"Wony"
"Dek" panggil Yujin sekali lagi.
"Diem, aku marah sama kakak"
"Kalo marah kenapa gak dilepas pelukannya?"
"Ih bawel" katanya sambil mukul dada Yujin. Setelah itu, Wonyoung makin eratin pelukannya.
"Gini aja dulu, aku kangen"
"Hmm"
Wonyoung tenggelemin kepalanya di dada Yujin. Bener-bener kangen sama cowo itu meskipun cuma dianggep adek.
"Kemana aja? Kenapa hpnya gak aktif?"
"Aku pulang ke rumah, juga aku belum ngecas hp aku sampe sekarang."
"Jangan gitu lagi, aku panik"
"Iya iyaaa"
Mereka masih pelukan. Lebih tepatnya, Wonyoung yang gak mau ngelepasin. Takut Yujin pergi lagi.
"Ekhm"
Wonyoung duduk di teras belakang rumahnya bareng Yujin. Setelah ketauan pelukan di kamar, entah kenapa Wonyoung malah makin seneng.
Yujin nyeritain tiap kejadian yang dia alami beberapa hari ini. Dimulai setelah dimana dia ditampar sama papinya Wonyoung, sampe dia pergi tanpa ngasih kabar apapun.
Sesekali Wonyoung ngusap tangan Yujin. Usapan yang lama-kelamaan berubah jadi remasan begitu cewe itu denger nama Minju.
"Aku pulang, bukan cuma karena papa. Aku gak mau lebih lama lagi disini. Jadi aku putusin buat berhenti kuliah, aku mau langsung kerja dan bantu mama."
"Kakak bisa cari kerja disini sambil ku-"
"Aku juga mau nemenin mama, karena cuma mama yang gak akan nyakitin aku."
"Kakak gak salah kalo suka sama seseorang, itu udah jadi hak kakak. Yang jadi salah kakak disini, kakak gak mau nerima orang lain di hati kakak"
"Kakak sakit hati karena kak Minju, bukan berarti yang lain bakalan nyakitin kakak juga."
"Ya, aku tau kok"
Setelah itu hening, mereka sibuk sama pikirannya masing-masing.
"Dek"
"Hm?"
"Makasih ya"
"Kak, mau ikut" rengek Wonyoung ke Yujin.
Beberapa menit lalu setelah mereka ngobrol, Yujin pamit pulang karena udah malem. Dan dia harus cepet-cepet sampe di rumah.
"Udah malem, jangan kemana-mana"
"Tapi bosen di rumah terus."
"Emang kamu gak sekolah?"
"Gak, kalo gak dianter kakak."
"Mau ada aku atau engga, kamu harus tetep sekolah. Bentar lagi lulus kan? Aku bakal ke sini sering-sering."
"Bodo." Wonyoung langsung pergi ke kamarnya, ngambek.
Yujin cuma gelengin kepalanya abis itu pamit ke maminya Wonyoung yang kebetulan ada bareng mereka tadi.
"Yujin" panggil papi Wonyoung yang tiba-tiba aja keluar dari kamarnya.
"Ya om?"
"Saya butuh bicara lagi sama kamu."
"Saya dengar dari obrolan kalian tadi, kamu berhenti kuliah?"
"Iya om, saya berhenti kuliah"
"Gimana kalau kamu jadi salah satu pegawai saya? Dari informasi yang saya dapat, kamu anak yang cukup pintar. Gaji yang saya beri bisa jadi tunjangan kehidupan kamu seterusnya."
"Kamu juga bisa lanjutin kuliah kamu. Beli rumah disini dan gak perlu khawatir jauh dari mama kamu."
"Tapi om, sa-"
"Saya juga mikirin anak saya, Yujin. Setidaknya ada kamu yang jaga dia selama saya dan maminya gak ada di rumah."
"Maaf om, tapi saya gak bisa. Saya pamit ya, om" Yujin langsung naik ke motornya, pergi dari rumah itu. Sedangkan papi Wonyoung langsung panggil dua orang anak buahnya.
"Ikutin anak itu."
Hujan deres, tapi Yujin gak ada niatan buat neduh sebentar. Di pikirannya sekarang cuma mau cepet-cepet sampe rumah. Yujin makin nambah kecepatan motornya.
Mobil hitam di belakang masih setia ngikutin Yujin tanpa sepengetahuan cowo itu. Jalan yang cukup sepi ngebuat mobil itu bisa nyusul Yujin.
Lampu merah. Yujin tarik rem, tapi ada satu yang aneh. Motornya gak bisa berhenti karena remnya yang gak berfungsi. Ditambah air hujan yang ngebuat jalan itu jadi licin.
Akhirnya Yujin malah nerobos lampu merah dan bertepatan dengan itu, satu truk besar lewat di depannya
Bruk
Kabor💃🏼
Tbc