Hijaiyah

137 73 18
                                    

Apa alasan Tuhan mempertemukan aku dengan kamu? Untuk dipersatukan atau hanya jadi pelajaran untuk kedepan.

***

"Lanjut nanti saja, saya lagi kedatangan tamu kayaknya," ucap Barra terkekeh sambil melirik kearah Liza dan Hulya. Si lawan berbicara juga ikut terkekeh, dia adalah si mahasiswa akhir dari fakultas kedokteran.

"Baiklah, saya permisi dulu bang," ucap cowok itu tersenyum manis.

"Yooo kak Fathan," tegur Liza karena dia mengenal kakak tingkatnya ini, mereka juga pernah mengobrol sekilas karena pernah satu UKM dan Fathan juga pernah menjabat sebagai presiden mahasiswa.

"Iyaa, saya duluan!" balas Fathan tersenyum dan menatap sekilas ke gadis yang menundukkan kepalanya dari tadi. Terlalu banyak interaksi, hingga entah ingat atau tidak kakak tingkat itu padanya, Liza merasa kalo dirinya makhluk sok akrab.

"Sini duduk," perintah Barra bersila diatas sajadah didalam mushola tersebut.

Liza dan Hulya duduk berjarak agak jauh dengan si Pak dosen.

"Saya mau belajar ngaji pak." Liza menjelaskan tujuannya datang kemari. Barra hanya mengangguk karena dia yang menyuruh gadis ini datang setiap dhuha.

"Iqro'. Atau Al Qur'an?" tanya Barra sambil mengambil itu. Liza menggaruk kepalanya bingung lalu menoleh ke arah Hulya.

"Iqro' saja dulu pak," seru Hulya menatap Liza prihatin.

"Sudah tau kan dasar-dasar nya?" tanya Barra, menyilangkan bawahan lalu menaruh Iqro' itu diatasnya.

Liza menggeleng malu.
"Sa-saya gak pernah diajarin ngaji pak," cicit Liza membuat Barra menatapnya penuh, sedangkan Liza hanya menatap Iqro' yang saat ini sudah ada didepannya.

Barra merasa hatinya ikut teriris mendengarnya. Barra juga rasanya tak berhak untuk bertanya lebih.
"Sepertinya akan terasa lebih ringan jika Hulya yang mengajari kamu. Saya akan memantau dari sini."

Liza mengangkat wajahnya, melihat itu Barra langsung mengalihkan pandangan.

"Baiklah pak. " Liza menyetujui membuat Hulya mengambil posisi sedangkan Barra berpindah agak jauh untuk membaca ayat suci Al-Qur'an dengan lirih sesekali telinga dan matanya fokus ke arah mereka berdua.

"Mulai ya Za siapkan?" Kata Hulya memastikan. Liza mengangguk.

"Baca basmallah dulu, Audzubillah Himinas Syaiton Nirojim Bissmillah hirrohman nirrohiim."

Liza menarik nafas dan mencoba mengikuti.
"Audzubillah... " Suara Liza tampak bergetar membuat dia berhenti sejenak lalu menatap Hulya.

"Gakpapa pelan-pelan santai, Ulang lagi ya," kata Hulya memberikan senyum menenangkan. Liza menoleh kebelakangnya, matanya menangkap Pak Barra yang fokus pada Al-Qur'an, membuat Liza menekatkan dirinya.

Hulya mengulangi dan Liza mengikuti.

"Audzubillah Himinas Syaiton Nirrojim.. Bissmillah hirohman nirrohiim." Kali ini lancar.

"Za aku tau kamu bisa, jadi cukup ingat aja ya yang ini alif. " Tunjuk Hulya.

"Alif," ucap Liza melihat ke arah yang Hulya tunjuk.

"Ba. "

"Ba"

"Ta. "

"Ta. "

"Tsa. "

"Jim. "

Dan seterusnya, Setelah Liza menghafal kan itu. Hulya mulai membuka lembar-lembar setelahnya. Diam-diam Barra tersenyum melihat interaksi adiknya dengan gadis itu, sesekali Liza kesenangan karena ucapannya yang tepat dan benar membuat Hulya kadang terkekeh ikut senang.

Hampir dua jam mereka menghabiskan waktu di mushola, membuat Barra menyudahi kegiatan hari ini.

"Baiklah, saya benar-benar takjub dengan kamu. Besok lagi ya dilanjuti, boleh dirumah kamu belajar-belajar lagi. Kamu harus bawa Iqro'itu kemana-mana, kalau ada waktu kamu harus baca hingga selesai baru kita masuk ke tahap selanjutnya." ucap Barra tersenyum menyemangati, membuat hati Liza seakan berbunga-bunga.

"Iya Pak terima kasih, Bapak juga kesini kan besok?" Liza dengan mata berbinar-binar, Barra mengangguk matanya setia menatap arah lain tapi sesekali menatap mata lawan bicara nya agar lebih menghargai.

"Khaliza kamu harus ingat,  Iqra’ (bacalah!), itulah perintah Allah yang disebutkan dalam awal surat al Alaq, surat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Meskipun perintah ini ditujukan pada Nabi Muhammad tetapi meliputi juga perintah untuk umat beliau. Allah berfirman:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.“ (QS Al Alaq: 1-2)," Kata Barra mengingatkan.

Liza mengangguk lagi,
"Saya sering membaca Al-Qur'an terjemahan waktu SMA, Kata iqra’ berasal dari qara’a yang bisa bermakna membaca, menelaah, mempelajari, membacakan atau menyampaikan dan lainnya. Jadi perintah iqra’ itu cakupannya sangat luas, tidak sekedar perintah membaca tetapi juga perintah untuk merenungi, menganalisa dan seterusnya...." kata Liza mengatakan apa yang pernah dia pelajari waktu itu.

"Karena sesuai dengan yang kita ketahui bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis), tetapi diperintah untuk “membaca”. Hal ini menunjukkan bahwa “membaca” tidak selalu berupa membaca tulisan, tetapi juga termasuk mendengarkan, mengamati, merenungkan dan lainnya," sambung Pak Barra

Hulya hanya mendengarkan, dan sedikit takjub dengan jawaban dari Liza. Khaliza itu bukannya tidak bisa, tapi selain niatnya salah, hal yang dia rasa gak penting pasti diabaikan dan mungkin ada faktor lainnya.

"Oh iya jangan lupa nanti saya akan masuk ke kelas kalian, jangan terlambat karena saya tidak mentoleransi mahasiswa yang telat masuk dikelas saya. "

"Siapp pak," ucap Hulya dan Liza bersamaan lalu tertawa. Pak Barra pamit permisi sedangkan Hulya dan Liza ingin ke kantin dahulu.

***

"Gue gabung ya." Liza dan Hulya menatap Zafran dengan tatapan berbeda, Liza dengan tatapan boleh, Hulya dengan tatapan kesal tak terima.

"Loh bukannya lo gak ada kelas hari ini?" tanya Liza.

Zafran tersenyum menggoda.
"Iyalah, kan gue mau ketemu. Kangenn tauu Liza sayang."

"Gue juga kangen Zafran." Perkataan Liza membuat Zafran tersenyum senang.

"Suapin dong yaaang." Zafran melebarkan mulutnya membuat Liza mengambil sepotong bakso dengan garpu lalu disuapkan masuk ke dalam mulut Zafran.

"Manja!!" Sindir Hulya membuat Zafran menatap Hulya sinis, dan Hulya membalas tidak kalah sinis.

"Ih kalian nih apaan sih." Liza tertawa melihat mereka setiap bertemu seperti tikus dan kucing.

"Kamu tuh membawa hal yang buruk buat Liza," kata Hulya.

"Buruk apaan? Lo tuh ngebawa aliran sesat ke Liza," ucap Zafran seenaknya.

"Udah ah kalian nih, gue mau makan!" ucap Liza menyuapkan makanan untuk dirinya sendiri. Zafran juga ikut memesan sambil sesekali merecoki Liza, pacarnya.

"Yang, kamu tau gak sih, apa yang lebih indah dari senja," tanya Zafran mendekatkan diri.

"Emm Matahari?" tebak Liza membuat Zafran menggeleng.

"Terus apa?"

"Kamuuuu," kata Zafran sambil tersenyum lebar mengusap jilbab Liza.

"Basiii," kata Liza memukul bahu Zafran pelan.

"Emangsih gue kan gak bisa gombal. "

"Tadi kamu sekarang ganti lagi jadi gue." Liza terkekeh.

Zafran tersenyum

Pangeran Syurga Khaliza (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang