Note:
Tulisan Italic Bold (Aaaa): Isi pikiran seseorang.Semoga yang baca engga pada bingung ya.
Happy reading🌸***
Aku menatap layar ponselku sambil melihat isi chatku dengan Dimas. Dimas mendiamkan semua chatku sejak kejadian di apartemen Bima waktu itu.
Aku menghela napas pelan. Apa yang harus kulakukan lagi? Aku sudah mencoba meneleponnya, menghampiri apartemennya, bahkan datang ke kantor Dimas. Namun, semua itu nihil. Sulit sekali menemui Dimas akhir-akhir ini.
Apa yang harus kulakukan ya? Sejak memutuskan resign, aku merasa cukup bosan berada di apartemen tanpa kegiatan.
Saat itu ponselku bergetar menampilkan nama Dimas dilayarnya. Aku langsung mengangkatnya.
"Halo. Kamu kemana aja? Kenapa chatku tidak pernah kamu balas?" tanyaku membombardirnya dengan pertanyaan.
Dimas tertawa pelan di seberang telepon. "Maafkan aku, banyak sekali yang harus kuselesaikan akhir-akhir ini."
Aku terdiam mendengar ucapannya. Tentu aku tau bahwa itu hanya alasannya saja. Dimas jarang marah padaku. Ketika ia kesal, ia memilih untuk menjauh sebentar, seperti yang dilakukannya saat ini.
"Ada yang mau kukatakan. Apa kita bisa bertemu?" tanyaku.
"Tentu. Ada yang ingin kukatakan juga padamu. Nanti malam bisa? Aku akan menjemputmu kira-kira pukul 6 nanti."
"Iya, aku akan menunggumu."
Sambungan telepon kemudian terputus. Aku masih menatap layar ponselku yang sudah tidak menampilkan apa-apa.
Aku bangkit dari dudukku dan memutuskan untuk merapikan sedikit apartemenku. Mungkin sedikit perubahan suasana bisa membuatku makin betah di apartemen ini.
***
"Kita mau kemana?" tanyaku pada Dimas yang sedang menyetir di sampingku.
"Dita baru saja buka kafe. Kamu engga tau?" tanya Dimas.
"Ah, tentu saja. Aku dan anak-anak yang lain memutuskan untuk ke kafe Dita saat kami berkumpul di Jakarta semua," ucapku.
Setelah aku dan Meta pindah ke Jakarta. Dita menyusul kami, memutuskan untuk membuka usahanya di Jakarta. Sedangkan Alin dan Fany masih setia dengan kota kami.
Tidak lama kemudian kami sampai di kafe yang disebutkan Dimas tadi. Aku memeluk Dita yang melihat kedatangan kami.
"Aku sudah persiapkan tempat yang paling bagus untuk kalian. Rooftop," ucap Dita padaku dan Dimas.
Setelah itu salah satu pelayan mengantarkan aku dan Dimas ke meja kami.
Benar saja seperti apa yang dikatakan Dita. Meja ini tentu saja menjadi tempat yang paling indah. Dari tempat dudukku, aku dapat melihat lampu-lampu kota yang sangat indah.
"Tempat ini sangat indah," ucapku sambil menatap Dimas.
Dimas hanya tersenyum kecil. Aku menatapnya bingung. Sejak menjemputku, Dimas irit sekali berbicara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis
Fantasía[Selesai] 07.09.2020 Konon menurut cerita dari leluhurku, hanya ada satu pasangan untuk pemilik kekuatan sepertiku. Aku tidak bisa membaca pikirannya, begitupun sebaliknya. Itulah tanda bahwa dia merupakan pasanganku. Orang yang telah digariskan me...