"Kamu tega banget Za, kenapa bilangnya gak dari lama???" Bibir Hulya tampak melengkung ke bawah membuat Liza tertawa gemas.
"Gimana ya, aku baru ingat."
"Umi juga gak bilang-bilang, kenapa gak disini aja sama aku?"
"Yaa, aku gak bisa disini terus. Aku mau bertanggung jawab atas hidup aku sendiri dan aku berterima kasih banget sama kamu, sama Umi Abi, sama Pak Barra juga," ucap Liza sambil memegang tangan Hulya yang tampak sedih.
Liza tertawa pelan, sahabatnya ini lucu sekali.
"Aku bakal sering kesini, karena harus belajar ngaji sama setor hapalan ke kamu. Keluarga aku juga disini, jadi gak ada alasan aku buat gak kesini."
"Janji ya?" tatap Hulya.
Liza mengangguk.
"Kalau kamu kesusahan cepet hubungin aku?"
Liza mengangguk lagi.
"Kamu masih punya kami, Za. Jangan pernah ngerasa sendiri." Hulya langsung memeluk Liza, gadis itupun mengangguk sambil terkekeh.
"Aku cuma mau pindahan Yaa, bukan mau pergi jauh."
"Yah, akutuh khawatir tauuu."
"Oh iya Yaa, aku boleh nitip sesuatu?"
"Boleh lah, nitip apa nih?" tanya Hulya penasaran saat Liza mengeluarkan selembar kertas yang terlipat.
"Tolong kasihin ke Mas Barra ya pas aku udah pindah aja."
Hulya menerimanya kemudian mengangguk, kemudian memandang Liza dengan tatapan menggoda.
"Surat cinta ya?"
"Bukanlah, cuma tulisan singkat. Pokoknya kasih aja jangan kamu intip loh Yaa."
"Nggaklah, aku bakal jadi kurir cinta yang amanah."
Mereka tertawa.
"Makasih Hulyaku yang cantik dan shalihah, bantuin aku beresin barang-barang yang mau dibawa yuk Yaa~."
"Hmm dasar."
Liza hanya cengengesan.
***
Barra juga terkejut saat mengetahui dari Umi nya kalau Liza akan pindah ke kontrakan.
Jadi, dia tidak bisa mencuri dengar dan mencuri pandangan selama aktivitasnya dirumah. Tapi meskipun begitu mereka masih berada di kampus dan tempat kerja yang sama.
Dan disinilah mereka mengantar Liza ke tempat tinggal barunya. Mereka bergantian saling memeluk, kecuali Abi yang hanya menepuk puncak kepala Liza dan Liza yang menyaliminya dan juga Barra yang sibuk membantu meletakkan barang-barang Liza ke kontrakannya.
Pesan dari Umi Fatma juga hampir sama dengan Hulya, ibu dan anak itu memiliki banyak kesamaan, Liza masih saja iri.
Setelah membereskan bersama dan dipastikan tempat yang ditinggali Liza terasa nyaman, satu keluarga itu segera pulang, Hulya juga tidak bisa menemaninya terlalu lama karena dia harus belajar untuk ujian tengah semester besok.
Liza pun langsung berisitirahat. Dia akan belajar juga tapi nanti lah ya, otaknya sedang mumet. Hulya sempat menawarinya belajar bersama tetapi Liza menolak halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Syurga Khaliza (Completed)
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU BIAR BERKAH] Ini bukan kisah cinta suci nya Muhammad dan Khadijah, karena Khaliza tidak sesuci itu hingga bisa mendapatkan seseorang seperti kekasihnya Allah, Ya Rasulullah. Tetapi anggaplah Khaliza Nur Annisa yang baru menginjak umur...