3 - Ririn

242 141 59
                                    

"Rin, ke kantin yuk. Tadi pagi aku tidak sempat sarapan." Meta menutup bukunya dan menatap ke arahku.

"Ayuk, aku juga lapar."

Aku langsung berdiri dari bangku. Sudah hampir enam bulan aku bersekolah di SMA Pelita. Saat minggu pertama, Guru-guru hanya menyuruh kami untuk saling mengenalkan diri satu persatu. Masa perkenalan. Hampir semua mata pelajaran seperti itu. Namun saat sudah masuk bulan ke tiga dan seterusnya, Mulailah masa sekolah yang sebenarnya. Tugas rumah, kuis, tugas kelompok, ujian, dan yang lainnya.

Aku berjalan keluar kelas, melewati lapangan olahraga yang telah diisi beberapa kakak kelasku yang memainkan bola. Saat itu mataku menangkap gerak gerik sesorang. Dia bermain bola dengan semangat. Sambil berjalan dipinggir lapangan, mataku tidak lepas darinya. Ketika menembakkan bola ke gawang dan gol, tampak senyumnya yang sangat menawan.

"Kamu lihat apa, Rin?" tany Meta membuyarkan pandanganku.

"Lihat yang main bola. Seru sekali sepertinya."

"Yang main bola yang mana? Siapa?" tanya Meta menyelidik.

"Bukan siapa-siapa. Aku hanya melihat permainannya Meta. Bukan orangnya," ujarku berbohong.

"Halah, bohong kamu. Kamu lagi memperhatikan kak Bima kan?"

"Kak Bima? Siapa?"

"Itu tuh, yang bajunya keluar itu. Dia yang memanggil kita ketika keluar dari aula."

Sontak aku langsung mengerutkan kening. Tidak terima.

"Hah? Engga. Kok malah dia sih, Meta. Aku engga ada memperhatikan dia. Jangan-jangan kamu yang memperhatikan dia."

"Aku sih sukanya sama kawannya kak Bima. Itu tuh, Rin. Yang jadi penjaga gawang. Namanya kak Rio. Eitss, bukan suka sih. Hanya kagum." Meta langsung menjelaskan sebelum kugoda.

"Jadi waktu aku dipanggil sama kak Bima, kamu menemani aku hanya karna ingin melihat kak Rio?" tanyaku. Kak Rio yang disebutkan Meta tadi memang ada bersama Bima ketika memanggilku di aula minggu lalu.

"Engga dong. Aku sekalian akan membela kamu kalau kamu digangguin, Rin. Aku tidak mung..."
Aku langsung mengibaskan tangan dan memotong perkataannya.

"Halah, tipu muslihat kamu Meta."

Meta tertawa mendengar perkataanku. Aku melihat kembali ke arah lapangan sambil berjalan. Kami sudah hampir sampai ke lorong dibagian paling kanan gedung. Dibelakang lorong tersebut kantin berada.

Aku mulai menimbang, apakah bisa kutanyakan saja ke Meta tentang laki-laki yang kuperhatikan dari tadi. Sepertinya Meta tau beberapa kakak kelas yang ada di sekolah.

"Eta, kamu tau engga nama kakak yang lagi bawa bola itu?" tanyaku.

Meta langsung tersenyum menggoda. "Oh, jadi itu yang kamu perhatikan dari tadi? Itu kak Dimas. Kakak itu panitia MOS kita. Kamu tidak ingat?"

Aku mengangkat pundakku. "aku tidak terlalu ingat namanya, Ta. Aku hanya ingat mukanya. Lalu, hilangkan senyum menggelikan itu dari mukamu. Sama halnya denganmu, bukan suka, hanya kagum," ucapku ketika melihat senyum menggoda dari Meta.

Meta tertawa pelan mendengar perkataanku. Kami melanjutkan tujuan kami, ke arah kantin. Ada beberapa jenis makanan yang dijual dikantin. Aku dan Meta memilih bakso.

Kami berdua mulai menghabiskan bakso di depan kami sambil bercakap-cakap. Saat itulah wajah yang cukup familiar masuk ke dalam kantin. Bima dan kedua temannya. Rio dan Bagas.

"Rin, itu kak Rio," ucap Meta. Dia langsung menghentikan acara makannya dan menegakkan badannya.

"Iya aku tau itu kak Rio. Baru saja kau jelaskan padaku tadi. Cepat habiskan baksomu agar kita bisa kembali ke kelas secepat mungkin."

GarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang