1.Sekolah

3.4K 171 1
                                    

Seorang gadis terbangun dari tidurnya, wajah cantik itu nampak tak pernah lelah walaupun hari-harinya tak pernah berjalan dengan bahagia, tapi meski begitu ia tetap bersyukur karena ia tau diluar sana masih banyak orang yang lebih menyedihkan dari padanya.

Ya gadis itu Kim Yena, gadis yang sederhana, terlahir dari keluarga yang sederhana juga. Ia menginjak kelas 2 SMA, ia juga bersekolah di sekolah yang cukup terkenal di kotanya. Ia bisa bersekolah di sana karena mendapat beasiswa.

Selepas siap Yena segera pergi ke sekolah tentunya dengan menaiki bus, tak butuh waktu lama ia pun sampai di depan gedung tinggi yang menjadi tempat ia menuntut ilmu.

Yena menyusuri koridor sekolah dengan menyandang tas hitamnya, di lihat semua mata menatapnya dengan sinis, tapi ia cukup tau jika mereka tidak menyukai kehadirannya. Mereka menatapnya dengan rendah, ini bukan masalah pakaian ataupun penampilan melainkan kekayaan. Sekolah ini terkenal dengan muridnya yang dari kalangan keluarga atas sedangkan Yena? Apa bisa disebut menangah ke atas, mungkin lebih tepatnya menengah kebawah.

Yena menghela nafas pelan, dalam hatinya ia berusaha menguatkan dirinya sendiri. Satu tahun lebih ia berjuang disini membuktikan bahwa ia kuat.

Teman? cukup menyedihkan jika diceritakan, selama ia bersekolah di sini ia hanya mempunyai satu teman wanita yang mau berteman dengan gadis miskin sepertinya.

Dia Jung Dae, teman satu-satunya yang ia punya, berbeda dengannya, Dae terlahir dari keluarga yang berkecukupan. Yena bersyukur setidaknya ia masih mempunyai teman.

Apa arti sebuah pertemanan itu adalah uang Yena rasa tidak
Karena menurutnya arti sebuah pertemanan itu adalah kenyamanan dan kebahagiaan.
Tapi mungkin setiap orang memiliki definisi sendiri tentang pertemanan.

Dan Yena tak mengerti kenapa Dae mau berteman dengannya

Apa yang ia andalkan darinya
Jika ia susah Yena bisa membantu apa? Untuk makan saja Yena susah apalagi membantu kesusahan orang lain

Sudah banyak kesedihan yang ia lewati disekolah ini tapi Yena tetap semangat karena ada keluarga yang senantiasa selalu mendukungnya

Kini Yena berada di dalam kelas, ia duduk di samping Dae

Tak lama kemudian datanglah guru. Lalu memgajar seperti biasanya

***

Tiga jam telah berlalu, tanpa di sadari bel istirahat berbunyi, Yena mulai membereskan buku buku yang ada di mejanya

"Hey Yena tolong pijatkan punggungku aku merasa lelah setelah belajar." lagi dan lagi, Yena di bully, sudah biasa baginya

Ya itu lah sebagian kerjaan mereka, tiada hari tanpa membully Yena, menyuruhnya ini itu...tapi tak pernah ia turutin Yena lebih baik diam
Marah? Ya tentu, semua orang akan marah saat ada orang lain dengan tanpa rasa kasian membully kita

"Hey kenapa kau menyuruhnya memijat punggungmu?" mulai lagi, Yena sudah mempersiapkan mentalnya

"Karena ia pantas jadi tukang pijat." mereka hanya bercanda jangan terlalu bawa perasaan, Yena sudah terbiasa dijadikan bahan lelucon

Suara tertawa itu menggema ditelinga Yena yang begitu menyiksanya

"Hey kau jaga mulutmu!!" jangan mulai lagi Dae,Yena tak ingin jika nasib Dae akan sama dengannya

"Hey Dae untung apa kau berteman dengan si miskin itu!!" julukan yang mereka berikan pada Yena

"Dalam pertemanan aku tak memiliki untung." inu lah yanh akan selalu Dae lakukan

"Sudah Dae tidak apa apa." ucap Yena menenangkan

"Tapi Yena ucapan mereka itu terlalu menyakitkan." Yena tau tapi ia sudah terbiasa, hingga kata yang Dae bilang menyakitkan itu terdengar biasa saja

"Tidak apa apa." berlaga kuat itulah hobby Yena

"Aku tak mengerti kenapa kau sekuat itu." mereka yang melatihnya, Dae harus bangga pada mereka

Yena hanya membalas dengan senyumannya





***

Setelah menghabiskan separuh waktunya di sekolah, akhirnya mereka pulang juga

Yena pulang menggunakan bus.Dae selalu menawarkan untuk pulang bersama tapi ia tak pernah mau. Yena tak mau merepotkan Dae

Ayah Yena memiliki cafe.walaupun ayah-nya mempunyai cafe bukan bearti mereka kaya,cafe itu kecil cukup sederhana dari cafe itu Yena dan keluarganya bergantung untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka

Mereka hanya hidup bertiga dalam satu rumah

Biasanya Yena membantu oramg tua nya dicafe sampai jam tujuh malam saja. Setelahnya Yena pulang untuk belajar,padahal ia bisa belajar dicafe sambil membantu tapi ayah dan ibunya tidak mengizinkannya katanya nanti tidak fokus belajar

Jika Yena dirumah, ia habiskan waktunya untuk bersih-bersih rumah setelahnya ia belajar. Hanya itu yang biasa Yena lakukan

Oh ya jika Yena ada waktu luang biasanya ia pergi ke tempat yang paling ia suka yaitu taman diatas bukit

Tempat itu selalu jadi saksi jika Yena sedang menangis karena lelah dengan hidupnya
Taman itu sepi karena tempatnya terpencil dan jauh dari perkotaan

Biasanya Yena naik bus terlebih dahulu setelahnya ia jalan kaki menuju taman itu

Ditaman itu hanya ada satu kursi yang biasa Yena duduki menikmati angin dan indahnya pemandangan
Tempat itu Membuatnya sedikit tenang dan sedikit menglupakan masalah hidupnya

~~~Bersambung~~~

PSYCHO : MYGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang