6 - Ririn

202 113 27
                                    

Note:
Tulisan Italic Bold (Aaaa): Isi pikiran seseorang.

Semoga yang baca engga pada bingung ya.
Happy reading🌸

***

"Kenapa kalian bisa dihukum sama pak Edi?"

Suara tersebut membuyarkan lamunanku. Dimas berjalan pelan disampingku sambil membantuku berjalan.Walaupun sudah kukatakan bahwa aku tidak memerlukan bantuannya.

Bukan tidak suka, namun aku takut debaranku terdengar olehnya. Namun Dimas masih bersikukuh untuk membantuku.

"Karna berbicara ketika pak Edi sedang menjelaskan, kak," jawabku pelan.

Dimas tertawa mendengar jawabanku. "Sepertinya mood pak Edi sedang buruk sekali. Sebelum masuk kelas X-5, Pak Edi masuk ke kelas kami. Wah, tegang sekali selama jam pelajaran."

Aku hanya tersenyum kecil.

"Kamu sudah tau akan masuk ekskul apa? Bukankah seharusnya kalian sudah mulai mendaftar ekskul?"

Aku menggeleng mendengar pertanyaannya. "Aku masih belum tau kak. Namun yang paling menarik minatku ekskul basket. Aku lumayan suka kegiatan fisik."

"Wah, yang benar? Minggu depan ekskul basket akan membuka pendaftaran anggota baru," jawab Dimas.

"Kakak kok bisa tau?"

"Tentu saja. Aku wakil ketua klub basket."

Aku hanya mengangguk kecil. Sepertinya aku sudah memutuskan akan masuk ke ekskul mana.

"Omong-omong, nama kamu siapa? Hehe. Aku sudah sok kenal tapi belum tau nama kamu."

Aku menjawab dengan gelagapan. "Ah iya, aku lupa memperkenalkan diri. Nama aku Ririn, kak."

Kulihat Dimas mengangguk kecil. "Ririn ya? Kamu tidak penasaran namaku siapa?"

"Aku tau nama kakak. Kak Dimas bukan?"

"Wah, kok kamu bisa tau? Aku tentu tidak seterkenal teman kelasku, seperti si Bima."

Terdengar nada tidak suka dari suaranya. Namun aku langsung menepisnya. Yang kupikirkan sekarang adalah bagaimana aku harus menjawabnya.

Tidak mungkin kukatakan bahwa aku terpesona ketika melihatnya bermain futsal ketika jam istirahat sehingga aku penasaran ingin tau namanya.

Tiba-tiba aku teringat dengan ucapannya barusan.

"Oh itu. Sebelumnya aku sudah mencari-cari info tentang ekskul basket kak. Makanya aku tau nama kakak."

Dimas mengangguk mendengar jawabanku.

Untung saja, batinku.

"Rin, sepertinya dari sini kamu harus berjalan sendiri ke UKS. Maafya, aku tidak bisa mengantar kamu sampai ke UKS," ucap Dimas merasa tidak enak kepadaku.

Kami sudah sampai di depan ruang guru. Memang, untuk ke UKS aku harus berjalan sedikit lagi.

"Ah iya, tentu saja tidak apa kak. Aku sudah sangat berterima kasih kakak sudah mau mengantarku sampai sini."

Dimas tersenyum, kemudian masuk ke ruang guru. Akupun melanjutkan tujuanku ke ruang UKS.

Aku membuka pintu UKS, tetapi tidak ada pengurus UKS yang sedang berjaga. Sepertinya pengurus UKS sedang keluar, pikirku.

Aku memutuskan berbaring di ranjang yang ada diruangan tersebut. Kepalaku mulai terasa sakit kembali.

Aku baru baru akan memejamkan mata ketika pintu UKS terbuka. Aku langsung membuka mataku.

GarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang