Perasaan asing melanda hati

97 48 29
                                    

Takkan ada yang bisa mengubah sesuatu yang sudah Allah tetapkan untukmu. Tapi kamu bisa mengusahakannya, biar Allah yang mengiyakan.

***

Barra masih belum bisa berhenti tersenyum, ada apa dengannya? Hatinya terasa menghangat dan ... Senang?

"Astagfirullah Hal Azim," ucapnya berulang kali lalu meletakkan ponsel Hulya pada tempatnya. Hulya yang baru keluar dari toilet bingung akan sikap Mas nya yang seperti ini.

"Kenapa Mas? " tanyanya membuat Barra menoleh lalu berdehem.

"Mas takut dek," ucap Barra kalut membuat Hulya khawatir.

"Kenapa Mas cerita ayo cerita?" Hulya memegang bahu Barra pelan.

"Mas gak punya riwayat sakit jantung kan yah?" tanya Barra lagi, Hulya menggeleng cepat.

"Kan memang nggak? Keluarga kita juga gak ada yang punya riwayat itu Mas."

"Coba deh rasain. " Barra mengambil tangan adiknya lalu di letakkan di dada bidangnya sebelah kiri. Hulya merasakan detakkan yang tak beraturan.

"Mas abis ngapain?" tanya Hulya menatap mata Barra serius, hal itu membuat Barra gelagapan. Lucu sekali Mas nya kalau lagi salah tingkah atau gugup gini, pikir Hulya.

"Mas periksa ponsel kamu dek, maaf ya gak bilang dulu. Mas khawatir sama kamu."

Hulya buru-buru mengecek ponselnya sendiri dan melihat dibagian 'aplikasi yang sedang berjalan ' whattsapp, pikirnya. Hulya membuka whatsapp dan membaca pesan teratas yang ada di pesan masuknya, kemudian dia tertawa dengan kencang, menertawai kebodohan Mas nya.

"Gara-gara fotonya Liza Mas gini?" tanya Hulya masih dengan tawanya, membuat Barra salah tingkah.

"Mas suka ya sama Liza?"

"Suka?" Barra membeo. Hulya mengangguk.

"Kalo beneran juga gak papa kok Mas."

"Tapi Liza jauh dari istri impian Mas dek." Semua makhluk pasti sering berangan-angan untuk masa depannya. Perihal apapun itu salah satunya ya ... tentang jodoh.

Ingin dapat jodoh seperti ini yang rajin sholat, seperti itu yang cantik sehingga enak dipandang, seperti yang di sana yang baik hati dan seperti lainnya. Sebenarnya diantara itu Barra lebih mengutamakan agamanya, sebagaimana dalam HR. Bukhori-Muslim. Nikahilah wanita karena agamanya niscahaya kamu tidak akan menyesal. Barra tak munafik, dia menginginkan itu.

"Hulya tau apa yang ada dipikirannya Mas," ucapan Hulya membuat Barra meninggalkan pemikirannya dan fokus menatap adiknya.

"Gini, Mas pasti sangat tau dan Hulya bermaksud mengingatkan. Laki-laki itu adalah pemimpin baik di masyarakat ataupun di keluarga nantinya, jika nanti Mas menikah otomatis istri Mas akan menjadi tanggung jawab Mas Barra sepenuhnya maka disitu Mas bisa membimbingnya menjadi lebih baik lagi, pelan-pelan jangan sampai dia patah dan itu merupakan pahala yang  gak akan ada habisnya."

"Liza itu gak susah kok Mas di ajarin, dia hanya tersesat, kita sebagai saudaranya sesama muslim harus bisa mengarahkan dia, Liza sudah ada kemajuan kok Mas dan sedikit demi sedikit bisa menjadi istri impian Mas nantinya." Hulya mengakhiri kalimatnya dengan nada menggoda, seolah-olah ikut andil mengejek Mas nya yang tak paham apa yang dirasakan.

"Mas tak bisa mengelak, jatuh cinta adalah anugrah dari Allah," lanjut Hulya lagi.

"Mas pikir, ini hanyalah nafsu Dek. Mas cuma lihat fotonya dan mengetahui tulisan itu membuat Mas sedikit aneh sih."

"Iya Mas, Liza itu fans Mas Barra di kampus garis keras. Dia kagum sama Mas, tapi kalian berdua itu sama aja. Gak tau perasaan masing-masing dasar!!"

"Kok kamu baru cerita soal ini ke Mas?"

"Emangnya harus gitu, soal perasaan orang aja Hulya cerita ke Mas? Nggak segalanya harus di ceritain." Hulya memang sering menceritakan Liza kepada Barra, tapi hanya perihal keluarga, persahabatan mereka, kebiasaan Liza yang buruk tanpa menceritakan isi hati sahabatnya itu. Begitu juga dengan perasaan dirinya, cukup Allah yang tau.

***

"Assalamualaikum." Liza masuk perlahan karena ia juga sudah terbiasa keluar masuk di rumah ini. Orang yang pertama kali dicarinya adalah Umi.

"Assalamualaikum Umi!!" Liza langsung memeluk Umi Fatma dan di balas demikian juga.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Liza," balas Umi.

"Nyari Hulya ya langsung ke atas aja." Liza mengangguk semangat.

"Eh itu apa?" tanya Umi Fatma sambil mengarahkan Liza duduk di meja dapur. Umi Fatma sedang sibuk di dapur.

"Ini mukena sama buku tuntunan sholat, Liza mau belajar sama Hulya hehe," katanya salah tingkah, membuat Umi Fatma mengucap syukur dalam hati.

"Yaudah sana gih, sekalian ya bawa ini juga." Umi Fatma memberikan beberapa kue buatannya. "Hulya lagi di kamar Mas nya nanti kamu panggil aja pasti langsung keluar."

Liza mengangguk senang, dan berpamitan untuk ke atas. Sesampainya di lantai dua, dia mengarahkan kakinya pada pintu yang berwarna coklat tua, beda sekali dengan pintu kamar Hulya yang bernuansa feminim.

"Panggil, enggak, panggil, enggak." Dia menunjuk jari-jarinya untuk memilih. Entah setan dari mana dia malah mendekatkan telinganya ke pintu itu seperti sedang menguping. Suara samar pun terdengar.

"Mas suka ya sama Liza?" Suara itu Liza hapal sekali, itu pasti suara Hulya tapi kenapa menyebut-nyebut namanya?

"Suka?" Liza menangkap suara laki-laki terasa familiar tetapi dia tak ingat persis suara siapa itu. Yang dia yakini pasti ini Mas nya Hulya.

"Kalo beneran juga gakpapa kok Mas."

"Tapi Liza jauh dari istri impian Mas dek." Sudah cukup, Liza tak ingin menguping lagi. Dia melangkahkan kakinya cepat dan masuk ke kamar Hulya lalu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Kesimpulan dari apa yang didengarnya yaitu, Mas nya Hulya suka sama dirinya. Tapi dia tak ingin ke-ge'er-an juga sih mungkin karena Hulya sering menceritakan dirinya di depas Mas nya? Iya mungkin begitu dan Liza mengangguk-anggukan kepalanya.

Lalu istri impian? Liza tersenyum miris, dirinya sangat jauh dari kata itu. Walaupun Mas Hulya suka pada dirinya, Liza tak memperdulikan itu, di hatinya hanya terisi oleh Pak dosen tampan, Siapa lagi Kalau bukan Pak Barra. Lalu Zafran? Liza ingin merasakan yang namanya kasih sayang, maka dari itu dia memilih untuk pacaran, karena laki-laki itu menawarkan apa yang tak pernah Liza rasakan dari Ayahnya.

***

Huhu aku update lagi nihh:" . Gimana-gimana? Menurut kalian part kali ini gimana?

Silahkan kasih kritikkan dan sarannya.. Semangat juga buat diriku sendiri, soalnya bentar lagi udah mulai daring dan semoga juga bisa tetep lanjut dan membagi waktu..

Banyak banget aktivitas yang mau di lakuin:"".
Selamat beraktivitas untuk para pembaca juga, tetap semangat dan selalu bersyukur. Tetap prioritaskan Allah yah, karena dunia ini cuma fana.

Jazakallahu khoiron❤

Salam dari author yang masih perlu banyak belajar:*

Pangeran Syurga Khaliza (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang