Note:
Tulisan Italic Bold (Aaaa): Isi pikiran seseorang.Semoga yang baca engga pada bingung ya.
Happy reading🌸***
Aku menatap sosok Ririn yang sudah berada di dalam mobil Dimas. Entah kenapa aku ingin pria yang di samping Ririn saat ini adalah aku. Namun, tentu tidak bisa.
Aku menutuskan untuk berbalik dan kembali memasuki apartemenku.
"Ririn udah pulang?" tanya ibuku.
"Sudah," jawabku singkat.
Aku merebahkan tubuhku pelan ke atas sofa sambil memejamkan mataku. Saat itu kurasa sofa bergetar, tanda seseorang duduk di sampingku.
"Kamu suka sama Ririn kan?" tanya Denis.
Aku langsung membuka mataku dan menjauhkan wajah Denis dari telingaku.
"Berisik, jauh-jauh sana," ucapku.
Namun Denis sepertinya tidak jera juga. "Ririn belum menikah bukan? Rebut saja dia."
Aku menatap Denis kesal lantas memegang tangannya.
Tentu saja kau akan dipermalukan bila berniat merebut Ririn lalu di tolak.
Aku lantas menghempaskan tangannya asal. "Aku tau niat busukmu," ucapku pelan.
Denis lantas bangkit dari duduknya. "Curang, kau tidak bisa menggunakan kekuatanmu sesuka hatimu," ucap Denis.
Aku hanya mengangkat bahuku, tidak terlalu peduli dengan omongannya.
Aku kemudian berjalan ke dalam kamar dan memutuskan untuk tidur. Mencoba untuk melupakan rasa iri terhadap posisi Dimas yang berada di samping Ririn saat ini.
***
"Halo," jawabku pada penelepon di seberang sana.
"Halo, Bim. Apa kau sibuk? Bisa bertemu sebentar nanti siang?"
Aku menatap ponselku yang menampilkan nama Dimas di layar, aku melihat jam diponselku. Kemudian menempelkannya kembali.
"Tentu saja. Aku tidak ada kegiatan hari ini."
Setelah menutup telepon dari Dimas, aku langsung berjalan ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Aku harus mampir ke kampus sebentar, lalu ke kafe yang disebutkan Dimas di telepon tadi.
"Hai, apa kabar?" tanya Dimas yang baru saja sampai dan duduk di depanku.
Aku menatap Dimas yang memakai setelah kemeja yang sangat rapi. Dimas sudah bekerja, sedangkan aku harus mengulang setahun untuk masuk ke kedokteran, sehingga aku sedikit tertinggal dari Dimas.
"Kabar baik. Bagaimana denganmu?" tanyaku.
"Seperti yang kau lihat," ucapnya tersenyum.
Aku hanya menganggukkan kepalaku. Sepanjang makan, hanya terdapat sedikit pembicaraan diantara kami.
Aku menatap Dimas heran. Kenapa Dimas ingin bertemu denganku bila ia hanya diam seperti sekarang.
Tidak lama kemudian, Dimas meletakkan sendoknya dan menatapku tajam.
"Apa kamu bisa menjauhi Ririn?" tanya Dimas langsung pada inti pembicaraan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis
Fantasy[Selesai] 07.09.2020 Konon menurut cerita dari leluhurku, hanya ada satu pasangan untuk pemilik kekuatan sepertiku. Aku tidak bisa membaca pikirannya, begitupun sebaliknya. Itulah tanda bahwa dia merupakan pasanganku. Orang yang telah digariskan me...