"Tugas air mata adalah berbicara
saat mulut tak mampu lagi untuk
menjelaskan rasa sakit"
***
Pagi ini, aku berada di sebuah bangunan berwarna putih dengan aroma obat-obatan yang begitu menyengat.
Setelah semalaman menunggu Gery yang tak kunjung sadar, tak sedikitpun aku meninggalkannya.
Tapi pagi ini dokter yang mau memeriksa keadaan Gery memintaku untuk menunggunya di luar. Aku pun menurut.
Om dan tante yang sudah ku hubungi semalam kebetulan sedang berada di bogor. Tapi katanya, pagi ini mereka akan datang.
Ini adalah kali kedua aku membuatnya terkapar di rumah sakit. Lagi-lagi aku begitu egois.
Andai saja aku tak menahannya untuk pulang dan istirahat, mungkin ini tidak akan terjadi.
Kulihat tante Manda dan om Aru yang berjalan ke arahku, ku tatap nanar mereka dari kejauhan. Saat mereka sampai di hadapanku, langsung ku peluk tante Manda dan tangisku pecah dipeluknya.
"Hiks.. maafin Nada tante.."
"Ssshh.. gak-papa." Kata tante Manda sambil terus menenangkanku.
Aku terus menangis. Mereka berdua terus menenangkanku.
Sudah setengah jam kami menunggu. Tak ada obrolan apapun diantara kami bertiga.
Semuanya larut dalam pikiran masing-masing. Mereka pun tak bertanya tentang kondisi Gery barang sepatah dua patah, seakan-akan mereka sudah begitu paham dengan situasi ini.
Bukannya mau berburuk sangka, aku mengenal keluarganya lebih dari yang kalian tahu. Karena seumur hidupku kami sudah seperti keluarga.
Padahal dari semalam Gery belum sadar. Dokter pun enggan berbicara apabila tidak dengan orang tua pasien.
Lalu mengapa mereka terlihat begitu biasa saja saat putra semata wayangnya masuk rumah sakit? Sebenarnya Gery ini sakit apa? Mengapa rasanya ia begitu sering bolak-balik kesini?
Aku teringat saat kami masih SMA pun berkali-kali Gery selalu dilarikan ke rumah sakit ini.
"Tante, Gery kenapa?"
"Cuma kecapekan. Dia kan banyak aktifitas di kampus sama di luar kampus." Jawabnya dengan senyum.
Lagi-lagi selalu dengan jawaban yang sama. "kecapekan" katanya.
"Kamu makan dulu gih, semaleman kan udah nungguin Gery. Sekarang biar gantian om dan tante yang jaga." Aku hanya mengangguk lemah.
Saat sampai pintu keluar rumah sakit. Aku lupa dompetku tertinggal di nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELENOPHILE (Completed)
RomanceSeorang gadis berkulit putih dengan rambut kuncir kuda sedang memainkan ponselnya. Pakaiannya tampak sederhana, semburat senyumnya pun sangat hangat meski jarang ia tampakkan di depan banyak orang. Wajah seriusnya begitu cantik, kalau marah ia terl...