Ternyata dibalik kehidupan seseorang yang tampak sempurna, ada yang Tuhan ambil darinya.
Liza sadar, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Manusia diciptakan berpasangan untuk saling melengkapi.
Dan Tuhan mengirimkan Barra setelah cobaan berturut-turut menimpanya.
Apa ini sudah waktunya untuk dia bahagia.
Aku adalah perempuan yang sangat beruntung bisa memiliki kamu, Mas.
Terima kasih
Banyak hal yang terjadi, banyak hal yang telah berubah. Darinya aku belajar banyak hal.
***
Beberapa tahun kemudian.
"Assalamualaikum cinta kasihnya Abi."
Liza melihat Barra yang mencium perut buncitnya lembut. Rasanya baru kemarin dia bersikap kekanakan mengejar-ngejar Pak Dosen tampannya ini sampai dititik dia tidak mengharapkan apa pun lagi tapi Barra yang kembali menemuinya.
Hingga saat ini pun Liza tidak menyangka bisa membangun keluarga kecilnya bersama Pak Barra.
Apa dia bisa menjadi ibu yang baik untuk anaknya kelak?
Apa dia sudah siap?
Apa dia bisa menjadi contoh yang baik?"Zaa, kamu mikirin apa sayang?"
Blush
Pipi Liza memerah, meskipun sering mendengar panggilan itu semenjak ia menikah tapi tetap saja Liza belum terbiasa, panggilan itu masih memberikannya efek kupu-kupu.
Barra tersenyum mengusap puncak kepala Khaliza yang tertutup hijab, kemudian mengecupnya singkat.
"Mikirin apa sih, bengong terus." Barra mengambil tempat duduk disamping istrinya, menelusupkan lengan di belakang pinggang Liza untuk mengambil posisi nyaman sambil jari jemarinya mengelusi sisi perut istrinya lagi.
"Mas, aku ngerasa belum cocok dipanggil Ummi."
Barra menatap penuh ke wajah yang setiap hari dia temukan saat membuka atau menutup matanya sejak akad.
"Kamu lebih dari cocok menjadi Ummi dari anak-anak Mas. Panggilan Ummi gak harus untuk anaknya Kiyai atau Ustadzah." Barra menatap banyak pajangan foto mereka terutama foto Khaliza di mana-mana lalu kembali lagi ke wajah Liza.
Dia hanya ingin mengingat dan memandangi wajah isterinya setiap saat.
"Cinta kasih kita pasti bangga punya Ummi seperti kamu," bisik Barra.
Duh, Liza jadi malu sendiri mendengarnya.
"Aamiin, Mas empat bulan lagi kan lahiran. Kamu pengen anak cowok atau cewek?" tanya Liza menatap televisi yang menyala, ikut mengusap perutnya sendiri membuat telapak tangan Barra melingkupinya.
"Mas sih yang penting sehat, kalau cewek maunya sih secantik kamu, kalau cowok juga maunya yang mirip kamu."
"Ih kok gitu?"
"Gak papa Mas dapet hikmahnya aja." Barra tertawa.
"Kalau sifatnya mirip aku pas masih muda gimana?"
"Ya Mas jewerlah."
Liza terkekeh kemudian mengangguk.
"Kalau dia nakal Mas jewer aja, terus nasihatin sampe gumoh sendiri denger hadist hadist.""Kira-kira udah ada nama yang dipikirin?" tanya Barra menjatuhkan pipinya ke puncak kepala Khaliza.
"Kalau perempuan namanya Sabiya? Kalau laki-laki Ilyas atau Alzam?" Liza mendongak meminta pendapat.
"Oke nanti Mas pikirin nama panjangnya. Kalau gitu Mas boleh panggil kamu adek gak?" Barra tersenyum.
Liza terdiam.
"Ya Ummi ya? Masa pas cinta kasih kita lahir Mas tetap manggil kamu Zaa? Atau tetap manggil sayang aja didepan anak-anak? Atau panggil Hayati aja ya? Atau istri tercinta?" goda Barra dengan senyum jahilnya.
"Ih Mas ih apaan sih." Liza menggeplak pelan paha Barra. Dia sangat malu.
Biasa, masih malu-malu kucing.
"Gimana?"
Liza mengangguk cepat.
"Dah lah aku mau masak dulu." Liza segera bangkit namun—"Di peluk Barra dari belakang.
"Masak apanya? Kan Mas udah manggil bibi, Adek gak usah capek-capek. Mending kita ke kamar aja biar Mas pijitin, pasti capek kan abis olahraga bumil tadi sore."Yap, mereka tinggal berdua di rumah yang sudah Barra siapkan untuk masa depannya. Ummi dan Abi serta Hulya masih sering berkunjung. Barra juga sering menitipkan Liza dirumah orang tuanya karena dia harus pergi bekerja. Apalagi Liza sedang mengandung cinta kasih mereka, mana tenang Barra meninggalkan Liza sendirian dirumah meskipun ada bibi yang sering membantu dirumah mereka.
Hal yang kita kira mustahil pun bisa menjadi mungkin jika Allah menghendaki.
Allah maha membolak balikkan hati manusia..
Biarkan Barra dan Khaliza menciptakan kebahagiaan mereka bersama.
End
***
Selesai juga gaiss. Sebenarnya nih cerita ditulis dari tahun 2020 tapi aku unpub karena gak bisa menyelesaikannya. Dan baru bisa ngelanjutin lagi.. enjoy yaa makasihhh
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Syurga Khaliza (Completed)
Novela Juvenil[FOLLOW DULU BIAR BERKAH] Ini bukan kisah cinta suci nya Muhammad dan Khadijah, karena Khaliza tidak sesuci itu hingga bisa mendapatkan seseorang seperti kekasihnya Allah, Ya Rasulullah. Tetapi anggaplah Khaliza Nur Annisa yang baru menginjak umur...