Chapter 29

24 1 13
                                    

Aku sedang tak ingin menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sedang tak ingin menangis

Pinjami saja aku kata-kata

untuk mengganti air mata

-Diannada Anugerah

.

.

"Astaga Lo cantik banget Nad!" Puji Killa. Aku hanya tersenyum tipis mendengar pujiannya.

"Udah jangan sedih lagi ya.. dia udah bahagia di surga. Lo harus ikhlas oke?"

Drrttt...drrrtt...

"Hallo?"

"Woy Killa.. udah siap belum si Nada? Tamu undangan udah pada dateng tau! Lama banget sih, mentang-mentang pengantin baru." Cibir seseorang di ujung telepon sana.

"Sabar.. ini otw" panggilan pun terputus.

"Yuk, jangan lupa berdoa Nad.. biar lancar."

Ini adalah hari bahagiaku. Tentu saja aku tak boleh bersedih. Kini aku kembali tersenyum, lalu bangkit dari meja rias sambil menarik gaun pengantin putihku dan meninggalkan ruangan tersebut.

***

Flashback

"GERYYYYYY!!!!!!!!!!!"

Hosh..hoshh..hoshh..

Aku terbangun dari mimpi burukku. Ternyata semuanya hanya mimpi.

Operasi yang dilakukan Gery berjalan lancar. Jantung yang ia terima berfungsi dengan baik.

Saat itu Gery masih terbaring dan belum sadarkan diri.

Tok...tok... tok.

"Permisi, ada yang bernama Diannada Anugerah?"

"Ya, saya sus. Ada apa?"

"Ada titipan. Barusan minta tolong ke saya untuk disampaikan."

"Apa ini sus?"

Sepucuk surat.

Sekilas aku bisa mencium bau harum surat itu. seperti wangi yang begitu ku kenali.

DEG!

Kevin.. ku mohon! Jangan dia.

"Itu surat titipan dari ibu pendonor jantungnya pasien. Kalau gitu saya permisi."

Aku menahan gemetar tangis yang ingin pecah dikantung mata.

"Dimana sekarang orang yang kasih surat ini sus?"

"Diruang jenazah, baru selesai mengurus data yang diperlukan."

Aku berlari dengan tergesa. Kutemui seorang wanita paruh baya itu dengan tangis yang tak berhenti mengalir.

SELENOPHILE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang