lahir. Aku kira semua akan membaik dengan hadirnya Vica, tapi kenyataannya?" gue bertanya-tanya sendiri.
Kenapa hidup gue harus kaya gini? Gue terlalu lemah, gue terlalu rapuh.
Gue ga sekuat yg orang lihat, gue bisa kok ngehajar orang. Tapi gue ga bisa bertarung melawan hati gue.
Kalau memang ini yg terbaik buat hidup gue sama Vica, gue akan lakuin.

Bos Gue Duda Anak 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang