Part 32: Sarapannya Beda --WARNING!

166 33 0
                                    

"Mau ke mana?" tanya Rey ketika melihat Zara hendak memasuki kamar miliknya.

"Mau tidur lah. Udah malam."

Rey berdecak kesal melihat Zara masih tidak peka juga. Mereka kan sudah berbaikan, bukan? Rey lalu menarik Zara menuju kamar utama yang ia tempati selama ini. "Mulai sekarang boboknya di sini."

"Nggak ah. Lebih suka tidur di samping."

"Kan punya suami."

"Kan nggak terbiasa bobok sama cowok," kilah Zara malu. 

"Maka biasakan." Rey berjalan menuju ranjang berukuran king size miliknya. 

"Sini." Rey menepuk-nepuk sisi kasur yang masih kosong. Dengan ragu Zara perlahan mendekat. Ia merebahkan diri di sisi Rey dengan hijab yang masih melingkupi kepalanya. Matanya menatap nyalang langit-langit kamar Rey. 

"Emang enak tidur pakai jilbab?" Tahu-tahu pria itu sudah memiringkan tubuh menghadapnya. 

"Mau dilepas?"

"Senyaman kamu saja," jawab Rey. Ia berusaha menghargai keputusan Zara, mungkin saja ia memang belum siap. 

"Oke." Zara kemudian memutuskan untuk memejamkan mata saja. Ia deg-degan setengah mati malam ini. Untuk oertama kalinya selama 21 tahun hidup Zara tidur satu ranjang dengan seorang laki-laki. 

"Apa seterusnya kita akan tidur satu kamar?"

"Pertanyaanmu, nyonya Hirano," tegur Rey. Zara mengerucutkan bibir mendengar jawaban Rey yang terdengar sarkastik. Rey yang merasa tidak ditanggapi pun menyahut. "Tentu akan terus begini. Bahkan lain kali kita akan ;ebih sering neraktifitas di kamar ini, bukan hanya tidur."

"Maksudnya?"

"Ssst, jangan bahas itu. Nanti aku pengen. Besok saja kalau kamu sudah fit."

---

Zara mengaduk sayur sop ayam buatanya dengan telaten. Kali ini jam masih menunjukkan pukul enam pagi, tapi Zara sudah menyelesaikan hampir empat menu masakan. Zara nyaris tidak bisa tidur karena sepanjang malam Rey memeluknya posesif yang mengakibatkan debaran luar biasa di hatinya sehingga sulit tidur. 

"Ngapain sih pagi-pagi udah berisik."

"Astaga! Rey, ngapain sih ngagetin," omel Zara yang terkaget. Ia mengabaikan Rey yang mendekat ke arahnya dengan muka bantalyang sialnya masih terlihat tampan. 

"Aku nyariin gulingku yang hilang."

Zara menyipitkan mata heran. "Guling ya di kamar lah. Masak iya guling bisa jalan sendiri."

Tiba-tiba saja Rey memeluk pinggang Zara dari belakang sehingga membuat gadis itu kaget bukan main. "Gulungku bisa jalan kok. Bisa masak bahkan." Rey kini menyandarkan dagunya di bahu Zara yang tertutui helaian rambut panjangnya. 

"Kamu buka jilbab?" tanya Rey seolah baru sadar perubahan penampilan Zara.

"Ehm. Iya, habis panas sih masak pakai jilbab," apologi Zara. 

"Nggak usah pakai kalau di rumah. Kamu cantik dengan rambut hitam panjangmu." Suara Rey entah mengapa berubah menjadi serak. Ujung hidungnya sudah membuat gerakan naik turun dari leher bawah ke leher atas Zara. Rambut panjang Zara yang tadi menutupi bahunya sudah disingkirkan ke bahu kirinya. 

"Rey," ucap Zara degan suara sedikit gemetar. Gerakan abstrak itu rupanya mengantarkan gelenyar aneh ke sekujur tubuh Zara. 

Merasakan keresahan Zara, Rey justru semakin senang saja. Hidungnya yang sedari tadi berjalan-jalan kini digantikan bibirnya. Bibirnya ia jalankan menuju leher samping lalu naik ke rahang mungil Zara. 

Bride from NowhereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang