Part 38: Bang Toyyib

110 32 3
                                    

Suara gemeletuk mesin ketik memenuhi penjuru ruang tengah keluarga Hirano. Si pelaku seolah tidak peduli dengan kawanan nyamuk yang sedari tadi menyantap darahnya. Ia masih fokus pada layar laptop dengan jemari yang terus menari-nari di atas keyboard laptop. Sesekali ia memijit tengkuknya yang terasa berat akibat terlalu sering menunduk. Meski begitu, telinganya masih fokus menunggu suara yang berasal dari pintu rumahnya, berharap sang suami akan masuk melalui pintu tersebut dan menjelaskan kesalah pahaman di antara mereka dengan bijak.

Ialah Zara Shalsabila, gadis yang memerankan Cinderella saat pernikahannya, dan meemerankan istri bang Toyib usai pernikahannya. Sedari tadi Zara menyibukkan diri dengan skripsi yang sudah mulai ia geluti sekitar dua bulan lalu. Zara berniat untuk menyelesaikan pendidikan S1 lebih cepat daripada kawan-kawannya yang lain, supaya ia bisa segera melanjutkan pendidikan S2 di Korea dengan segera.

Kembali ke topik istri Bang Toyib. Sudah dua hari lamanya Rey menghilang tanpa kabar. Menurut Krisna, sekretaris Rey, suaminya itu sempat mendatangi kantor sebanyak dua kali hari ini.

Baru sekitar setengah jam tertidur, Zara segera bangun karena suatu hal. Tiba-tiba hidungnya mencium aroma parfum Rey yang memenuhi isi ruangan itu. Nampaknya Rey baru saja pulang, terbukti dari terparkirnya mobil sport milik Rey di halaman rumah mereka.

Zara segera berlari ke kamar untuk melihat keberadaan Rey. Dan benar, saat ini suaminya itu sudah tertidur pulas di atas ranjang besar mereka. Zara mengucapkan syukur berulang kali dalam hati atas kembalinya Rey.

Zara mengernyitkan keningnya ketika mendengar suara rintihan dari bibir Rey, persis dengan kelakuannya ketika sedang sakit. Zara meraba wajah Rey yang terlihat kemerahan saat ini. Ia terlonjak ketika merasakan suhu panas yang menjalar melalui punggung tangannya, suhu tubuh Rey sangat tinggi. "Astaghfirullah, Rey!"

Dengan segera Zara mengambilkan sebaskom air hangat dan handuk kecil untuk mengompres Rey. Bibir Rey terlihat pucat pasi, darinya terdengar rintihan kesakitan yang membuat hati Zara ikut sakit mendengarnya. Seketika amarah yang ia simpan untuk Rey lenyap. Padahal, seharian ini Zara sudah merancang beberapa strategi untuk mengomeli Rey yang sudang menyamar menjadi Bang Toyib selama du hari.

"Ma...Mama, peluk Rey. Rey kedinginan," rengek Rey disela-sela Zara mengobatinya. Zara beranjak untuk mematikan AC kamar dan mengubur tubuh Rey dengan lima tumpuk selimut sekaligus. Zara memijit pelipis Rey guna mengurangi rasa pusingnya. Perlahan, nafas Rey menjadi teratur, tidak terdengar suara rintihan dari bibirnya melainkan hanya dengkuran halus khas Rey. Zara tersenyum mendapati kemajuan tersebut. Zara menopang dagu sambil memandangi wajah Rey yang kini sudah terlihat tenang.

"Keyra," ucap Rey dalam tidurnya. Hal itu sontak membuat tubuh Zara menegang, ia mencoba menghibur diri dengan menduga-duga bahwa yang Rey ucapkan bukanlah nama Keyra Anastasia. Zara mendekatkan bibirnya ke telinga Rey. "Siapa, Rey?"

Zara sengaja memancing pertanyaan tersebut supaya Rey mengulangi kembali panggilannya. Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Hingga sepuluh menit berlalu, hanya angin kosong yang Zara dengar. Rey masih membisu Zara mengedikan bahu dan merapikan selimut Rey hingga ke puncak lehernya. "Bukan Keyra Anastasya yang Rey sebut, Zara. Tenang saja," monolog Zara dengan dirinya sendiri.

Zara merebahkan kepalanya di pinggiran nakas, dekat dengan bantal yang Rey pakai. Matanya perlahan meredup, bunga tidurnya mulai mekar, bersiap menyambut Zara dengan naungan mimpi.

"Keyra," panggil Rey. Sontak, kesadaran Zara pulih kembali, ia menegakkan tubuhnya.

"Keyra," panggil Rey sekali lagi dengan nada lebih keras. "Key, Keyra,"

Zara mencelos. Kini ia yakin lillaahi ta'ala bahwa Rey memang masih mencintai Keyra dengan sepenuh hati. Bahkan, dalam keadaan tidak sadar begini, nama Keyra lah yang sibuk ia agungkan. Zara curiga bahwa hilangnya Rey selama dua hari ini tidak lain karena Keyra.

Zara kembali merebahkan kepalanya dengan lesu, jemarinya menggenggam tangan Rey untuk mengembalikan Rey ke alam mimpinyanya. Pasalnya sampai sekarang nama Keyra masih saja keuar dari bibir Rey. Tanpa sadar, pipi Zara telah basah oleh jejak air matanya sendiri.

Tidak mau larut dalam su'u ad-dzon, Zara kemudian beranjak ke kamar mandi untuk merendam baju-baju kotor miliknya dan Rey yang sudah menumpuk. Zara meneliti setiap kantong pakaina jikalau ada benda-benda penting yang tertinggal.

Ketika memeriksa kantong kemeja Rey, tangan Zara menangkap sebuah kertas yang mencurigakan. Zara membaca dengan teliti isi kertas tersebut. Rupanya itu adalah kertas pembayaran obat di RS. Medika Pratama. Seketika Zara khawatir bukan main, bagaimana jika ternyata selama ini Rey memiliki suatu penyakit tapi ia sengaja menyembunyikannya dari Zara?

Zara segera mengetik nama-nama obat itu ke pencarian google. "Folavit, Blackmorest, Gestiamin,"

Zara menunggu hasil pencariannya dengan penuh kecemasan. Lima detik menunggu akhirnya keluarlah hasil pencariannya. Jantung Zara seketika berpacu kencang, ternyata obat-obatan tersebut merupakan obat khusus ibu hamil. Oh ya, Keyra kan memang sedang mengandung. Taoi itu kan anak Romeo, alu kenapa Rey yang repot membeikannya serabgkaian obat kehamilan?

Zara mencoba menenangkan hatinya supaya hipotesis-hipotesis buruk yang sedari tadi mengganggu pikirannya hilang. Ia akan langsung menanyakan hal itu ke Rey langsung jika ia sudah baikan. Zara harus menjaga rasa percayanya pada Rey karena suatu hubungan tanpa rasa percaya, bukanlah dua hati yang saling cinta, tapi hanya dua orang yang menghabiskan waktu bersama.

Bride from NowhereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang