Chapter 28

14 2 19
                                    

DISCLAIMER!

Maaf kalau endingnya bakal mengecewakan dan gak sesuai sama ekspektasi kalian.

Aku habis disogok thai tea, makanya bisa update cepet he-he.

.

.

.

Aku bertemu Killa di rumah sakit. Sedang apa dia disini? Bukankah seharusnya ia mengikuti acara penutupan kuliah lapangannya?

"Killa? Ngapain disini?"

"N..nada? Gimana keadaan Gery udah boleh pulang kah?"

"Maksudnya? Darimana Killa tau kalau Gery sakit?"

Tunggu sebentar, kenapa Killa seakan-akan tau banyak hal yang tidak ku ketahui?

"Emm.. Nad, sorry Killa buru-buru. Udah ditunggu Genta diluar. Dia mau ngejemput Killa ke lokasi kuliah lapangan. Duluan ya Nad."

Kuikuti langkahnya menuju pintu keluar secara diam-diam. Ada Genta dengan motornya, yang turun sambil menyodorkan helm berwarna hijau tosca kepada Killa. 

Tapi sebelum Killa naik ke atas motor, Genta terlebih dahulu mencekal lengannya dan mengajaknya berbicara.

"Kamu ini anggap aku apa Kill? Kamu punya aku, jangan bersikap bodoh bisa?"

"Keputusan aku udah bulat. Tolong hargai keputusan aku.."

"Gak, kita cari jalan keluarnya. Jangan korbanin diri kamu juga!"

Killa menangis. Ada hubungan apa diantara Killa dan Genta? Sebagai teman seperjuangannya, aku merasa tak berguna. Seharusnya aku ada disana, memeluknya.

Apapun masalah yang sedang ia hadapi, pasti rasanya berat. Aku ingin memberi sandaran, mungkin selama ini aku egois. Aku terlalu cemburu saat melihatnya bersama Gery.

Setelah kupikir-pikir lagi ternyata kami memang jarang mengobrol, bukankah kita sesama wanita? Seharusnya kita menjadi sahabat yang saling berbagi cerita suka maupun duka, kenyataannya kami berdua tidak sedekat itu.

Aku terlalu menutup pintu pertemananku, sehingga lingkar pertemananku begitu kecil. Aku hanya terbuka pada Gery. Sedangkan Killa, Genta dan Nando? Aku hanya bicara seperlunya. Padahal mereka begitu baik selama ini padaku.

Dengan langkah yang gontai kulangkahkan kakiku menuju lorong yang biasa kududuki seorang diri. Ternyata ada tante Manda disana. Saat aku ingin berbalik, ia menahanku.

"Nada.. maafin tante. Maafin Gery juga. Tante mohon.. Gery butuh Nada."

Aku menelan kenyataan pahit ini dan berusaha melupakan egoku barang sebentar. Walau bagaimana pun Gery tetaplah sahabatku.

Meski kebohongan yang telah ia ciptakan membuatku kesal setengah mati.

Aku begitu membenci kebohongan. Sekecil apapun. 

Sama seperti yang telah Kevin lakukan terhadapku.

Tapi saat tante Manda menjelaskan semuanya, aku merasa tertampar. Ternyata tidak semua kebohongan dilakukan seseorang untuk menorehkan luka.

Justru terkadang, kebohongan dilakukan seseorang agar tidak menyakiti.

Yang kita perlukan hanyalah mendengar penjelasannya sebelum menghakimi secara sepihak.

Akhirnya aku menemui Gery di ruangannya. Ia terlihat pucat, saat melihatku ia tersenyum lega sambil membenarkan posisi duduknya.

"Nad.. maafin Gery."

SELENOPHILE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang