EPILOG

16 2 31
                                    

Apakah kalian sudah bahagia malam ini?

Kalau aku sudah.

-Diannada Anugerah

.

.

.

Sinar matahari pagi yang cerah mampu menghangatkan suasana hati Nada.

Sejak bangun tidur tadi, ia sudah bersiap menghangdapi hidupnya yang terus berjalan. 

Segala permasalahan yang ada, ia harus bisa menjalaninya dengan kuat dan tegar.

Nada yakin bahwa seberat apapun nanti, Gery akan selalu menemani hidupnya.

Seperti sekarang, lelaki itu kini sudah siap berdiri didepan mobilnya untuk menjemputku.

Tangannya menyambutku lalu mempersilahkanku masuk ke jok depan.

"Udah siap?"

"Kita kesana dulu kan?" Ia mengangguk lalu tersenyum.

Selama diperjalanan, tangan Gery tak sedikitpun melepaskan genggamannya di tanganku.

Setelah siuman dan pulih, hidup Gery kini berjalan normal.

Sekitar tiga minggu Gery beristirahat dalam masa pemulihan, kini ia sudah bisa melakukan aktifitas seperti biasanya.

Rencananya siang ini aku akan berlibur ke Villa bersama Nando, Genta dan Killa. Seperti yang sudah kami rencanakan dari jauh-jauh hari.

Tapi aku meminta Gery untuk menepi sebentar di rumah baru Kevin.

Hamparan tanah dan sedikit rumput hijau memenuhi pemandanganku bersama Gery. Aku berjongkok sambil memberi salam disebuah nisan yang bertuliskan namanya.

Kevin Yappiter.

"Hai.." Ucapku dengan nada yang bergetar. Aku menahan tangis, kugigit bibirku sebentar lalu kuganti dengan senyum yang kutampakkan tulus. 

Aku sudah berjanji pada Gery bahwa tak boleh ada air mata jika aku mau menemui Kevin. Katanya, nanti Kevin sedih kalau aku terus menangisinya.

"Kamu apa kabar?"

"Semoga kamu bahagia disana." Bisikku.

"Oh ya, semalem aku liat bulan terang banget. Kata Gery, itu kamu lagi senyum. Aku yakin kamu udah gak kesepian lagi, soalnya kamu pasti udah ketemu sama mama papamu disana iya kan?." 

Aku bermonolog. Gery hanya terdiam disebelahku dan memberiku ruang untuk berbicara padanya.

Setelah itu, aku menaruh bunga krisan berwarna kuning untuknya. 

Dan disaat yang bersamaan bulir-bulir air menetes dari langit. 

Rintik-rintik hujan turun tanpa permisi. Gery menyentuh bahuku.

"Kita ke mobil sekarang ya?" Aku mengangguk paham.

"Boleh lain kali aku kesini lagi?"

"Tentu, kenapa engga." Aku tersenyum sebentar lalu mengusap nisannya.

"Aku pamit dulu. Lain kali aku bakal mampir lagi, terus cerita-cerita sama kamu ya! Kamu bakal jadi sahabat terbaik aku pokonya! See you."

Gery membuka jaketnya lalu menutupi kepalaku agar tidak terkena hujan. Saat sampai di jok yang kami duduki, Gery yang ingin melajukan mobilnya tampak kebingungan.

SELENOPHILE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang