Part 29: Senja dan Arkan

138 28 0
                                    

"Hatimu boleh saja sedih, tapi bibirmu harus selalu tersenyum. Kamu tidak perlu takut untuk bersedih, ingat! Selalu ada pelangi setelah hujan, semua masalah hanya sementara saja. Kamu tidak benar-benar sendiri. Kamu bisa!"

🍁 🍁 🍁

Pantai Kuta...

Zara merentangkan tangannya lebar-lebar sembari berlari sekencang mungkin, mencetak bentuk telapak kakinya di atas hamparan pasir putih pantai Kuta. Cekungan itu seketika menghilang ketika ombak-ombak kecil menyeretnya jauh ke dasar laut. Mentari yang kehilangan teriknya kini hanya mampu memancarkan mega merahnya, membuat lautan ikut memerah, meninggalkan eloknya biru yang menemaninya sepanjang hari. Gesekan lembut nyiur hijau, berpadu dengan riuh redam para burung yang kembali ke sarangnya membuat suasana senja kali ini begitu menawan.

 Gesekan lembut nyiur hijau, berpadu dengan riuh redam para burung yang kembali ke sarangnya membuat suasana senja kali ini begitu menawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Perfect!' gumam Zara. Dengan sigap ia mengeluarkan ponsel dari tas tangan, sayang sekali bukan jika momen selangka ini tak bisa diabadikan. Zara berdiri membelakangi cahaya mentari yang sudah tak sempurna lagi cahayanya. Zara mencari gaya yang pas untuk momen seperti ini. Tak sengaja matanya menatap sejoli sang kini tengah berfoto bersama dengan mesranya.

'Pengen... Andai Rey peka," keluh Zara dalam hati. Matanya sibuk menyeka air mata yang mengalir tanpa di perintah.

Tiba-tiba selembar sapu tangan sudah menyapa Zara. Sebuah tangan dengan arloji yang nampak tidak asinglah yang menjadi pelakunya. 'Mirip punya Arkan' terka Zara dalam hati.

"Ini memang aku, Ara," ucap Arkan seolah bisa mendengarkan suara hati Zara.

Kepalanya sontak mendongak untuk memeriksa wajah laki-laki itu. Benar saja, wajah tampan Arkan menyapa Zara dengan senyuman manis yang selalu menjadi favotitnya. Tangannya terulur untuk mengusap anak sungai Zara dengan sapu tangannya. 'Allah, tolong kecilkan suara degup jantung Zara. Kan malu kalau sampai Arkan dengar,' pinta Zara dalam hati.

Arkan berbalik menghampiri fotografer yang tengah asyik menawarkan jasa potret. Ia mengintruksikan sesuatu padanya sebentar, lalu berlari ke arah Zara. "Aku tahu kamu iri sama mas mbak yang lagi foto-foto di sana, kan?"

Zara diam dan menundukkan kepala, isyarat akan kekecewaannya.

"Berterimakasihlah padaku, setelah ini rasa irimu hilang. Ayo gaya yang cakep!" perintah Arkan. Ia kini merentangkan kedua tangannya mengadap kamera. 

"Dua kali jepret ya, Mas!"

Si fotografer mengacungkan jepolnya pada Arkan. Zara meniru gaya Arkan, ia merentangkan kedua tangannya. "Just say, KUDA!!!" teriak Zara dan Arkan kompak.

Gaya kedua, Zara dan Arkan saling berhadapan membelakangi mentari yang tinggal separuh di ufuk barat. Arkan memamerkan deretan gigi putihnya yang berbaris rapi. Ia mengangkat tangan kanannya mendekat ke pipi Zara, tapi tidak sampai menyentuhnya. Wajah Arkan yang putih kini nampak kecoklatan ditimpa sinar senja, rambutnya beterbangan dihembus angin sore. "Senyum sedikit, Zara."

Bride from NowhereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang