Chapter 14

16 2 3
                                    

Aku menuruni deretan anak tangga hingga sampai di meja makan.

Terlihat tante Manda yang sedang asyik mengoleskan selai cokelat pada rotinya.

"Pagi tante..pagi Gewryy.. Loh om Aru mana?"

"Udah berangkat kantor lah, makanya bangun tuh jangan siang mulu." Aku berdecih sebal.

"Nada kan lagi gak sholat Gery!"

"Iya kalau sholat pun tetep bangun siang kan."

"Udah..udah. Nada ayo sini sarapan dulu. Mau yang mana? Ambil aja ya." Ucap tante Manda yang berhasil menghentikan perseteruan kami di pagi ini. 

Aku pun melahap satu potong roti dengan selai kacang yang sudah tersedia di atas piring.

"Gimana Nada hasil UAS kemarin?"

"Alhamdulillah tante. Yang ngulang cuman 5 mata kuliah." Jawabku polos.

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA" Percayalah suara tertawa itu terdengar begitu menyebalkan. 

Ku pelototi si pemilik suara yang barusan mentertawakanku. Saat dirinya sadar sedang ku pelototi, ia langsung memasang wajah datar.

"Apa?" Jawabnya tanpa dosa.

"GAK PA-PA KOK. IYA-IYA TAU YANG PINTER. KETAWAIN AJA GAK PA-PA"

"HUSS.. Gery! Gak boleh gitu ah. Gak pa-pa nanti biar Gery yang bantuin Nada ya." Ucapnya sambil mengelus puncak kepalaku. 

Aku hanya mengangguk pelan lalu ku habiskan segelas susu hangat sebelum akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah.

***

Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang berwarna pastel sambil ku peluk sebuah boneka berukuran besar yang ikut tertidur di sebelahku. 

Bajingan itu, aku begitu merindukannya. Bagaimana kabarnya hari ini? Apakah ia juga merindukanku? 

Apakah harus aku mengorbankan harga diriku sebagai perempuan untuk mengemis cinta kepadanya? Mencarinya terlebih dahulu? Haruskah?

Aku merogoh tas lalu kuraih ponsel berwarna ungu milikku. Ku cari nama kekasihku Kevin pada kontak, lalu kuputuskan untuk meneleponnya. Lagi. 

Siapa sangka, nyatanya ia menjawab panggilan dariku.

"H.haallo.."

"Mau ngapain kamu telepon anak saya lagi?"

DEG!

"Maaf bu.. Kevinnya ada? Saya mau ngomong sebentar."

"Kevin lagi ada urusan di rumah sakit."

"Saya janji, gak akan ganggu Kevin lagi. Tapi izinin saya ketemu Kevin hari ini."

"Kamu pikir Jakarta-Bandung itu deket? Dia itu sibuk."

"Bbiar s..saya yang ke Jakarta bu." Jawabku sedikit ragu. 

Suara di ujung telepon pun hening cukup lama. Sepertinya ibunya sedang menimbang-nimbang keputusan dari pernyataanku sebelumnya.

"Oke. Dimana ?"

"Taman mini. Dekat pintu masuk gondola." Kataku mantap.

"Baik kalau gitu. Ibu janji bakal sampaikan."

Lalu sedetik kemudian ibunya memutuskan telepon dariku.

Mengapa aku begitu bodoh? Aku ini bukan gadis pemberani yang bisa pergi ke luar kota tanpa ditemani. Mustahil mengajak Gery untuk mengantarku ke Jakarta.

SELENOPHILE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang