Part 10: Kecewa?

192 45 6
                                    

Crystal Hotel...

Zara berdecak kagum memandang dekorasi aula yang kini telah disulap bak istana raja. Menurut penuturan manager hotel, malam ini ada seorang pengusaha kaya yang hendak melamar kekasihnya di sini. Harga yang ia tawarkan pun tidak main-main, yang jelas malam ini Zara dan tim dituntut bekerja ekstra demi pesanan pengusaha tersebut.

Sekadar info, Zara merupakan perempuan yang bukan hanya pandai menabung uang, ia juga pandai menabung pekerjaan. Meskipun sudah dipecat dari Amanda katering, Zara masih memiliki dua cadangan pekerjaan di genggamannya, yaaa walaupun hanya sebagai tukan bersih-bersih di rumah makan padang dan anggota party organizer saja, sih.

Zara bertugas menyusun karangan bunga di sekitar meja. Membuat karangan bunga adalah keahlian Zara yang ketiga setelah tata boga dan jurnalistik. Bagi Zara, bunga adalah filosofi yang paling indah, ia melambangkan sebuah kisah sakral. Ketika satu tangkai patah dan mati, serbuk sari pelajarannya akan berkelana, menumbuhkan kisah baru yang jauh lebih indah. Maka, merupakan suatu keharusan untuk cermat dalam menyusun kelopak-kelopak tersebut menjadi satu rumpun yang indah.

Beberapa karangan bunga telah usai dieksekusi dengan baik oleh Zara. Zara kembali meneliti hasil karyanya supaya tidak ada cacat sama sekali. Konsentrasi Zara buyar saat nyonya Regina memanggil namanya. "Zara! Tolong kamu ambil cincin pesanan tuan Rey untuk prosesi lamaran nanti. Cincin berada di ruangan saya di lantai tiga," perintahnya dengan nada tegas seolah khawatir Zara akan melakukan kesalahan.

Zara mengangguk takzim tanpa banyak tanya. Beliau membalas dengan senyuman dan acungan jempol. Ramah, namun terkesan tegas.

Zara menyusuri jalan menuju ruangan yang dimaksud, pikirannya tiba-tiba melayang mengingat ucapan nyonya Regina barusan. Bukan karena perintah beliau yang tegas, namun karena beliau sempat mengucap nama "Rey" dalam titahnya.

Apakahitu Rey Hirano yang belakangan ini merusak indahnya hari Zara? Apakah benar Reyakan segera melamar pujaan hatinya? Aaah entah mengapa muncul banyak sekalipertanyaan dalam otak Zara tentang laki-laki brengsek itu. Dan parahnya didalamlubuk hati Zara yang paaling dalam, muncul rasa sesak saat menerka bahwa Reyyang dimaksud ialah Rey Hirano

🍁 🍁 🍁

Rey melangkah keluar dari ballroom dengan tergesa bercampur amarah. Hari ini, seharusnya menjadi hari yang terindah baginya. Namun, apalah daya, siapa juga yang bisa meramalkan takdir? Ia tidak menyalahkan takdir, justru ia benci pada dirinya sendiri. Selama ini ia telah menjatuhkan hatinya ke pelabuhan yang salah.

Skenario tuhan tiada yang bisa menerka, apalah daya manusia yang hanya bisa berusaha. Toh, takdir layaknya magnet. Selamanya manusia hanya akan hidup dalam lingkaran medan magnet illahi. Sejauh apapun ia melangkah guna mengusahakan sesuatu, tetap saja ia tak akan pernah lepas dari magnet takdir tuhannya.

Di sinilah Rey sekarang termenung di puncak tertinggi kota Jakarta, rooftop Crystal Hotel. Hotel ini memang merupakan hotel terbesar, termewah dan tertinggi di Jakarta. Rey selalu memilih tempat tinggi seperti ini untuk menenangkan diri ketika penat ataupun ketika sedang terguncang seperti ini. Rey memejamkan mata menikmati hembusan angin malam yang menerpa lembut wajahnya. Ucapan Keyra barusan seakan terus berdesing di telinganya.

Hufftt.. Gadisnya yang ia sanjung setinggi langit ternyata tak lebih dari manusia penuh ambisi yang tidak bisa menghargai arti cinta, atau bahkan ia malah tak tau apa itu cinta sesungguhnya?

Entah sudah berapa lama Rey berdiri dengan mata terpejam dengan pikian kosong dan tangan terkepal di batas pemagar. Yang jelas kini langit tengah mengirimkan rintikan kecil hujan yang mulai membasahi bumi, tidak terkecuali Rey.

Bride from NowhereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang