-Prolog-

430 39 12
                                    

Suasana riang tercipta disetiap sudut halaman bermain taman kanak-kanak itu.

Anak-anak berlari kesana kemari melontarkan tawa riang mewakili kegembiraan hati mereka.

Namun lain dengan suasana yang diciptakan oleh anak perempuan yang tengah duduk termenung ditengah keramaian.

Orang orang memanggilnya, Aira.

Terlihat beberapa kali ia menolak ajakan temannya untuk bermain bersama. Dan kembali termenung, seolah itu lebih nyaman.

---

"Dah bundaa..." pamit anak laki laki pada bundanya yang tengah tersenyum penuh arti pada putranya yang mulai menginjakkan kaki dimasa sekolah. Senyum itu sangat dalam dan haru.

"Dah Mark... ingat semua pesan bunda!" Ia mengingatkan. Tampak putranya itu memberi dua jempolnya. 

Mark berjalan memisah keramaian. Senyum diwajahnya mewakili suasana hatinya. Mark juga menyapa temannya saat mata mereka saling bertemu sambil terus berjalan mencari tempat untuk duduk.

Mark menemukan bagian dari bangku panjang yang masih kosong, ia mengambil duduk disana, disamping anak perempuan yang sibuk termenung. Entahlah, naluri Mark memerintah untuk menemaninya yang sungguh tampak kesepian.

Mark terduduk disamping anak perempuan itu. Benaknya yang dilanda penasaran memerintah untuk mencari tahu hal tentang perempuan itu.

Tampak rambut panjang menutupi wajah bagian sampingnya yang tertunduk dan poni tipis menutup kening kecil milik anak itu.

Sesekali rambut itu terkena terpaan angin kebelakang seolah mengizinkan Mark untuk melihat wajahnya sedikit demi sedikit.

Menyebalkan.

Baiklah Mark sudah tidak tahan lagi, ia ingin melihat wajah anak perempuan itu. Sejujurnya ia berniat mengajaknya berteman.

"Halo..." Mark menyapa sembari melambaikan tangannya sedikit ragu agar mendapat perhatian si anak perempuan.
Usahanya berhasil, anak tersebut menoleh lemas kearah Mark. Mark mendapati wajah pucat dan mata sayu dengan bola hitam yang mengelilinginya, matanya persis seperti mata panda. Mark terkejut.

"Kauu... apa kau sakit?" Tanyanya menunjuk kearah wajah.

Anak itu tidak menjawab pertanyaan Mark melainkan ia menjatuhkan kepalanya tepat kepangkuan Mark.
Mark yang tidak tau apa apa hanya bisa terkejut dan panik meminta tolong.
"Tolong dia... dia tertiduur!!" kepanikan Mark mendapatkan perhatian dari orang sekitar.
Semua orang menghampirinya, berkerumun dan mulai menanyakan sebab anak perempuan itu pingsan dipangkuan Mark.

---

Langit-langit berwarna putih serasi dengan warna dinding. Oksigen bercampur bau khas rumah sakit menyambut pernapasannya.

Seseorang menyadari bangunnya Aira segera bangkit dan sedikit mencondongkan tubuh agar dapat menatap Aira.

"Aira... kau sudah bangun sayang?" Aira menoleh kearah pemilik suara.

"Maafkan bunda sayang... bunda terlalu sibuk untuk meluangkan waktu untukmu, kau tahu kann..." Tampak Aira tak mengindahkan ucapan bundanya, sungguh ia sudah bosan mendengarnya.

Menyadari sesuatu bunda Aira melihat arloji dipergelangannya dan segera mengambil sling bag disampingnya.

"Sayang, bunda harus ke bandara sekarang, kamu jaga diri baik baik yah, bunda sudah meminta tolong pada tante Ferlyn untuk menjagamu dan menyiapkan semua yang kamu perlukan, sepertinya kali ini akan memakan waktu lama, maafkan bunda sayang karena tidak bisa menemanimu lama disini, bunda pamit sayang..." satu kecupan mendarat di ke kening Aira dilanjut dengan kepergian bundanya yang entah kemana Aira sendiri tidak mengetahuinya.

Forever With You "Mark Lee" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang