Part 51: Soulmate

283 22 2
                                    

"Dia bukan yang terbaik. Kau hanya sudah terbiasa hidup dengannya. Ketika kau mau kembali membuka hati, semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi yang terbaik. Percayalah yang buruk sengaja tuhan lepaskan agar yang baik punya kesempatan untuk datang."

🍁🍁🍁

Reza memeluk bunda kesayangannya itu dengan senyuman yang tak kunjung reda. Ia bahagia bukan main melihat bundanya kembali bangun dari tidur panjangnya. "Telima kasih sudah bangun, Bunda," ucap Reza sembari mencium kedua pipi Zara.

Shelin, Dimas dan Arkan menitikkan air mata melihat pemandangan mengharukan ini. Tak kuat melihat adegan itu, Shelin segera bergabung bersama Reza. Shelin memeluk Zara dengan penuh suka cita. Sungguh Shelin tidak menyangka bahwa hari ini sahabatnya itu bisa kembali berceloteh seperti biasanya.

Keemapat sahabat itu lantas berbincang cukup lama guna membayar kerinduan yang sudah terbenduing selama hampir tiga tahun lamanya. Reza sendiri sudah terlepa di atas sofa kamar usai menguping percakapan orang-orang dewasa itu.

Zara terkejut melihat sosok bocah perempun seusia Reza tengah tertidur pulas di atas sofa bersama Reza. 

"Siapa?" tanya Zara sembari meneguk air mineralnya.

Semua lantas terdiam seribubahasa mendengar pertanyaan Zara. Tidak elok rasanya bukan membahas masa lalu Zara saat ini. Sebab, mengatakan status Tania yang sebenarnya, sama saja membeberkan nama Keyra di hadapan Zara.

Ketika semuanya bungkam, sebuah suara menggema dari ambang pintu. "Dia Tania, putri Keyra Anastasiadan Romeo Armanov" sosok Rey tiba-tiba muncul dari pintu masuk ruangan.

Dimas dan Arkan segera melotot ke arah Rey. Laki-laki itu keluar dari rencana yang sudah mereka sepakati sebelumnya. Dalam kesepakatan, Rey tidak boleh masuk kecuali satu jam setelah Zara sadarkan diri. Dokter menghimbau agar mereka menjaga kestabilan emosi Zara, paling tidak rentan lima jam usai sadarkan diri. Dikhawatirkan jika ada keterkejutan berlebih dalam diri Zara, hal itu akan berimbas buruk pada syaraf Zara.

Zara terhenyak melihat sosok Rey di depannya. Sosok itu terasa nyata, bukan bayang-banyang semu yang selama ini hadir dalam mimpi tak berkesudahan miliknya. Sosok itu semakin mendekat ke arah Zara. Tatapan matanya menyiratkan kerinduan yang teramat dalam pada Zara. 

"Apa kabar, Zara?" tanya Rey pelan, seolah satu pertanyaan saja merupakan larangan keras baginya.

Zara mengacungkan jempolnya sebagai jawaban, mulutnya tak mampu berkata-kata, khawatir isakan penuh rindu akan keluar. Sekian purnama berlalu, pada akhirnya ia bisa bertemu dengan sosok yang masih setia mengisi ruang cinta di hatinya. Rey pun sama. Ia bahagia bukan main bisa melihat senyuman Zara kembali. Sayang, dadanya penuh akan rasa penyesalan akibat perbuatannya dulu pada Zara.

Beberapa detik kemudian, ekspresi Zara berubah sendu, ia teringat perjumpaan terakhir kalinya dengan Rey di taman Hanggan. Jika Tania mrupakan putra Keyra, bukankah itu berarti ia juga putra Rey? Namun, mengapa Tania tidak memakai nama Hirano di akhiran namanya? Pusing menerka kemungkinan-kemungkinan tidak menyenangkan itu, akhirnya Zara memilih bungkam. Ia membalikkan tubuhnya membelakangi Rey.

Hal itu sontak saja membuat semua orang bingung. Sepertinya ada hal yang mengganggu pikiran Zara. "Ra?" panggil Shelin lembut.

Zara mengangkat tangan kanannya rendah-rendah. "Tolong tinggalkan aku. Aku butuh sendiri."

Shelin megangguk dan segera mengisyaratkan para manusia itu untuk keluar dari ruangan, tak terkecuali Rey. Dengan berat hati Rey menuruti permintaan Shelin.

"My Ara, semua sudah pergi," jelas Shelin. Ia mendudukkan diri di tepi ranjang Zara. Zara perlahan menggerakkan kepalanya untuk bersandar pada kedua paha Shelin. Shelin menangis haru menyaksikan mukjizat yang menimpa Zara.

Bride from NowhereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang