12 - Bima

112 64 12
                                    

Note:
Tulisan Italic Bold (Aaaa): Isi pikiran seseorang.

Semoga yang baca engga pada bingung ya.
Happy reading🌸

***

"Malu kenapa?" tanyaku ketika sudah duduk di samping Ririn.

"Karena senang pacaran dengan kakak mungkin," ucap Meta.

Aku tertawa ketika melihat wajah Ririn yang bersemu merah. Lucu menurutku.

Tanpa sadar tanganku terulur untuk mengelusnya.

"Oh iya Rin. Kamu engga jadi daftar anggota basket?" tanya Bagas kepada Ririn.

"Engga deh kak. Aku ikut ekskul lain aja."

Aku menatapnya bingung. "Kenapa?"

Dia kemudian mengalihkan pandangan dari Bagas kepadaku. "Karena satu ekskul sama kamu bakalan susah menurutku."

"Susah?"

"Iya, pasti nanti banyak omongan yang bilang aku masuk esksul basket karena kamu. Mending aku ikut ekskul lain aja deh."

"Ikut apa?" tanyaku.

"Emm, fotografi mungkin? Ada Meta dan Kak Rio di klub itu," jawabnya.

Aku menganggukkan kepalaku. Sepertinya tidak masalah kalau Ririn ikut ekskul itu. Lagipula ada Rio yang bisa kusuruh untuk menjaganya kalau ada apa-apa.

"Yasudah, itu makanannya udah aku anterin. Kami balik ke kelas ya," ucapku sambil bangkit dari bangku.

Ririn kemudian mengangguk mengiyakan.

Aku hendak berjalan namun berhenti dan kembali menoleh ke Ririn, "Rin, kamu nanti pulang sendiri ya? Aku lupa kalau hari ini ada latihan basket."

Kulihat senyum merakah diwajahnya. "Oke!" ucapnya bersemangat.

Aku lantas tersenyum dan berjalan ke arah kelasku.

"Bim, sepertinya kontras sekali dengan apa yang kau ceritakan kepada kami." Rio menatap selidik ke arahku ketika kami sudah duduk di bangku kami.

Aku mengernyit bingung. "Maksudnya?"

"Kau bilang kau hanya pura-pura pacaran. Tapi kenapa sepertinya kau benar-benar suka pada Ririn?"

Aku memang bilang kepada Rio dan Bagas kalau aku hanya pura-pura pacaran dengan Ririn. Ketika mereka menanyakan alasannya kubilang bahwa aku belum bisa bilang.

Mereka berdua hanya mengangguk, mencoba menerima apa yang kubilang.

"Kenapa kau bisa mengambil kesimpulan seperti itu?" tanyaku pada Rio.

"Yaa kejadian tadi pagi. Ketika sibuk nyalin pr kau langsung tergopoh-gopoh ketika Jason bilang pacarmu diganggu Fany."

Aku terkekeh pelan. "Ya untuk itulah aku pura-pura pacaran. Untuk melindungi Ririn dari Fany."

"Lalu kenapa kau bela-belain anterin makanan untuk Ririn. Lalu tiba-tiba kau mengelus kepalanya tadi. Bukannya kau anti sekali disentuh?" tanya Rio lagi.

Aku terdiam cukup lama. Aku juga sedikit bingung dengan sikapku.

Tiba-tiba saja Rio menujukkan telunjuknya kepadaku sambil tertawa. "Benarkan kubilang. Kau benaran suka dengannya. Apa pura-pura pacaran hanya akal-akalanmu saja?"

Aku langsung mengambil telunjuknya dan memelintirnya ke belakang. Rio mengaduh kesakitan namun masih tertawa menggoda kepadaku.

"Berisik! Udah lihat ke depan sana. Pak Edi sudah masuk," ucapku cepat.

GarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang