Paart 36: LDR--WARNING!

154 32 0
                                    

"Kesempurnaan cinta bukan melulu soal kebersamaan dalam dimensi fisik saja, ada yang lebih mulia dari itu. Ialah keterikatan dua hati dalam dimensi batin dalam bingkai do'a dan sujud panjang di sepertiga malam untuk kebahagiannya."

🍁 🍁 🍁

Rey melambaikan tangan pada gadis berjilbab peach di ujung jalan sana, ia nampak tergopoh-gopoh berlari ke arah Rey. Jilbab panjangnya bergoyang kesana kemari seiring irama kakinya yang menapaki jalanan dengan frekuensi cukup cepat. Suasana di sekeliling mereka terkesan amat ricuh, mayoritas manusia kini sibuk memandang ke keduanya diiringi decakan kagum yang megaum. Hal seperti ini bukan hal tabu lagi bagi Rey maupun Zara. Setiap kali Rey mengantar-jemput Zara dari kampus, beberapa mahasiswa pasti sudah berbaris rapi menyaksikan adegan ini. Mereka bilang, 'Lumayan bisa melihat adegan mesra secara live.'

Zara mengecup punggung tangan Rey, usai Rey memasangkan seat belt untuknya. "Pembekalanya lancar?" tanya Rey perhatian.

Zara mengangguk takzim. Sudah hampir satu bulan ini Zara disibukkan dengan pelatihan khusus dari kampus guna persiapan lombanya di China.

Rey memacu mobilnya ke arah rumah Laksa. Rey ingin mengunjungi makam Tina, sekaligus mengajak Zara untuk berpamitan pada Laksa karena Zara akan berangkat ke China esok hari.

Sepeninggal Tina, om Rudi dan Ical, putra om Rudi memutuskan untuk tinggal serumah dengan Laksa. Om Rudi ialah adik dari Tina. Istrinya telah meninggal sekitar satu tahun lalu usai kalah melawan kanker darah yang ia derita. Sedangkan Rey sendiri dipaksa oleh Laksa untuk menempati sebuah rumah mewah yang sudah lama mama persiapkan untuk Rey sebagai kado pernikahan.

Kedatangan Rey ke rumah papa disambut dengan pelukan hangat. Ical si bocah bertubuh gempal berusia sekitar delapan tahun itu, ikut meramaikan suasana. Ical begitu dekat dengan Zara sejak awal kali mereka bertemu, pasalnya mereka berdua memiliki hobi yang sama yaitu bemain catur. Jika sudah bersama Ical, Zara sudah seperti sanderaan. Ical akan mengurungnya di taman belakang untuk bermain catur bersama.

"Kak Zara, sebelum maen catur kita makan dulu, ya. Ical masak telur goreng spresial buat kak Zara!" Ical menarik tangan Zara ke dalam ruang makan dengan penuh semangat. Rey, Laksa dan om Rudi mengikuti dari belakang sambil menertawakan Zara yang terlihat kesulitan mengikuti Ical yang berlari cukup kencang.

Usai makan bersama, mereka memutuskan untuk pergi ke makam Tina bersama-sama. Terlihat Laksa sudah lebih tegar sekarang, tidak ada bulir air mata kesedihan selama di makam, justru tatapan penuh cintalah yang terlihat. Seolah Tina benar-benar hadir di hadapan Laksa saat ini. Sudah menjadi rutinitas Laksa untuk memadu kasih dengan Tina melalui metode ziarah setiap satu minggu sekali. Meskipun kini tidak mungkin adanya adegan pertemuan secara langsung antara Tina dan Laksa, namun bagi Laksa bisa mendoakan Tina begini merupakan adegan paling romantis yang pernah ada. Lagi pula sempurna tidaknya cinta bukan soal kebersamaan dalam dimensi fisik saja, ada yang lebih mulia dari itu. Ialah keterikatan dua hati dalam dimensi batin dalam bingkai do'a dan sujud panjang di sepertiga malam untuk kebahagiannya.

Selama perjalanan pulang Laksa dan Om Rudi sibuk mewawancarai Zara seputar keberangatannya ke China. Sementara Ical sangat lengket dengan Zara saat ini, ia tahu bahwa sekitar satu minggu lamanya akan ada LDR antara mereka.

🍁

Rey sengaja memesankan tiket eksklusif untuk Zara dan perwakilan yang lain, padahal pihak kampus sudah menolak halus hal tersebut. Namun, Rey bersikeras untuk melanjutkan ittikadnya itu.

Tangan Zara tidak bisa lepas sedikitpun dari genggaman Rey, ia terus menempel pada Zara layaknya Ical kemarin. "Ra, satu minggu yang berat," keluhnya dengan wajah murung.

"Nggak lama kok. Kamu kali yang nggak kuat puasa lama-lama." Zara malah menggoda Rey. 

"Ya itu juga sih."

Bride from NowhereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang