Dari bab sebelumnya, aturan kalian bacanya sambil dengerin lagu sedih dong biar ngefeel. Jangan lupa dihayati oke:'v
***
"Hidup bagaikan permainan
Semua bergantung pada sebuah pilihan
Jangan menganggapnya sebagai hiburan
Teruslah berjalan ke depan
Dan yakinlah pada sebuah harapan
Karena semua yang terjadi pasti memiliki sebuah alasan. "———
Selesai berdoa yang dipimpin oleh Barra, Umi mengajak Liza untuk pulang karena hari sudah larut. Angin malam menelusuk ke dalam pakaian mereka. Entah sampai kapan Liza betah berada di sini."Ayo, nak kita pulang," ucap Fatma yang masih setia memeluk gadis itu. Liza menggeleng cepat, tanda menolak. Air mata gadis itu masih mengalir tanpa suara, matanya sudah terlihat membengkak akibat terlalu lama menangis, hanya isakan lirih yang seringkali tak bisa dia tahan.
"Liza di sini aja nemenin Ibuk." Liza memainkan tanah makam yang berada di genggamannya.
"Sudah malam sayang, besok kita bisa ke sini lagi kok." Fatma sendiri sudah menggigit bibirnya, dia tau rasanya ditinggalkan. Almarhum ayahnya juga telah tiada, siapa yang tidak sedih jika kehilangan orang yang selama ini berada di dekat kita. Coba bayangkan, jika kalian berada diposisi Khaliza.
Liza merasa tak berguna karena belum bisa membahagiakan ibunya, kosong. Bagaimana hidupnya akan berlanjut? Mengurus diri sendiri saja masih belum mampu. Lagi, lagi isakkan terdengar dari bibirnya saat teringat di malam ketika dia mengatakan.
"Ayolah buk, sekali-sekali kapan lagi bisa jalan-jalan sama ibuk gini. Maafin Liza juga yang gak perhatian sama ibuk, Liza juga sering main di luar daripada di rumah nemenin ibuk."
Malam itu memang untuk pertama dan terakhir kalinya mereka ke pasar malam bersama.
Barra menghela napas, yang lainnya bersedih dia harus tetap kuat meskipun merasa kehilangan juga. Menatap tanah basah yang dilumuri bunga itu, Barra berucap.
"Ada sebuah kisah."Suara berat dan agak serak yang di keluarkan cowo itu membuat pandangan dua perempuan di sana menatapnya penuh. Namun, dengan cepat Liza kembali menatap makam ibunya.
"Ada sebuah hadis, intinya tangisan orang yang masih hidup sesungguhnya bisa menyebabkan mayat di siksa dalam kubur. Mayat itu diazab karena ratapan dari keluarganya padahal Si Mayit tidak melakukan apa-apa, apa sebelumnya Si Mayit menyuruh keluarganya untuk menangisinya? Kenapa orang yang menangisinya tapi dia yang memikul dosanya? Kenapa dia yang di siksa?"
Mendengar itu Liza mengusap air matanya, sudah cukup dia menyusahkan ibunya di dunia. Dia tak mau apa yang Barra ucapkan benar. Diam-diam Fatma bangga dengan putra sulungnya, wanita paruh baya yang masih berseri itu tersenyum sambil mengusap bahu Liza. Mereka menyimak.
Barra tersenyum, lalu melanjutkan.
"Sedangkan dalam Al-Qur'an surah Al-An'am ayat 164 menegaskan; Orang tidak akan menanggung dosa orang lain yang berdosa. Kita yang ditinggalkan oleh orang yang kita sayang pasti merasakan kesedihan. Dan itu wajar. Tapi gak usah berlarut-larut, ikhlaskan. Allah punya rencananya sendiri, Allah punya alasan dan Allah pasti sangat menyayangi Bu Ratna karena memanggilnya untuk berpulang lebih dulu. Yang dibutuhkan Bu Ratna sekarang adalah doa apalagi dari anak satu-satunya ini.""Jadi, ayo kita pulang. Salat tahajud nanti bisa kita doakan Ibu Ratna, kamu bisa menceritakan keluh kesah kamu dengan Allah." Barra berdiri, dia membawa payung itu di atas kepala kedua perempuan yang dia sayangi. Fatma mengajak Liza berdiri, rasanya enggan meninggalkan ibunya sendirian di sini.
Mereka berlalu ke arah mobil yang terparkir di pinggir jalan yang sepi, Barra menyetir sedangkan Liza tertidur di pelukan Umi Fatma. Di samping itu, Barra merenung, dia memikirkan apa yang dia ucapkan tadi. Apakah dia bisa mempraktekan dan mempertanggung jawabkan apa yang diucapkannya tadi.
***
Updatenya semakin lama, semakin-semakin lama ya:" , urusan di dunia nyata memang gak bisa diduakan. Manja banget emang.
Semoga ini bisa mengobati kangen kalian dengan Bang Barra ya, eh Mas Barra deh. Barra 'kan orang Jawa, Jawa-ban dari setiap doa-doamu gitu ya hehe. Kamu? Iya kamu yang lagi baca cerita ini wkwk.
Huss jangan senyum-senyum sendiri entar kelihatan jomblonya.
Malam jumat nih ntar, Jangan lupa baca surah Al-Kahfi nya ya{} aku padamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Syurga Khaliza (Completed)
Novela Juvenil[FOLLOW DULU BIAR BERKAH] Ini bukan kisah cinta suci nya Muhammad dan Khadijah, karena Khaliza tidak sesuci itu hingga bisa mendapatkan seseorang seperti kekasihnya Allah, Ya Rasulullah. Tetapi anggaplah Khaliza Nur Annisa yang baru menginjak umur...