25

784 140 13
                                    

Khusus karena udh lama ga up+ banyak yg minta double




"Sampe kapan kamu mau ngelawan? Papi sudah bilang jangan coba-coba ketemu sama anak itu!" teriak sang papi dari luar.

Di dalem kamarnya, Wonyoung nangis. Setelah papinya dateng ke kos-an buat narik paksa dia pulang ke rumah, Wonyoung makin kehilangan harapan buat ketemu sama Yujin. Apalagi Sian yang bilang kalo cowo itu udah gak ngekos di sana.

"Wonyoung! Keluar atau papi buka paksa pintunya?!"

"Terserah papi! Wonyoung gak akan mau keluar lagi!" jawab anak itu dari dalem kamarnya. Wonyoung udah geser sofa gede di kamarnya buat nahan pintu.

Papi Wonyoung yang mulai pusing mutusin buat manggil anak buahnya yang kekar itu supaya dobrak pintu kamar anaknya. Tapi niat sang papi ditahan sama salah satu art yang emang udah lama ngurus Wonyoung.

"Pak, bisa bicara sebentar?"












"Yujin sudah sering dateng ke rumah, kadang anak itu anter jemput Wonyoung ke sekolah. Anak itu juga yang ajak Wonyoung jalan-jalan kalo bosen di rumah terus."

"Berarti memang karena dia, anak saya jadi sering bolos les!"

"Bukan begitu pak, Yujin sering menemani Wonyoung belajar di rumah. Dari yang saya lihat, Yujin sangat perhatian sama Wonyoung, semua yang Wonyoung minta diturutin, dan salah satunya adalah ngajak Wonyoung jalan-jalan."

"Maaf kalau saya lancang, pak. Tapi saya rasa, bapak terlalu mengekang Wonyoung. Wonyoung anak yang pintar, dia gak perlu ikut bimbingan belajar yang lainnya. Juga bapak dan ibu jarang sekali ada di rumah, gak ada yang bisa Wonyoung ajak main." Jelas sang art.

"Semenjak ada Yujin, Wonyoung memang jarang pergi les. Tapi anak itu belajar sama Yujin di kamarnya, saya selalu awasin mereka, pak."

"Yujin anak yang baik. Saya harap, bapak bisa memikirkan lagi yang sudah saya ceritakan."


















































Sekarang Yujin ada di pemakaman sama sang mama. Proses pemakaman papanya baru aja selesai, tapi Yujin masih setia nemenin mamanya yang duduk di sebelah makam sang papa.

Air mata Yujin rasanya udah abis. Yujin udah gak bisa nangis lagi. Setelah semua yang Yujin alami dalam satu hari, Yujin ngerasa kalo dia harus berhenti ngejar mimpinya.

"Ma, pulang yuk? Mendung" kata Yujin ke sang mama.

Setelah berhasil bujuk mamanya, Yujin rangkul mamanya itu dan jalan pulang ke rumah. Jaraknya gak terlalu jauh, cuma ngelewatin beberapa petak sawah.

Sesekali Yujin ngeliat ke sekitarnya, mulai sekarang dia yang harus jadi tulang punggung keluarga. Yujin gak mau nyusahin orangtuanya lagi.

Jarak beberapa meter dari rumahnya, Yujin liat orang yang tubuhnya kekar berdiri di depan rumahnya. Pakai seragam serba hitam, juga kacamata hitam.

Yujin mikir, apa papa atau mamanya punya hutang dan sekarang waktunya bayar?

"Permisi, pak. Ada apa ya?" tanya mama Yujin ke laki-laki kekar itu.

"Benar ini kediaman Yujin?"

"Iya, pak. Saya"

"Bos saya ingin bertemu, bisa minta waktunya?"


















Yujin jalan ngikutin laki-laki kekar itu ke sebuah mobil yang gak jauh terparkir dari rumahnya. Rasanya Yujin pernah liat mobil itu.

Dan seketika itu juga, keluar sang pemilik mobil, papinya Wonyoung.

Yujin diem setelah bertatapan langsung sama papinya Wonyoung, Yujin masih takut soal kejadian waktu itu.

"Saya butuh bicara sama kamu"

"Maafin saya om, saya tau kalo saya gak seharusnya berteman sama Wonyoung. Saya harusnya tau kalo saya gak sama dengan keluarga om." kata Yujin tiba-tiba.

"Maaf karena saya, Wonyoung jadi bolos les. Maaf juga soal saya traktir wonyoung makan di pinggir jalan, makanan yang emang gak setara sama apa yang om kasih ke dia sehari-hari.

"Saya minta maaf om, saya salah."

"Bukan salah kamu, nak. Tapi saya yang salah. Saya yang terlalu mengekang Wonyoung tanpa tau kalo dia cape selama ini. Saya terlalu maksa dia buat selalu belajar.

"Saya minta maaf soal kata-kata saya ke kamu. Tolong temui anak saya, beberapa hari ini dia gak makan karena saya usir kamu hari itu."






































Tbc

HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang