17 - Ririn

91 44 10
                                    

Note:
Tulisan Italic Bold (Aaaa): Isi pikiran seseorang.

Semoga yang baca engga pada bingung ya.
Happy reading🌸

***

"Ayolah Rin. Sudah putus atau belum itu kan urusan belakangan. Kau sudah janji akan datang ke pertandingan hari ini," ucap Meta padaku.

Saat ini Alin, Meta, dan Rio sedang dirumahku. Saat kubilang aku tidak mau datang ke pertandingan, Meta langsung mencak-mencak dan memaksaku untuk tetap ikut. Dia bahkan mengancam akan menyeretku dari rumah.

"Haduh, hari minggu begini, aku kepinginnya nyantai dirumah," ucapku malas. Walaupun tentu saja bukan itu alasan utamanya.

"Ririn. Aku tau alasanmu tidak mau ikut. Tapi bukankah untuk sekadar datang dan menberi semangat tidak masalah?" tanya Alin padaku.

Aku menimbang kata-kata Alin. Apa yang dikatakan Alin ada benarnya. Dari awal, aku sudah berjanji akan datang ke pertandingan Bima hari ini.

Setelah putus dari Bima minggu lalu. Aku langsung memberitahu Alin dan Meta. Alin dan Meta tentu terkejut. Mereka seperti tidak yakin dengan apa yang kubilang.

Alin dan Meta menanyakan alasanku putus dengan Bima. Aku pun mengatakan pada mereka alasannya. Bahwa aku tidak tahan dibully Fany kalau terus berpacaran dengan Bima.

Alin dan Meta sepertinya tau kalau bukan hanya itu alasan yang membuatku putus dengan Bima, namun mereka beruda tidak terlalu mengorek lebih dalam.

Tentu saja aku tidak memberitahu satu alasan lagi. Alasan utamaku memutuskan Bima. Nadin.

Entah kenapa, aku merasa seperti penghalang bagi Bima dan Nadin. Aku merasa Bima bersamaku hanya karena embel-embel 'pasangan yang sudah digariskan'.

"Bagaimana? Kau mau ikut?" tanya Alin padaku membuat lamunanku buyar.

Aku akhirnya menganggukkan kepala. "Baiklah. Tunggu sebentar ya. Aku ganti baju."

Tidak ada salahnya untuk hanya menonton pertandingan. Aku bisa saja tidak usah berjumpa dengan Bima.

Aku lantas berlari ke arah kamarku dan mengganti bajuku. Aku hanya berganti dengan kaos dan celana jins.

Setelah berganti baju, aku keluar dari kamar dan berpamitan pada mama.

Aku menolehkan kepalaku ke arah dapur. "Ma, Ririn pergi ke Stadion Barat ya. Mau nonton pertandingan basket."

Mama menganggukkan kepalanya. "Iya. Hati-hati ya. Pulangnya jangan malam-malam sekali."

Aku mengangguk lalu berjalan ke arah ruang tamu. "Yuk. Kita pergi sekarang."

Meta, Alin, dan Rio lantas berdiri secara berbarengan.

Semangat sekali mereka, pikirku.

***

Pertandingan hari ini cukup bagus bagi sekolah kami. Namun, masih banyak tahapan lagi untuk mencapai kemenangan.

Bima sebagai kapten bermain sangat bagus. Aku berkali-kali mengagumi Bima dalam hati.

Pantas saja Bima terkenal di penjuru sekolah. Ketika sudah bertanding, Bima keren sekali.

Aku kemudian bangkit dari kursi penonton. "Ayo. Kita pulang. Sudah jam 5, sudah sore," ucapku pada mereka bertiga.

Rio menahan gerakanku. "Eh, sebentar Rin. Kita jumpai Bima sama Bagas bentar ya."

Aku menggelengkan kepalaku. "Aku tunggu di luar saja ya."

Rio mencoba membujukku. "Ayolah, sebentar saja."

GarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang