Note:
Tulisan Italic Bold (Aaaa): Isi pikiran seseorang.Semoga yang baca engga pada bingung ya.
Happy reading🌸***
"Bim, mungkin sebentar lagi akan keluar laser dari matamu," ucap Rio kepadaku ketika kami bertiga sedang di kantin.
Sejak kejadian di sekret tempo hari, sudah hampir seminggu ini, aku mengamati gerak-gerik Raka. Sampai-sampai Rio dan Bagas bingung terhadap tingkahku.
"Jangan-jangan kau suka dengan Raka?" ucap Bagas datar.
Aku langsung mengalihkan pandanganku dari Raka. "Kau gila? Mau mati?"
Bagas kemudian tertawa. "Kalau begitu hentikan. Banyak perempuan yang melirikmu, namun kau malah melirik Raka."
Saat itulah mataku melihat Ririn, Meta, dan satu temannya yang lain. Salah satunya aku tidak terlalu kenal.
Kulihat Ririn melewati meja Raka, kemudian melewati mejaku, dan duduk di meja paling ujung.
"Hari ini kalian ada pertemuan klub?" tanya Rio.
Bagas kemudian menjawabnya, "Iya, pendaftaran sekalian perkenalan anggota. Klub fotografi sudah mulai pendaftaran?"
"Sudah."
Aku langsung menimbrung pembicaraa mereka. "Jadi, bagaimana kau dan Meta?"
Rio hanya tersenyum malu.
"Astaga, wajahmu sangat menjijikkan. Jauhkan wajahmu dariku," ucapku sambil mendorong wajahnya yang berada di depanku.
"Sehabis pertemuan klub kemarin, aku mengantarnya pulang."
"Oh ya? Cepat juga kau bergerak," ucap Bagas.
Rio lalu menceritakan awal mula mereka bisa pulang bersama. Aku hanya mendengarkan sambil sesekali ikut dalam percakapan itu.
Mataku sesekali masih mengawasi Raka dan Ririn bergantian. Saat itulah aku melihat Raka tertawa sinis sambil melihatku.
Dia lantas berdiri dari bangkunya dan berjalan. Tatapanya masih kepadaku kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arah Ririn.
Aku lantas bangkit dari dudukku dan berjalan cepat kearahnya. Menceganya berjalan melewati mejaku.
"Eh? Bim? Mau kemana?" tanya Rio heran.
Aku tidak menggubsir omongan Raka, lalu langsung mencegat tangan Raka.
"Mau apa kau?" tanyaku ketika aku sudah berdiri di depannya.
Melihat kau seperti ini sangat menyenangkan, Bim. Sepertinya memang ada sesuatu antara kau dengan perempuan itu. Semakin kau ingin melindunginya, aku semakin ingin menyakitinya. Namun sepertinya perempuan itu beruntung. Bukan sekarang waktunya. Nanti, nanti aku akan membuat dia dan kau menderita.
Aku lantas melepaskan tanganku dari lengan Raka.
"Bim, kenapa?" tanya Rio yang sudah berdiri disampingku.
Aku masih menatap tajam Raka. Sepertinya aku harus melindungi Ririn.
Saat itulah kulihat Ririn melewatiku, menatap heran adegan di depan matanya. Namun sepertinya dia tidak terlalu tertarik.
"Bim, udah bel. Ayo balik ke kelas." Bagas mendorong pundakku agar aku berjalan maju.
Aku lantas berjalan meninggalkan Raka yang tersenyum puas dengan tindakanku tadi.
***
"Bim, Bas, Aku balik duluan ya," ucap Rio kepadaku dan Bagas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis
Fantasía[Selesai] 07.09.2020 Konon menurut cerita dari leluhurku, hanya ada satu pasangan untuk pemilik kekuatan sepertiku. Aku tidak bisa membaca pikirannya, begitupun sebaliknya. Itulah tanda bahwa dia merupakan pasanganku. Orang yang telah digariskan me...