|SELAMAT MEMBACA|
____
"Sebagai darah muda, memikirkan perihal jodoh itu wajar, tetapi tidak seharusnya waktumu habis untuk memikirkan sesuatu yang sudah di jamin untukmu. "
***
Liza membuka pintu rumahnya perlahan, kosong. Tidak ada siapapun di dalam, pasti ibunya sedang berkerja di rumah orang lain membantu untuk mencuci ataupun menggosok baju sedangkan ayahnya seperti biasa pergi entah ke mana.
"Ini saatnya gue belajar sholat, " ucapnya dengan membawa buku tuntunan salat dia bergerak untuk mengambil wudu, buku itu di letakkan di kursi sebelahnya sambil menghidupkan keran. Liza membaca doa sebelum wudu dengan tangan mengadah di depan dada, sesekali matanya melirik buku di sebelahnya untuk tahap berwudu hingga selesai. Mengelap tangannya Liza membawa buku itu ke kamar, menutup pintu rapat-rapat dan segera meraih mukena pemberian dari Hulya sebagai hadiah ulang tahunnya yang tak pernah Liza pakai. Liza mematut dirinya di depan cermin lalu tersenyum canggung.
Membuka aplikasi penunjuk arah kiblat, dia segera membentangkan sajadah sesuai dengan petunjuk. Dirinya kebingungan karena belum hapal sama sekali tentang ayat-ayatnya.
Pertama, buku itu di letakkan di bawahnya lalu berdiri tegak membaca niat salat zuhur dengan mata terfokus pada bacaan.
"Allahu akbar, bissmillahirohmanirrohim--." Dengan gerakkan tangan di dada, ia terus membaca surah al fatihah yang sudah hapal di luar kepala kemudian membaca surah pendek. Liza kesusahan karena harus membuka lembar-lembar berikutnya.
"Kok seribet ini sih!!!" Kesalnya duduk sambil menyilangkan kaki, menghela napas kasar. Rasanya dia ingin menyerah saja, dengan bibir mengerucut Liza meraih ponsel dan mengarahkan jarinya pada menu kamera yang akhirnya dia hanya berselfi ria tanpa menuntaskan kewajibannya sebagai muslim.
Dia ingin curhat kepada Hulya, maka jari-jarinya bergerak untuk menelpon sahabatnya itu.
"Yaa, gue lagi belajar sholat tapi susah banget dah."
Terdengar suara kekehan di sebrang sana.
"Susah di mananya sih Za?""Ribet gue harus buka lembaran buku tuntunan sholat ini terus." Liza mengambil posisi berbaring di atas sajadah.
"Ya dihapal lah, masak iya seorang Liza nggak bisa menghapalnya? "
"Susah, gue juga belum lancar banget bacanya. "
"Kan ada bacaan latinnya Za, pokoknya semangatt jangan mudah menyerah."
"Ajarin Yaa."
"Yaudah sini sekalian di fasihin pengucapan kamu baca Alquran. "
"Siapp, aku otw nihh."
Liza langsung mematikan sambungan telepon, lalu beralih pada chat dia mengirimkan salah satu foto selfinya tadi kepada Hulya.
Hulya solehah
Yaa cantik gak, udah cocok belum sama Pak Barra??😍*Picture
Send.
Setelah mengirim pesan dia bergegas untuk ke rumah Hulya.
***
"Kalo mau di sini jangan ganggu Mas dulu ya, Mas lagi kerja. " Hulya mengangguk patuh yang membuat Barra tersenyum.
Barra heran dengan adiknya yang suka sekali menyusup ke kamar dengan alasan bosan ataupun malas sendirian dan Barra tidak masalah soal itu, mungkin dirinya memang jarang ada waktu untuk adiknya maka dari itulah sebisa mungkin dia memberikan perhatian lebih.
"Dek kenapa Bross bunganya ada di Liza?" tanya Barra tanpa menatap lawan bicara.
"Itu Mas Liza minjam katanya bagus, terus kalo udah kaya gitu Hulya mana bisa buat nolak."
Barra menghela napas.
"Biar Mas buatkan yang baru." Hulya dengan cepat menggeleng."Udah dikembalikan kok sama Liza, mending Mas buat khusus untuk Liza aja." Hulya cekikikan membuat Barra menaikkan sebelah alisnya sekilas.
"Mas."
"Hm."
"Mas percaya cinta pandangan pertama nggak?"
Nah ini membuat Barra semakin bingung plus curiga.
"Kenapa emang? "
"Ih jawab aja Mas," ucap Hulya kesal, Mas nya ini terlalu bertele-tele.
Barra menggeleng.
"Walau Mas gak bisa menutup kemungkinan, tapi namanya jatuh cinta itu butuh waktu dan pertanggung jawaban. Kalo ketertarikan fisik mungkin bisa, tapi kalo orang itu ngotot menyebutnya sebagai cinta pandangan pertama? Ya itu bukan cinta namanya. Cinta itu butuh proses, ketika kita merasa tertarik pada seseorang maka harus melanjutkan ke proses yang lebih serius lagi untuk menemukan makna cinta di dalam ketertarikan itu. Paham gak? Kalo belum siap bisa meminta pada Allah agar di dekatkan di waktu yang tepat." Barra kembali melanjutkan pekerjaannya.Hulya mengangguk, memahami setiap kalimat yang diucapkan Barra. Setengah jam kemudian hanya terdengar suara ketikkan keyboard diiringi dengan suara dering ponsel yang mengalihkan fokus mereka. Hulya dengan cepat mengangkat telpon itu, terdengar suara Hulya yang cekikikan. Barra hanya mengabaikan sesekali mendengar obrolan mereka.
"Mas, Hulya numpang ke toilet," kata Hulya kemudian dan meletakkan handphonenya di tempat tidur. Barra menjawabnya dengan mengangguk sambil menutup laptop karena pekerjaannya sudah selesai. Mengambil ponsel Hulya, dia penasaran mengapa adiknya menanyakan soal cinta pandangan pertama. Barra menggeledah aplikasi whatsapp, bukan apa-apa tapi untuk menjaga Hulya tetap berada di jalurnya. Tidak boleh pacaran.
Namun notif pesan baru masuk membuat Barra segera membukanya.
Khaliza Nur Annisa
Yaa cantik gak, udah cocok belum sama Pak Barra??😍***
Ada yang nungguin Pangeran Syurga Khaliza update gak sih?
Gimana hari ini?? Have fun terus tetap semangatt, selamat beraktivitas semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Syurga Khaliza (Completed)
Novela Juvenil[FOLLOW DULU BIAR BERKAH] Ini bukan kisah cinta suci nya Muhammad dan Khadijah, karena Khaliza tidak sesuci itu hingga bisa mendapatkan seseorang seperti kekasihnya Allah, Ya Rasulullah. Tetapi anggaplah Khaliza Nur Annisa yang baru menginjak umur...