Pak Dosen tampan

114 62 15
                                    

|SELAMAT MEMBACA|

____

"Namun orang yang bijak akan menerima segala bentuk perbedaan pandangan sebagai kekayaan. Karena keseragaman pikiran sungguh memiskinkan manusia."

***

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Barra berjalan masuk kelas menuju ke kursi nya. Mahasiswa dan mahasiswi yang sudah stay dengan kompak mengucap. "Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. "

Menaruh buku yang dipegangnya ke meja, Barra langsung fokus mengurus proyektor, slide dan segala perangkat yang hendak dipakainya.

"Sudah tak usah, saya saja," kata Barra mengintrupsi mahasiswa yang ingin membantunya, memberikan senyum menenangkan.

Bagi mereka, Barra itu ramah tapi juga killer. Karena bibirnya tak banyak berbicara tapi nilai mereka dipastikan remedial jika dengan beraninya mereka berbuat ulah seperti tidak mengerjakan tugas, meninggalkan kuis dan mengotori absensi. Jika telat, masih ada konsekuensi lain.

"Siapkan folio satu lembar. Bagi yang memiliki dua lemba, silakan dipotong dan berikan kepada yang membutuhkan," kata Barra. Membuat Liza termangu menatapnya semenjak Pak dosen masuk kelas, dengan dagu yang bertumpu pada telapak tangannya di atas meja. Senyuman tak lepas dari bibirnya. Benar-benar menikmati ciptaan Tuhan yang satu ini. Membuat Hulya yang meliriknya menggelengkan kepala.

"Folio untuk apa Pak?" tanya Liza masih diposisi yang sama.

"Hari ini kita akan melaksanakan kuis materi yang sudah saya ajarkan dipertemuan lalu." Barra menoleh sekilas dengan tetap mempertahankan senyum ramahnya.

Waduhh

"Coba,  Kita kemarin membahas tentang apa? Ada yang tau," tanya Barra menatap semua manusia yang ada disana.

Hulya mengangkat tangan.
"Ekonomi mikro Pak." Barra menganggukkan kepalanya bagus.

Beralih ke laptopnya, Barra segera mengganti slide power point yang berisi soal kuis yang harus dikerjakan.

"Cukup ini saja, kerjakan selama satu jam, waktu pengerjaannya dimulai dari.... " Jeda sesaat. Barra menunggu jarum panjang dijam tangannya mengarah di angka tujuh. "Sekarang. "

Dalam sekejap, kelas berubah menjadi riuh karena soal itu bagi mereka banyak tapi hanya diberi waktu satu jam. Liza sendiripun sudah tak perduli lagi dengan keindahan Barra yang sudah disuguhkan dihadapannya, dia sibuk membuka-buka bindernya, berharap dirinya bisa menemukan bocoran jawaban yang menjadi kuis kali ini. Akan tetapi catatannya tidak lengkap! Pantas saja karena setiap pelajaran ekonomi matanya jelalatan fokus ke arah wajahnya sedangkan pikirannya kemana-mana.

"Hulyaaa, pinjam dong catatan lo, " bisik Liza memohon.

"Aku pakai juga Za, nanti, ya gantian." Dengan wajah meminta maaf. Liza mendengus, salah dirinya sendiri sih sebenarnya.

Liza mengedarkan pandangan, semuanya pada sibuk dengan kertas jawaban masing-masing. Makhluk-makhluk disekelilingnya seakan tahu dan tinggal mencatat saja.

Ia menggigit bibir bawahnya gelisah.

Menit-meniit berlalu dengan cepat. Putaran waktu berotasi kuat tanpa bisa Liza cegah. Ia berusaha menemukan jawaban tetapi sungguh pikirannya blank.

"Sssttt Liza." Panggilan seseorang membuatnya menoleh dengan tatapan cerah.

"Ini aku udah, cepat salin," kata Hulya memberikan kertasnya kepada Liza.

"Ahh lo selalu jadi malaikat penolong gue!!!" Liza tersenyum senang dan dengan sigap menyalin tugas, melihatnya Hulya menghela napas. Padahal cuma kuis pengantar matkul ekonomi mikro, pikirnya.

Pangeran Syurga Khaliza (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang