Janganlah kau merasa salah berlebihan dan janganlah pula merasa benar berlebihan, kalau berlebihan merasa salah nanti kau kan direndahkan oleh hatimu hingga kau lemah dan tak lagi punya keberanian, dan jika kau merasa benar berlebihan, nanti kau akan sombong dan congkak. Jadi, intinya santai saja janganlah suka berlebihan.
Quotes hari ini
***
|SELAMAT MEMBACA|
———
Zafran mendengar langkah kaki yang mendekatinya. Laki-laki itu menatap Liza yang tertidur bersandar dibahunya, kemudian mengalihkan pandangannya pada seseorang yang sudah berdiri di sisi lain.
"Sil?" panggil Zafran pelan, takut suaranya dapat mengganggu tidur Liza.
Dia yang ternyata Sisil mendengus melihat tangan laki-laki yang pergelangan tangannya dipenuhi gelang karet berwarna hitam itu bergerak mengusap kepala Liza agar tetap nyaman.
Sisil bersidekap dada, dia sudah biasa bolak-balik kerumah ini langsung masuk saja tanpa izin si pemilik rumah.
"Masih belum bisa ngelepasin dia?" tanyanya.Menghela napas pelan.
"Akan aneh kalo dia lihat lo berada di sini.""Mama kamu udah nyuruh buat persiapin semuanya." Sisil duduk di sofa satunya lagi, mengeluarkan ponsel lalu memainkannya.
"Iya .... " Mata laki-laki itu sedari tadi tertuju pada gadis digenggamannya, wajah yang teduh ketika sedang terlelap.
Benda pipih berlogo apel yang sudah digigit berbunyi di atas meja, mereka meliriknya sesaat. Merasa terganggu, Liza bergerak gelisah. Sedangkan Zafran mencoba bernegosiasi dengan Sisil agar segera pergi dari hadapan mereka dengan saling melempar ekspresi wajah.
Sisil mengalah, dia dengan cepat beranjak ke lantai atas. Handphone milik Liza masih berdering, Liza bangun dia mengucek matanya pelan. Nama 'Hulya Shalihah' tertera di layar itu. Zafran menekan icon berwarna hijau lalu disodorkannya ke gadis itu.
"Halo?"
"Assalamualaikum."
Liza menyerngit, ini suaranya Pak Barra!
"Kenapa Pak?"
"Pulang! Ini sudah pukul berapa Liza, kamu di mana? Umi khawatir katanya."
Melirik Jam, ternyata sudah pukul 7 PM, sudah berapa lama dia berada di sini.
"Za, kamu di mana biar mas jemput." Suara disebrang sana terdengar tidak sabaran.
"Eng—"
"Liza sama gue, gue anterin dia pulang," ucap Zafran memotong Liza yang ingin berbicara. Zafran yang tepat di dekat gadis itu sedikit mendengar apa yang dikatakan orang di sebrang sana.
Tidak ada suara lagi.
Liza memastikan kalau panggilan masih berjalan.
"Liza pulang sekarang." Dia sadar kalau saat ini dirinya menumpang di rumah mereka, tidak seharusnya dia bersikap seperti ini. Liza bangkit mengambil tas yang dia bawa tadi."Gue anter." Zafran mengambil kunci motornya lalu segera mengikuti langkah Liza untuk keluar dari rumah. Sebelum itu dia mengirimkan pesan kepada seseorang.
Beloved
Tunggu gue pulang❤Menatap punggung mungil didepannya. Sudah seharusnya dia melepaskan gadis itu, dan mulai menerima kenyataan. Tapi dia berjanji akan selalu memastikan Liza baik-baik saja.
Takdirnya dengan Sisil adalah ketidaksengajaan. Ini juga akibat dari apa yang dia buat. Jika dipikir-pikir Sisil juga tidak terlalu buruk. Mereka sefrekuensi.
***
"Assalamu'alaikum," Liza memasuki rumah Hulya dengan sungkan.
"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh," ucap mereka semua dengan kompak.
Liza makin kikuk, mereka kebetulan sedang kedatangan tamu. Liza manyalaminya satu persatu.
"Dari mana, Nak. Baru pulang?" tanya Umi Fatma, ketika Liza menyalaminya.
Liza mengangguk.
"Tadi abis dari rumah temen, Liza ke kamar ya, Umi."
"Makan dulu, udah Umi siapin di dapur. Ambil sendiri ya?"
Liza mengangguk, kemudian tersenyum.
"Makasih, Mi."***
"Za?" Hulya mengetuk sesaat pintu kamar Liza, kemudian membukanya.
"Gimana udah baikan?" tanya Hulya.
"Udahlah, kamu kira aku sakit?" ucap Liza cepat, merebahkan tubuhnya. Dia baru saja membersihkan diri dan rasanya ingin tidur saja.
"Bukan, eng ... kamu udah maafin aku?" tanya Hulya lagi. Liza meliriknya singkat, lalu mengubah posisi menjadi duduk. Menepuk tempat disebelahnya, mengisyaratkan Hulya untuk duduk di situ.
"Ada syaratnya."
Hulya duduk.
"Apapun Za, asalkan aku sanggup pasti aku lakuin.""Cariin aku pekerjaan," ceplos Liza.
"Kamu seriusan mau kerja?" Hulya memasang ekspresi bingung.
"Kan aku udah bilang dari lama Yaa, tapi kali ini kamu harus bantu aku cari. Usahain gak mau tau!" Liza melipat kedua tangannya didepan dada.
Hulya mengangguk, sambil nengacungkan dua jempolnya menyetujui.
Mereka terkekeh.
"Aku boleh tidur d sini?" tanya Hulya. Liza langsung menarik tangan Hulya agar berbaring bersamanya.
"Boleh lah, kan ini rumah kamu."
"Oh iya, Mas Barra tadi khawatir banget kamu gak pulang-pulang. Dia sampai nyuruh aku nanyain keberadaan kamu, aku pura-pura sakit perut dong baru deh ke kamar mandi, biar Mas Barra sendiri yang inisiatif untuk nelpon." Hulya menceritakannya sambil tertawa pelan.
"Terus pas sambungannya putus, Mas Barra ngucap. Emang pergi sama Zafran kemana aja?" tanya Hulya sambil meraih selimut untuk mereka pakai bersama.
Liza memeluk guling lalu menerawang.
"Gak ada sih, cuma makan, main-main aja di halaman belakang rumahnya, terus nonton, aku juga sempat ketiduran sih.""Udah baikkan sama dia?"
Liza menanggapi pertanyaan Hulya dengan mengendikkan bahu.
"Ayo tidur."
***
Santai aja yang ini mah, Happy Monday..
Awali hari dengan Bissmillah.
![](https://img.wattpad.com/cover/234520432-288-k806403.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Syurga Khaliza (Completed)
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU BIAR BERKAH] Ini bukan kisah cinta suci nya Muhammad dan Khadijah, karena Khaliza tidak sesuci itu hingga bisa mendapatkan seseorang seperti kekasihnya Allah, Ya Rasulullah. Tetapi anggaplah Khaliza Nur Annisa yang baru menginjak umur...