"Kamu serius ngajak aku kesini?" tanyaku tak percaya.
"Kenapa? Dian gak suka?"
Aku menggelengkan kepala, mana mungkin tidak suka kalau Kevin yang ajak.
"Suka! Yuk masuk."
Aku dan Kevin kini berada di tempat wahana bermain yang biasa disebut pasar malam. Jangan tanya ini pukul berapa.
Yang jelas meski masih sore hari pun, area ini ramai dan sudah bisa dijelajahi.
"Kevin, aku mau naik itu" aku sedikit merengek sambil menunjuk wahana bianglala. Kevin terkekeh lalu mengacak rambutku.
"Yuk, sayang"
DEG!
"E..e..eh yuk"
Hembusan angin menyisir pipiku lembut, dari atas sini aku bisa melihat semuanya nampak begitu kecil. Aku bahagia. Bahagia bersamanya.
"Langitnya bagus" gumamku pelan.
"Kamu suka langit?"
"Bangettt. Kamu juga?"
"Aku suka bulan. Tapi aku butuh langit untuk menetap. Kadang bulan dianggap hanya muncul dimalam hari, lalu pergi. Nyatanya tanpa bulan malam jadi gelap."
Aku berusaha untuk mencerna apa maksud dari perkataan Kevin.
Sepertinya otak udangku ini tidak bisa diajak kerja sama. Aku hanya mengangguk-ngangguk menghargai.
"Kapan-kapan aku ajak kamu naik gondola, pemandangannya lebih tinggi. Kamu bisa lebih deket sama langit nantinya."
"Serius?"
Ia menggangguk pelan.
"Janji?"
"Janji."
Waktu begitu cepat, kami pun turun dari wahana tersebut.
***
"Yuk kita foto, buat kenang-kenangan."1..2..3 CEKREK.
"Ih bagus, filternya bikin mukaku jadi cantik dikit" Kevin bergidik geli saat aku berbicara seperti itu.
"Haha.. sini aku aja yang fotoin." Kevin mengambil alih ponselku dan..
Drrrttt...drrrtttt
Ponselku berbunyi. Tertera nama "Gewry" kemudian kevin mengangkatnya. Ia menyalakan tombol loudspeaker tanpa berbicara apapun.
"WOY! Kemana aja sih HP baru nyala? Jangan-jangan kamu diculik sama berandal gila itu? Cepet share loc sekarang!" Kevin menyodorkan HP itu sambil sedikit berbisik.
"Jawab aja" katanya singkat.
"Kevin bukan berandal, Gery aja yang gila. Kevin enggak!"
"Pulang sekarang Nada!" perintahnya di ujung telepon sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELENOPHILE (Completed)
RomanceSeorang gadis berkulit putih dengan rambut kuncir kuda sedang memainkan ponselnya. Pakaiannya tampak sederhana, semburat senyumnya pun sangat hangat meski jarang ia tampakkan di depan banyak orang. Wajah seriusnya begitu cantik, kalau marah ia terl...