Part 27: Malam Konsolidasi

166 30 0
                                    


"Pernikahan itu bukan soal menyatukan kesempurnaan, tapi soal menyatukan dua kekurangan, lalu menghiasinya dengan istilah saling pengertian."

🍁 🍁 🍁

Kini sudah hampir setengah jam Rey menunggu kedatangan Zara, namun ia tak kunjung keluar. Rey hendak membicarakn beberapa hal penting tentang pernikahan mereka. Bosan menunggu, akhirnya Rey pergi ke balkon untuk menelpon Laksa, sekadar menanyakan keadaan Tina.

Dua jam kemudian...

Kamar Rey kini gelap gulita, hanya cahaya yang berasal dari proyektor yang menjadi penolong sumber cahaya Rey dan Zara. Rey berdiri di samping layar proyektor dengan sebilah tongkat di tangannya, matanya ia bingkai dengan kacamata. Sedangkan Zara, ia duduk manis di atas ranjang sambil menikmati sandwich berisi potongan daging dan sayuran. 

"Seperti yang sudah saya singgung tadi setelah akad, malam ini agenda kita ialah musyawarah tentang pernikahan instan ini."

Zara manggut-manggut nampak tidak memerdulikan penjelasan Rey, ia masih fokus menikmati sandwichnya itu. Zara terlalu mencintai perutnya yang sedari tadi meronta-ronta minta diisi. Pasalnya, para perias melarangnya makan sedikitpun selama prosesi pernikahan berlangsung.

"First of all, saya berterimakasih pada kamu karena telah bersedia menerima pernikahan instan ini. Saya nggak tau gimana jadinya kalau pagi tadi kamu menolaknya, pasti mama akan sangat sedih. Kau tau esok mama akan menjalani operasinya, semoga tuhan berbaik hati memberinya keselamatan." Layar berisi animasi seorang bocah yang menangkupkan tangan. 

'Kenapa jadi formal gini sih bahas si orang kaya itu?' batin Zara. 'Mana pakai acara presentasi dengan proyektir begini lagi, sumpah ini mah kuliah bukan malam pengantin,' tambahnya.

"Aaamiin," jawab Zara pada akhirnya.

"Secondly," layar berganti menjadi gambar Zara yang dibuat seakan sedang menatap kampusnya.

"Sebagai wujud tanda terima kasih, maka saya berjanji akan membiayai kuliahmu bahkan sampai S3 di kampus mana pun kamu mau dan saya juga akan menjamin kelolosanmu di kampus tersebut. Bukan hanya biaya kuliah tapi juga biaya hidup. Catat baik-baik," Rey membenahkan letak kacamata.

Selanjutnya, slide berisi gambar Zara bergandengan dengan pria tanpa wajah dan Rey tengah berandengan dengan perempuan tanpa wajah pula. "Ketiga... Kita sama-sama tahu bahwa pernikahan ini tidak didasari oleh cinta sedikitpun, tapi nggak tau juga sih kalau kamu ternyata malah udah jatuh cinta sama saya," sombong Rey dengan ekspresi sombong seperti biasa.

Zara segera melempar potongan ketimun pada Rey. "MUSTAHIL."

Rey yang terkejut atas serangan dadakan itu hanya bisa mencaci. "Dasar perempuan bar-bar!" Tanaganyya menjumput pootngan ketimun bekas Zara dengan jijik lalu dibuagnya ke tempat sampah. 

"Oke, lanjut. Atas dasar pernikahan tanpa cinta ini, saya putuskan bahwa kita hanya akan menikah  beberapa lama saja. Saya tahu bahwa kamu sudah lama jatuh hati pada laki-laki yang menolongmu saat kamu pingsan usai memergoki saya di ruang tamu kampus. Sedangkan saya sendiri, jujur saja masih menaruh harapan pada Keyra," jelas Rey.

Penjelasan Rey kali ini membuat perasaan Zara bercampur aduk. Ia memang mencintai Arkan, Rey masih mencintai Keyra. Namun, jika ia menyetujui arahan Rey, sama saja ia mempermainkan sucinya pernikahan, bukankah istilah seperti ini disebut dengan nikah mut'ah? Pernikahan yang dibenci oleh Allah. Ya walaupun saat di rumah sakit waktu itu Zara seperti menyetujuinya.

"Saya nggak setuju. Jujur, saran ini terdengar sangat menarik buat saya, buat kamu juga mungkin. Tapi jika kita memilih jalan itu, sama saja kita mempermainkan Allah. Pernikahan adalah anugerah terindah yang Ia syariatkan pada hambanya," tolak Zara.

Bride from NowhereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang