Apa pantas ayah menjadi cinta pertama anak perempuannya jika yang diajarkannya hanya kata dan perlakuan kasar?
***
Menatap rumah minimalis yang cat nya sudah hampir terkelupas, dan pekarangannya pun tertutupi oleh semak-semak belukar. Lusuh dan tak terurus itulah yang dipikirkan orang-orang saat melewati rumah ini. Pemiliknya pun tak perduli akan hal itu. Liza berjalan pelan memasuki rumah itu, iya inilah rumahnya. Rumah Ayah dan Ibunya.
Malu? Sungguh. Karena itulah Liza menyembunyikan identitas nya dan berpura-pura menjadi anak orang kaya semenjak sekolah menengah pertama, bahkan teman-temannya tak pernah diizinkan untuk kerumah dengan alasan 'mama papa Liza itu galak, pergaulan Liza dibatasi. ' atau hal lainnya yang bisa menjadi alasan.
Masuk, ya langsung masuk. Tak ada yang namanya salam atau ketuk pintu dulu.
"Buk, Liza minta uang dong untuk tambahan uang semester tahun ini. Liza nunggak kemarin."
Pasrah, akhirnya membawa untuk menyerah dan mengadu pada ibunya yang sedang menggoreng nasi. Hanya nasi, tanpa campuran sayuran atau sayur paling-paling ya garam dan sambal.
"Minta sama ayahmu sana."
Kepala Liza berdengung, tidak mengharapkan solusi seperti itu yang ia dapatkan dari sang ibu.
"I....bu gak ada duit ya? Liza malas minta sama ayah. Liza takut."
Sebenarnya Liza juga mendapatkan penghasilan dari channel yo*tub nya yang berisikan konten dance, atau bisa dibilang Liza adalah seorang yo*tuber, selain itu juga dari hasil endors nya di instagram dan event-event dance yang berhadiah. Tapi you know lah, kebutuhan Liza itu banyak untuk beli pakaian model kekinian, sepatu, make up dan lain-lainnya. Kalo rezeki nya lebih, dia akan memberikan kepada ibunya. Tapi kali ini dia benar-benar lagi buntu, pengeluarannya sangat banyak bulan kemarin.
Ibunya Liza yang bernama Ratna membanting centong sambil menyalak.
"Diakan ayah mu ya minta lah sama dia, dia juga harus sadar kalau anaknya itu masih butuh biaya! Ntah uangnya abis untuk apa diluar sana!!"Kalau kamus dalam otak Liza bisa dicetak menjadi sebuah buku maka akan terbitlah sebuah buku yang berjudul "1001 kosa kata umpatan"
"Ya udah buk, Liza minta sama ayah. Ayah dimana?"
"Di belakang rumah, habis pulang dari rumah janda nya kalik ya capek lah."
Liza berdoa dalam hati, semoga kenekatannya kali ini tidak berakhir buruk. Ketika ia mencapai daun pintu, ia mengintip ayahnya yang sedang menghembuskan asap rokok.
"Ayaaah?"
Ada perasaan tak enak ketika menyebut panggilan itu.
Tak dijawab, seperti biasa, datar, cuek, ketus, tatapan muak, ogah adalah ekspresi yang terlihat.
"Keluyuran kemana aja kamu? Nyari lakik?" tanya ayahnya muak.
Liza memang pemberani, tapi tetap saja dirinya ketakutan dihadapan makhluk ini sekarang. Mengingat betapa menakutkannya.
"Ayah, Liza mau minta duit untuk tambahan uang semester. Liza belum bayar sepenuhnya."
Sudah bisa ditebak oleh Malik kalau anak ini menghadapnya pasti tidak jauh-jauh dari uang.
"Kamu punya cowok kan? Pasti punya anak jaman sekarang ya begitu. Jual aja tubuhmu ke dia sana pasti bayarannya mahal."
"Atau cowokmu udah bosen? Jual aja sama yang lain kan gampang dasar."
Dengan segenap jiwa dan raga, Liza mencoba menahan air matanya agar tidak keluar. Selalu begitu penilaian ayah terhadap dirinya.
"Kali ini aja yah, lagian Liza gak pernah minta macam-macam kok."
Malik menatap anaknya, membawa aura permusuhan.
"Gak ada duit! Kamu makin gede makin ngerepotin aja. Gak usahlah sekolah tinggi-tinggi kalo gitu. Kerja sana bantuin orang tua jangan bisanya minta uang!!" Malik berdecih lalu masuk ke dalam meninggalkan Liza yang sudah tak tahan lagi.Memang cari penyakit bicara pada Ayahnya.
"Lo kuat Liza, Lo kuat gak boleh nangis." Lalu dia terkekeh."Udah biasa juga."
Karena percuma menangisi keadaan. Sekarang ayo pikir, apa yang harus dia lakukan.
"Dikira mudah apa cari uang."
Bahkan gerutuan ayahnya masih terdengar tatkala dia memasuki kamarnya ingin mengganti baju. Bajunya dirumah berbeda dengan baju-baju yang dipakai waktu berpergian keluar rumah. Dengan rambut dicepol asal, Liza hanya memakai celana pendek dan baju kaos yang seperti belum tercuci beberapa hari. Kamarnya hanya setengah petak dengan kasur kecil tergeletak di lantai. Tak ada lemari, baju-baju nya terlipat asal dikeranjang. Dan Liza selalu mengunci pintu kamarnya agar tak ada yang bisa masuk. Alat-alat make up nya disimpan di tas satu lagi.
"Punya anak kok gak bisa diandalin malah nyusahin."
Demi hatinya yang berdenyut mengeluarkan darah kesakitan. Liza bersumpah dimasa depan kelak ia akan sukses mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Dia akan membawa ibunya pergi dari tempat ini.
***
Jazakumullah yaa khoir.Haloo readers, happy reading. Semoga selalu diberi kesehatan dan dimudahkan segala urusan aamiin.
Soalnya author juga lagi pusing sekarang wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Syurga Khaliza (Completed)
Teen Fiction[FOLLOW DULU BIAR BERKAH] Ini bukan kisah cinta suci nya Muhammad dan Khadijah, karena Khaliza tidak sesuci itu hingga bisa mendapatkan seseorang seperti kekasihnya Allah, Ya Rasulullah. Tetapi anggaplah Khaliza Nur Annisa yang baru menginjak umur...