Chapter 23

10 2 5
                                    

Maaf kalau aku gak pernah tau warna kesukaan kamu.

-G

Jangan murung, cokelat ini bisa bikin mood kamu lebih baik.

-G

.

.

***

(Genta's POV)

-Flashback-

"Sil sini, biar aku yang bantu bawain."

"Gak! Lo urus aja urusan lo sendiri! Gak usah ganggu gue!"

"Tapi.. lo udah makan apa belum? Gue bawain in.."

BRAAKKK

"Gue gak laper!"

Aku tersenyum, lalu berjongkok memunguti makanan yang Silvi tumpahkan di depan mataku agar tidak berserakan dimana-mana.

"Yaudah gak pa-pa kalau gak laper, lain kali gue bawain la.."

"Lo budek apa gimana sih! Berapa kali gue bilang. Gausah ganggu gue!"

"Hallo.. permisi. Wih ada makanan nih gue liat-liat. Jadi penasaran, gimana ya reaksi kakak senior disini kalau tau ada junior songong yang hobbynya buang-buangin makanan?" Ucapnya dengan nada sinis.

"Gak usah ikut campur!" Tak terima dengan ucapan gadis itu, Silvi pun menjambak rambutnya hingga gadis itu meringis kesakitan. Tapi ia tak membalasnya. Ia hanya melepaskan tangan Silvi dengan kasar.

"Tadinya sih gue mau bales, tapi gue lupa manusia gak boleh kasar sama binatang." Lagi-lagi ucapannya itu membuat Silvi bungkam tak bisa berkutik. Ia pun menghentak-hentakan kakinya lalu pergi meninggalkan kami berdua.

"Lo gak-papa?" Aku hanya menunduk malu.

"Kenalin gue Killa." Ia mengulurkan tangannya, perlahan tanganku menyambutnya.

"Gu..gue Genta."

"Teknik sipil juga? Kita sekelompok kan?"

"Iya"

"Irit amat ngomongnya, oh iya.. kalau boleh tau. Engg... cewek tadi siapa lo? Pacar? "

"Mantan."

"Terus putus karena apa?"

"Dia bosen, terus dia langsung pacaran sama sahabat gue. Gue masih sayang sama dia."

"Lupain Gen, lo gak liat barusan aja dia semena-mena gitu!"

"Gue gak bisa"

"Lo bisa! Gue bakal bantu lo buat move on ! inget!! Tuhan matahin hati lo, karena Tuhan mau lo ketemu orang yang tepat! Mulai sekarang lo temen gue. Kalau cewek barusan berani macem-macem biar gue yang kasih dia pelajaran. Eh disuruh kumpul tuh, ayok!"

Gadis itu menarik lenganku menuju barisan para mahasiswa baru yang kini sedang melewati masa orientasi kampus.

Para senior itu menyuruh kami untuk mengumpulkan bekal makan siang masing-masing. Kemudian bekal kami sekelompok disatukan di sebuah kertas nasi yang mereka jejerkan di lapangan.

"Habisin makanannya!! Gimana caranya semua harus habis!!"

Bayangkan saja, bekal kami sekelompok itu berbeda-beda. Ada yang membawa mie goreng, ada nasi kuning, nasi putih yang sedikit lembek, dan lauk yang beraneka ragam semua dicampur jadi satu. 

Baru saja satu suapan rasanya ingin muntah, aku benar-benar tak sanggup untuk menghabiskan semuanya.

Tapi aku berusaha makan meski rasanya sudah tidak sanggup.

SELENOPHILE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang