Note:
Tulisan Italic Bold (Aaaa): Isi pikiran seseorang.Semoga yang baca engga pada bingung ya.
Happy reading🌸***
"Bim, kau kenapa sih?" tanya Bagas padaku.
Aku menolehkan kepala. "Engga kenapa-kenapa? Ada apa memangnya?"
Bagas memegang lututku. "Bisa tidak kau berhenti menggoyangkan kakimu? Aku risih melihatnya?"
"Ah, maaf."
"Ada apa?" tanyanya lagi.
Tiba-tiba terdengar suara Rio dari arah depan kelas. "Good morning eveybody! Cepat bener kalian datang hari ini? Masih 10 menit lagi bel."
Aku dan Bagas tidak menggubsirnya.
Rio mengerutkan keningnya sambil meletakkan tasnya di atas meja. "Ada apa sih? Serius sekali?" tanyanya.
"Kemarin aku ketemu Nadin," bisikku.
"Nadin?!" tanya Rio dan Bagas berbarengan.
Sontak beberapa mata, terutama Dimas, melihat ke arah kami.
Aku menempelkan telunjukku di depan mulutku. "Sst, jangan berisik."
Rio dan Bagas hanya menganggukkan kepala mereka.
"Jadi, kau ketemu Nadin dimana?" tanya Rio.
"Di Res Plaza."
"Bukannya kata Raka, Nadin sedang di luar negeri?" Tanya Bagas menimpali.
Aku menggelengkan kepalaku tidak tahu.
"Lalu? Kenapa kau panik begini pagi-pagi? Karena kau pacaran dengan Ririn?" tanya Rio.
Aku menganggukkan kepala.
"Bukannya kau pura-pura? Kau tinggal putuskan hubungan dengan Ririn."
Bagas lantas memukul kepala Rio.
"Apasih?!" tanya Rio marah.
"Kau itu bolot atau apa sih? Jelas-jelas Bima benar-benar suka Ririn," ucap Bagas.
"Aku tau itu. Tapi kan ini Nadin. Perempuan yang bikin kau kacau saat dia tiba-tiba saja menghilang," ucap Rio.
Aku menghela napasku keras. "Aku bingung sekali. Satu sisi aku sayang dengan Ririn. Namun ketika melihat Nadin, tiba-tiba saja aku sadar, kalau aku belum sepenuhnya lupa dengannya."
Bagas meneput pundakku. "Kau tidak boleh plin-plan begitu Bim. Saat ini kau sedang bersama Ririn. Maka kau jangan memikirkan perempuan lain. Berhentilah bertingkah seperti lelaki bajingan."
Aku menghela napas keras. Benar apa yang dibilang Bagas. Aku tidak boleh menyakiti Ririn.
Terlebih, Ririn adalah pasanganku.
"Yang penting, Ririn dan Nadin belum berjumpa langsung. Kau tenangkan diri dulu, baru kau jelaskan pelan-pelan pada Ririn."
Aku mengangkat wajahku yang dari tadi tertunduk.
"Nah itu dia, masalah diatas masalah. Aku jumpa Nadin malah disaat aku sedang dengan Ririn," ucapku lemas.
Rio dan Bagas hanya menatapku dengan iba.
Apa yang harus kulakukan.
***
Aku menyendokkan nasi goreng ke mulutku sambil sesekali mencuri pandang kepada Ririn.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis
Fantasy[Selesai] 07.09.2020 Konon menurut cerita dari leluhurku, hanya ada satu pasangan untuk pemilik kekuatan sepertiku. Aku tidak bisa membaca pikirannya, begitupun sebaliknya. Itulah tanda bahwa dia merupakan pasanganku. Orang yang telah digariskan me...